Kanselir Jerman Kritik Pengucilan Muslim
Kanselir desakan ulama Muslim membuat batas tegas antara Islam dan terorisme. Presiden Prancis, Francois Hollande: umat Islam korban utama fanatisme.
BERLIN, SATUHARAPAN.COM - Kanselir Jerman, Angela Merkel, mengritik keras pengucilan warga Muslim, namun juga meminta ulama untuk membuat batas yang jelas antara Islam dan terorisme. Dia memngatakan hal itu hari Kamis (15/1) setelah serangan mematikan oleh kelompok teroris di Paris, Prancis.
Merkel berbicara setelah Parlemen Jerman mengheningkan cipta bagi 17 korban serangan teroris. Jerman sendiri menghadapi aksi unjuk rasa anti Islamisasi yang menamakan diri PEGIDA di kota Jerman bagian timur, Dresden.
Sementara itu, Presiden Prancis, Francois Hollande mengatakan bahwa umat Islam adalah "korban utama" dari fanatisme. Dia berbicara di Arab World Institute di Paris, hari Kamis (15/1) "Muslim adalah korban utama fanatisme, fundamentalisme dan intoleransi," katanya dan menambahkan seluruh negeri itu "bersatu menghadapi terorisme."
Jangan Ada Pengucilan
Merkel mengkritik para demonstran dan mengatakan dia setuju dengan pernyataan mantan presiden Jerman bahwa sekarang Islam juga "bagian dari Jerman."
"Kita tidak akan membiarkan diri kita dipecah oleh mereka yang, dalam menghadapi teror Islam, umat Islam di Jerman dicurigai secara umum," katanya kepada anggota parlemen, tanpa merujuk secara eksplisit pada PEGIDA.
"Jangan sampai ada pengucilan Muslim, tidak ada kecurigaan dan sweeping," katanya. "Sebagai Kanselir, saya akan membela umat Islam di negara ini terhadap sikap itu," kata dia.
Namun, dia mengakui bahwa ada beberapa kegelisahan terhadap Islam. "Kebanyakan orang di Jerman bukanlah musuh Islam, mereka tidak yakin dalam putusan mereka, bahkan bingung," katanya seperti dikutip kantor berita AP.
Orang ingin tahu mengapa teroris demikian tidak memperhatikan kehidupan manusia dan berulang kali mengutip agama sebagai motivasi, kata Merkel, dan mereka bertanya, "Bagaimana kita bisa mengikuti kalimat yang sering diulang bahwa pembunuh yang mengutip Islam untuk perbuatan mereka tidak ada hubungannya dengan Agama Islam?"
"Saya pikir itu adalah penting dan mendesak untuk pertanyaan-pertanyaan ini harus dijernihkan oleh ulama Islam," katanya.
Di Brussels, Perdana Menteri Turki, Ahmet Davutoglu, mengatakan bahwa banyak tokoh masyarakat Turki di negerinya khawatir tentang meningkatnya ketakutan terhadap Islam pada umumnya.
Dia mengatakan Eropa diharapkan mendukung korban prasangka terhadap Muslim dengan semangat yang sama yang ditunjukkan sejak serangan di Prancis.
Umat Islam Korban Fanatisme
Sementara itu, Presiden Prancis, Francois Hollande mengatakan bahwa umat Islam adalah "korban utama" fanatisme.
Menurut dia, seperti dikutip kantor berita AFP, komunitas Muslim di Prancis, yang terbesar di Eropa, memiliki "hak yang sama dan kewajiban yang sama dengan semua warga negara" dan harus dilindungi.
Lima korban serangan di Paris, hari Kamis dimakamkan, termasuk dua kartunis Charlie Hebdo paling terkenal, Georges Wolinski, 80 tahun, dan Bernard "Tignous" Verlhac, 57 tahun.
BKSDA Maluku Amankan Kakaktua Koki di Kapal
AMBON, SATUHARAPAN.COM - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Maluku mengamankan satwa...