Keladi Tikus, si Pembunuh Sel Kanker
SATUHARAPAN.COM – Nama tumbuhan ini, keladi tikus, bisa jadi tidak menarik. Namun, penelitian menunjukkan tumbuhan ini menyimpan khasiat sebagai obat yang mampu membunuh sel kanker. Penelitian terus dikembangkan untuk mengeksplorasi khasiatnya, dan di pasaran sudah bisa ditemukan aneka produk keladi tikus dalam beragam kemasan.
Keladi tikus, seperti dikutip dari Wikipedia, ditemukan tersebar di Tiongkok (Guangdong, Guangxi, Yunnan), Bangladesh, Bhutan, India, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Sri Lanka, Thailand, Papua Nugini, dan Australia (Queensland dan wilayah utara).
Sarmoko dan Fany Mutia Cahyani di dalam situs Cancer Chemoprevention Research Center (CCRC) Fakultas Farmasi UGM, menuliskan tumbuhan ini di Indonesia dikenal juga dengan nama lokal bira kecil, daun panta susu, ki babi, trenggiling mentik, ileus, dan kalamoyang. Tumbuhan ini dijumpai tersebar di Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Papua.
Di Malaysia, tumbuhan ini dikenal dengan nama rodent tuber, namanya dalam bahasa Inggris. Di Tiongkok, orang mengenalnya dengan nama laoshuyu.
Apa pun namanya, di tataran internasional, tumbuhan ini dikenal melalui nama ilmiahnya, Typhonium flagelliforme, (Lood) Bl, dengan sinonim Coleus amboinicus Lour, atau Typhonium divaricatum (L.) Decne.
Tumbuhan dari Keluarga Araceae ini, sama seperti keladi, adalah tumbuhan penyuka tempat lembab yang tidak terpapar sinar matahari langsung, di dataran rendah hingga ketinggian 1.000 meter di atas permukaan air laut. Tinggi tumbuhan 25 cm hingga 30 cm.
Daunnya berbentuk hati, lancip di ujung, berwarna hijau. Umbinya berbantuk bulat, dengan ukuran sebesar biji pala.
Keladi tikus sejak lama dimanfaatkan dalam pengobatan tradisional, sebagai obat batuk, obat asma, hingga menghentikan pendarahan, seperti dikutip dari cancerhelps.com. Bagian tanaman yang digunakan adalah umbinya yang berwarna putih dan seluruh tanaman, dari daun sampai akar. Paling baik digunakan segar dalam bentuk jus (sari tanaman), langsung diminum setelah diolah.
Keladi tikus mengandung alkaloid, triterpenoid, dan lignan (polifenol). Hasil penelitian menunjukkan sifatnya membunuh atau menghambat pertumbuhan sel kanker, juga menghilangkan efek buruk kemoterapi serta sebagai antivirus dan anti bakteri.
M Harfia, seperti dikutip Sarmoko dan Fany Mutia Cahyani di dalam situs CCRC Fakultas Farmasi UGM, contohnya, pada 2006 meluncurkan hasil penelitian Puslitbang Biomedis dan Farmasi, Badan Litbang Kesehatan, “Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 50 Persen Umbi Keladi Tikus (Typhonium flagelliforme (Lood) Bl) terhadap Sel Kanker Payudara (MCF-7 Cell line) secara In-Vitro”.
Umbi keladi tikus, menurut penelitian itu, dapat menghambat proliferasi sel kanker pada konsentrasi tertentu.
Aksi farmakologis dari keladi tikus itu sebelumnya juga diteliti oleh Zhong Yao Cai dan kawan-kawan, pada 2001. Semua ekstrak air, alkohol dan ekstrak ester keladi tikus memiliki efek meredakan batuk, menghilangkan dahak, antiasthmatic, analgesia, anti-peradangan dan obat penenang. Toleransi maksimum untuk toksisitas akut adalah 720 g/kg (ekstrak air), 900 g/kg (ekstrak alkohol) 3.240 g/kg (ekstrak ester).
Pada 2008, Lai CS dan rekan peneliti, juga meluncurkan penelitiannya tentang keladi tikus, “Typhonium flagelliformae inhibits cancer growth in vitro and induces apoptosis an evaluation by the bioactivity guided approach”. Penelitian itu dimuat dalam Journal Ethnopharmacology, tahun 2008.
Walaupun kini sudah banyak dipasarkan dalam aneka kemasan dan aneka merek, para peneliti masih terus menyempurnakan penelitian tentang khasiat keladi tikus sebagai obat kanker.
Editor : Sotyati
Upah Minimum Jakarta Rp5.396.761
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Teguh Setyabudi mengumumkan Upah Minim...