Loading...
EDITORIAL
Penulis: Redaksi Editorial 16:15 WIB | Rabu, 29 Juni 2016

Membongkar Siapa di Balik Vaksin Palsu

SATUHARAPAN.COM – Indonesia kembali dirisaukan oleh beredarnya barang palsu, kali ini vaksin palsu untuk beberapa jenis penyakit, termasuk campak, polio, hepatitis B, tetanus, dan BCG (Bacille Calmette-Guerin) yang diberikan bagi balita.

Tersangkanya, Hidayat Taufiqurahman dan Rita Agustina, warga Bekasi telah ditangkap, termasuk dua orang penjual dan kurir mereka. Dua terasangka utama disebutkan telah memproduksi barang yang bisa membahayakan itu sejak tiga tahun lalu dan mengedarkannya di beberapa provinsi.

Bagaimana ini bisa terjadi? Vaksin hanya diproduksi oleh perusahaan farmasi yang telah memperoleh lisensi. Vaksin hanya dijual melalui apotik dan bagian apotik rumah sakit. Diberikan kepada balita oleh dokter dan tenaga medis (bidan) di rumah sakit, klinik atau Puskesmas dan di tempat praktik pribadi.

Sebagai produk farmasi yang bertanda lingkaran merah, vaksin hanya diberikan oleh dokter dan tenaga medis yang memiliki kapasitas. Produk ini juga tidak dijual secara bebas, sehingga warga tidak bisa membeli sendiri.

Siapa Yang Mungkin Terlibat

Kementerian Kesehatan telah menyatakan bahwa balita yang telah memperoleh vaksinasi atau imunisasi dari vaksi palsu akan diberi vaksin ulang. Namun ini tidak akan cukup untuk menyelesaikan masalah.  Sebab, beredarnya vaksi palsu sangat mungkin melibatkan lembaga atau perorangan di apotik, rumah sakit dan klinik, dokter dan bidan. Tanpa mereka vaksin palsu tidak akan sampai masuk tubuh balita.

Vaksin ulang sendiri hanya bisa dilakukan dengan lebih dulu mencari tahun siapa saja balita yang telah menjadi korban vaksi palsu. Dan data ini hanya bisa ditelusuri dengan informasi dari dokter, bidan, lembaga kesehatan, dan apotik yang menjadi mata rantai penyebaran vaksin palsu, selain tersangka yang memproduksi.

Oleh karena itu, penting untuk ditelusuri ke mana saja vaksi palsu ini dijual. Penyidik kepolisian cukup mumpuni untuk mengumpulkan informasi ini dari tersangka yang sudah ditangkap. Lembaga dan orang terkait sangat mungkin terlibat, karena mereka tahun prosedur peredaran dan pemakaian vaksin, dan tahu mana yang palsu dan bukan

Rantai Peredaran

Jika vaksin palsu itu beredar melalui apotik yang membeli dari produsen (Rita dan Hidayat), ada kemungkinan apotik terlibat kejahatan ini. Hal yang sama jika terjadi di rumah sakit dan klinik, karena lembaga pelayanan kesehatan ini mestinya tahu asal dan produsen vaksin, serta tahu mana yang asli dan palsu.

Dokter dan tenaga medis yang memberikan vaksin palsu itu juga patut dicurigai sebagai terlibat dalam mata rantai peredaran dan penggunaan vaksin palsu itu. Terutama pada dokter dan bidan yang membuka praktik pribadi, sehingga patut dipertanyakan dari mana mereka mendapatkannya; apakah telah melalui prosedur peredaran vaksin yang ditetapkan Kemenkes?

Harga vaksin palsu yang disebutkan lebih murah sekitar Rp 200.000 hingga Rp 400.000 dari vaksin asli juga harus diperjelas siapa yang mengambil keuntungan itu. Tampaknya orangtua balita tidak akan menghemat ratusan ribu rupiah dengan mengorbankan buah hatinya. Para pihak dalam rantai peredaran itulah yang kemungkinan besar terlibat untuk mencari keuntungan pribadi melalui tindakan kriminal ini.

Bongkar Seluruh Mata Rantai

Kasus vaksin palsu tampaknya bukan yang pertama. Dan hal ini terjadi justru karena selama ini hukum hanya untuk menangkap pemalsu vaksin, sementara pihak-pihak (lembaga dan perorangan) yang menjadi bagian mata rantai peredaran tidak ditelusuri dan ditindak. Hal ini juga terjadi dalam kasus-kasus peredaran obat palsu dan kosmetika palsu.

Oleh karena itu, rakyat berharap ada tindakan yang serius dan tuntas untuk menelusuri, membongkar dan menindak para pelaku dalam pembuatan vaksin palsun dan peredarannya. Kasus vaksin palsu ini tidak boleh hanya berhenti pada Rita dan Hidayat serta dua orang lainnya, tetapi pada setiap mata rantai hingga vaksin masuk tubuh balita.

Masalah ini juga harus dilihat secara serius, karena Rita dan Hidayat telah bertahun-tahun memproduksi vaksi palsu, dengan produksi yang cukup besar. Itu artinya korbannya cukup banyak, dan ancamannya adalah kualitas hidup generasi bangsa kita.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home