Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 13:32 WIB | Jumat, 22 April 2016

Kesempatan Bersejarah bagi Yaman Akhiri Perang

Mohammed Abdul-Salam, ketua delegasi kelompok pemberontak Syiah Houthi menghadiri pembicaraan damai di Kuwait, mulai Kamis (21/4). (Foto: dari Al Ahram)

KUWAIT, SATUHARPAN.COM – Wakil para pihak yang berperang di Yaman punya pilihan berkompromi untuk membangun bangsa yang aman dan terhormat atau meruntuhkan kehidupan bangsa.

Kesempatan bersejarah itu dimulai hari Kamis (21/4) di Kuwait, di mana para pihak hadir untuk pembicaraan damai: wakil dari pemerintah, wakil kelompok pemberontak Syiah Houthi, dan wakil mantan presiden yang digulingkan, Ali Abdullah Saleh.

Perundingan itu ditengahi oleh PBB dan bertujuan untuk mengakhiri perang yang sudah berlangsung 13 bulan. Yaman sendiri merupakan negara di kawasan Teluk yang miskin. Menurut catatan PBB, perang di Yaman telah menewaskan 6.400 orang dan membuat 2,8 juta penduduk negara yang miskin itu harus mengungsi dan menghadapi masalah kemanusiaan.

Para pihak yang berunding adalah delegasi pemerintahan Presiden Abedrabbo Mansour Hadi yang didukung Arab Saudi, wakil kelompok pemberontak Syiah Houthi yang didukung oleh Iran, serta loyalis Ali Abdullah Saleh, Presiden yang tersingkir ketika revolusi musim semi Arab Menda negera itu. Saleh sempat bersekutu dengan Houthi, namun belakangan terjadi gesekan.

Awalnya pembicaraan damai dijadwalkan mulai hari Senin tetapi kelompok pemberontak tidak hadir, karena menuduh pelanggaran gencatan senjata yang dimulai 11 April oleh Arab Saudi.

Kesempatan Bersejarah

Pertemuan dibuka oleh Menteri Luar Negeri Kuwait, Sheikh Sabah al-Khaled Al-Sabah. Dia menyerukan para pihak untuk memanfaatkan "kesempatan bersejarah" itu untuk mengakhiri pertumpahan darah. "Perang hanya akan menimbulkan lebih banyak kerusakan, kerugian dan perpindahan orang," katanya, seperti dikutip AFP.

Utusan khusus PBB, Ismail Ould Cheikh Ahmed, meminta para pihak yang berperang untuk mencapai kesepakatan yang komprehensif dan tahan lama. "Hari ini, Anda memiliki salah satu dari dua pilihan; bangsa yang aman yang menjamin kehidupan yang terhormat atau keruntuhan bangsa," katanya.

Ould Cheikh Ahmed menyerukan solusi "kompromi" dan Yaman "lebih dekat pada perdamaian daripada waktu sebelum".  Sesi pertama itu berlangsung dua jam, dan putaran berikutnya diadakan pada hari Jumat (22/4) sore ini.

Posisi Para Pihak

PBB telah mendorong pembicaraan yang diharapkan akan mengakhiri perang di Yaman yang telah dimanfaatkan oleh jihadis dengan meningkatkan ketegangan antara Islam Syiah dukungan Iran dan yang tetangganya Arab Saudi yang dominan Islam Sunni.

Presiden Abd-Rabbo Mansour Hadi telah menyampaikan pesan kepada Ould Cheikh Ahmed bahwa dia menolak "syarat pemberontak untuk mengubah agenda," menurut seorang anggota delegasi pemerintah.

Mahdi Al-Mashat, wakil pemimpin pemberontak pimpinan Abdulmalik al-Houthi, mengatakan bahwa pihaknya meyakinkan agenda pembicaraan akan "jelas dan menangani isu-isu yang dapat membantu mencapai solusi damai".

Dan para diplomat mengatakan pemberontak menuntut diakhirinya operasi militer oleh koalisi pimpinan Arab Saudi di Yaman. Dan menghendaki sanksi PBB dilaksanakan terhadap beberapa pemimpin Yaman, termasuk Saleh, harus dibahas.

Turki, sekutu Arab Saudi, menurut AFP, pada hari Kamis telah membekukan aset milik Saleh dan anaknya, sejalan dengan sanksi itu.

Saleh mengumpulkan miliaran dolar AS dan aset dyang isimpan di setidaknya di 20 negara selama 33 tahun kekuasaannya, menurut sebuah laporan PBB yang dirilis tahun lalu.

ISIS dan Al-Qaeda

Presiden AS, Barack Obama, hari Kamis di Arab Saudi, dan membahas perang di Yaman dan Suriah dengan para pemimpin negara-negara Teluk.

AS mendesak semua pihak yang berperang di Yaman untuk berpartisipasi "konstruktif" dalam pembicaraan damai di Kuwait. Solusi politik akan "memungkinkan untuk fokus pada mengatasi  kelompok teroris AQAP (Al-Qaeda di Semenanjung Arab).

Al-Qaeda dan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS atai ISIS) mendapatkan wilayah di selatan, melakukan serangan terhadap pejabat pemerintah.

Pemberontak Yaman menguasai ibu kota, Sanaa, pada 2014 sebelum berkembang, memaksa pemerintah Hadi menyingkir ke selatan di kota Aden sebagai ibu kota sementara.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home