Loading...
INDONESIA
Penulis: Bayu Probo 08:15 WIB | Selasa, 19 April 2016

Jokowi-Merkel Bicara Kerja Sama Ekonomi Hingga Terorisme

Pertemuan bilateral Indonesia-Jerman diwakili Presiden Joko Widodo dan Kanselir Angela Merkel. (Foto: Setpres RI)

BERLIN, SATUHARAPAN.COM – Presiden Joko Widodo dan Kanselir Jerman Angela Merkel membicarakan kerja sama ekonomi, bantuan pusat pendidikan kejuruan atau vokasional hingga membahas terorisme.

“Selain ekonomi juga kerja sama bidang pendidikan kejuruan, sehingga tadi (Jokowi dan rombongan) berkunjung ke Siemens,” kata Merkel saat konferensi pers bersama usai bertemu dengan Presiden Jokowi di Kantor Kanselir, Berlin, Jerman, Senin (18/4).

Merkel mengatakan Jerman-Indonesia ada kerja sama ekonomi tentang komponen maritim, bidang kesehatan dan juga dalam bidang pengangkutan.

“Masih ada peluang industri, kami ingin meningkatkan inisiatif bidang itu,” kata Merkel.

Merkel mengatakan Indonesia juga berminat memperkuat perjanjian perdagangan dengan Uni Eropa dan Jerman mendukung supaya negosiasi dapat dimulai dalam waktu dekat.

Kanselir Jerman ini juga mengungkapkan pertemuannya dengan Jokowi juga masalah ASEAN, Papua, Aceh dan Indonesia yang merupakan negara muslim terbesar di dunia bisa menjaga toleransi beragama.

Suasana konferensi pers di Berlin setelah pertemuan bilateral Indonesia dan Jerman. (Foto: Setpres RI)

“Indonesia negara muslim terbesar, menjaga sistem tidak terjadi konflik juga bisa mengatasi tantangan terhadap terorisme dengan dukungan sosial budaya,” kata Merkel.

Presiden Jokowi mengatakan Jerman merupakan mitra dagang nomor satu dan untuk investasi terbesar ketujuh.

“Indonesia ingin agar pendidikan vokasi bisa diberi bantuan dari Jerman, terutama untuk bidang berkaitan dengan industri, baik kelistrikan, tekstil, Maritim dan lain-lain,” kata Jokowi.

Sebagai negara muslim terbesar, Jokowi mengungkapkan pertemuan dengan Merkel juga bertukar pikiran penanganan terorisme dengan menggunakan pendekatan “hard power” maupun “soft power.

“Kalau kombinasi itu saya percaya penanganan (terorisme) lebih baik dan komprehensif,” kata Jokowi.

Ketika ditanya terkait radikalisme di Indonesia, Presiden mengatakan sebagai negara dengan penduduk sebesar 85 persen muslim, di mana 95 persen merupakan Islam moderat dan toleran.

“Tetapi kalau ada jumlah kecil yang radikal terorisme, tetap dilakukan pendekatan agar tidak merugikan negara dan rakyat. Sehingga pendekatan Indonesia dengan dua hal (hard dan soft). Itu yang kami lakukan,” kata Jokowi.

Merkel mengakui Indonesia yang memiliki penduduk 250 juta penduduk merupakan tugas berat dan dirinya kagum atas perkembangan Indonesia saat ini.

Presiden Yakinkan Pengusaha Jerman Investasi di Indonesia

Presiden Joko Widodo (Jokowi) berupaya meyakinkan pengusaha Jerman untuk berinvestasi di Indonesia dalam Forum Bisnis Indonesia Jerman di Hotel Adlon Kempinski Berlin, Senin.

Presiden Jokowi mengatakan bahwa 50 tahun yang lalu, Presiden John F Kennedy berdiri tidak jauh dari tempat itu dan berkata, “Ich bin ein Berliner”, (Saya orang Berlin).

Presiden Jokowi mengatakan bahwa dirinya tidak akan mengatakan hal yang sama, namun ia mengatakan “Saya lebih senang mengatakan, “Ich bin ein Kolner”, (Saya orang Kolner).

Presiden Joko Widodo mengunjungi Siemens. (Foto: Setpres)

Selama 20 tahun sebagai pengusaha furnitur, ia mengaku sering sekali datang ke Kolner Messe yaitu sebuah kota di Jerman yang sering didatanginya sewaktu masih menjadi pengusaha furnitur.

Dalam sambutannya di hadapan para pengusaha dari kedua negara, Presiden menegaskan keinginan Indonesia untuk meningkatkan kerja sama ekonomi dengan Jerman.

Ia menyampaikan bahwa di tengah berbagai tantangan ekonomi global, Indonesia menunjukkan ketahanan, bahkan pertumbuhan yang mengejutkan.

Di luar perkiraan, GDP Indonesia tumbuh mencapai 5,03 persen di kuartal ke-4 tahun 2015. Berdasarkan data Asia Development Bank, minat untuk investasi di Indonesia saat ini berada pada titik tertinggi sepanjang sejarah.

“Ini artinya apa? Saya yakin Indonesia telah memiliki perekonomian yang stabil,” ucap Presiden dalam bahasa Inggris.

Stabilitas ekonomi Indonesia, menurut Presiden Joko Widodo dapat dicapai karena pembangunan infrastruktur dan investasi sebagai dua mesin pertumbuhan ekonomi Indonesia telah menunjukkan hasil dan terobosan yang nyata.

“Anda boleh cek ke jurnalis di Indonesia, cek ke duta besar di Jakarta. Saya percaya banyak yang terkejut dengan pembangunan infrastruktur saat ini di Indonesia,” ucap Presiden.

Contohkan Tiongkok

Salah satu contohnya adalah kerja sama pembangunan jalur kereta cepat Bandung-Jakarta. Dengan adanya kerja sama ini, Tiongkok akan membangun pabrik di Indonesia yang tidak hanya akan memproduksi, tapi juga mengekspor perangkat kereta cepat ke seluruh Asia Tenggara.

Presiden Jokowi juga memaparkan mengenai kebijakan ekonomi pemerintah yang sebagian inspirasinya diperoleh dari pengalaman negara-negara Eropa dalam menghadapi krisis ekonomi.

“Saya suka bagaimana kultur Jerman melakukan bisnis, saya juga sama, saya tidak suka terlalu banyak bicara, saya senangnya banyak bekerja,” ujar Presiden.

Presiden juga meyakinkan kepada para pengusaha Jerman untuk dapat berinvestasi di Indonesia karena Presiden bertekad akan terus memperbaiki iklim investasi di Indonesia.

“Saya akan terus mereformasi, saya akan terus menyederhanakan perizinan, saya akan membuat perekonomian Indonesia terbuka,” kata Presiden.

Forum Bisnis Indonesia-Jerman ini mempertemukan investor dan pemerintah kedua negara untuk membicarakan investasi jangka panjang. Kunjungan Presiden RI ke Jerman dibarengi dengan 42 anggota delegasi pengusaha Indonesia dari berbagai bidang.

Peningkatan kerja sama ekonomi menjadi fokus utama dengan prioritas pada penyelesaian perundingan Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) dengan Uni Eropa.

Selain memberikan pidato kunci pada Forum Bisnis Indonesia-Jerman, agenda Presiden Joko Widodo di Berlin, pada pagi hari, Presiden melakukan beberapa pertemuan dengan sejumlah CEO perusahaan terkemuka Jerman yang bertempat di Hotel Adlon Kempinski, Berlin di antaranya Meyer Werf GmbH & Co.KG, Ferrostaal GmbH, Bayer AG, Siemens AG, Daimler AG, Deutsche Bank AG.

Dalam rangka kunjungan Presiden RI ke Jerman kali ini juga telah ditandatangani sejumlah kesepakatan kerja sama antara perusahaan Jerman dan Indonesia dengan total nilai kesepakatan sebesar US$ 845,6 juta antara lain oleh PT Aneka Tambang dengan Ferrostaal, PT Pelni dengan Meyer Werft, PT Pindad dengan Junggans Microtech, APRIL dengan Inapa dan PT PLN dengan Siemens.

Presiden Bertemu Masyarakat Indonesia di Jerman

Acara dilanjutkan pertemuan Presiden dengan sekitar 200 masyarakat Indonesia di Jerman untuk berbicara tentang era kompetisi.

“Sekarang kita sudah masuk era kompetisi, 45 persen GDP ada di kita kalau tidak siap akan tergilas persaingan itu,” kata Presiden di depan warga Indonesia di Jerman. Pertemuan itu diadakan di Aula Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Jerman di Berlin.

Untuk menghadapi persaingan, katanya, pemerintah konsentrasi pada tiga hal, yakni deregulasi, percepatan pembangunan infrastruktur dan penguatan kualitas sumber daya manusia.

Jokowi mengakui banyak peraturan yang ruwet dan terlalu banyak sehingga perlu dihapus agar bisa menarik investor.

“Aturan terlalu banyak 42.000 overlapping, perda bermasalah lebih dari 3.000, saya perintahkan dihapus saja,” katanya.

Presiden juga menyebut “dwelling time” (masa tunggu di pelabuhan) 2,5 hari di Singapura, sedangkan Indonesia 3,5 hari.

“Saya minta di bawah tiga hari, kalau bisa capai dua hari lah,” katanya.

Presiden juga mengungkapkan pembangunan infrastruktur telah digiatkan, seperti pembangunan jalan tol Trans Sumatera, jalur KA di Sulawesi.

“`Ground breaking` Sumatera, jangan hanya `ground breaking`, sudah 35 tahun belum ada progress, tiga bulan saya cek dan saya cek enam kali. Akan saya cek, saya pastikan orang kerja dikontrol,” ujarnya.

Jokowi ke Jerman juga bicara perdagangan bebas di ASEAN (MEA/Masyarakat Ekonomi ASEAN) dengan Kanselir Jerman Angela Merkel yang sudah berjalan dan sebentar lagi dengan TPP (Trans Pacific Partnership).

“Kompetisi tak bisa dihindari lagi, tak ikut barang kita kena pajak. Memang ada syarat, komitmen kita hanya ada dua, terbuka dan kompetisi. Mau tidak mau harus siap,” kata Presiden.

Menurut Jokowi, dalam menghadapi persaingan bukan sesuatu yang gampang.

Akan tetapi, dirinya optimistis jika hal itu dilakukan secara konsisten dengan sumber daya yang besar, termasuk SDM, pertarungan akan dimenangkan Indonesia. (Ant)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home