Loading...
BUDAYA
Penulis: Moh. Jauhar al-Hakimi 01:03 WIB | Jumat, 24 Agustus 2018

Multiple Percussion Concert di Taman Budaya Yogyakarta

Denny Kusuma Yuda alias Denny Dumbo memainkan komposisi Mili dalam Festival Total Perkusi 2018 di concert hall Taman Budaya Yogyakarta, Kamis (23/8) malam. (Foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Delapan repertoar project dari musisi muda perkusi ditampilkan di concert hall Taman Budaya Yogyakarta Jalan Sriwedani No. 1 Yogyakarta, Kamis (23/8) malam dalam Festival Total Perkusi (FTP) 2018. Dengan mengusung konsep "multiple percussion", FTP 2018 menjadi festival musik perkusi pertama kali di Indonesia dimana satu medium pertunjukan menggunakan dua atau lebih instrumen perkusi yang dimainkan oleh seorang pemain perkusi atau pemain perkusi tunggal.

Festival Total Perkusi menyuguhkan karya-karya standart multiple percussion dunia yang populer dan hampir sering dimainkan oleh perkusionis dunia. Selain itu dalam festival ini menghadirkan karya karya baru untuk multiple perkusi yang berasal dari eksplorasi karya karya musisi Indonesia dengan menggunakan alat perkusi indonesia.

"Attraction Solo Percussion and Tape" karya Emmanuel Sejourne menjadi pembuka FTP 2018 dilanjutkan dengan repertoar "Evil Ernie" karya Casey Cangelosi oleh Alfin Satriani. Terinspirasi dari rambatan bunyi pada gamelan, Algi Dilanuar memainkan repertoar karya yang digubah sendiri berjudul "Kun Fayakun".

Pemain perkusi dari grup musik Sirkus Barock Denny Yuda Kusuma yang lebih dikenal dengan Denny Dumbo memainkan komposisi "Mili" yang menyuarakan tentang petani, nelayan, pekerja-buruh pabrik, pemulung, kuli, orang terbuang dan terlantar, serta aktivitas keagamaan yang kehilangan kekhusukannya dan hanya menjadi kendaraan untuk merebut kekuasaan dan menjadi alat saling jegal.

"Berproses mencari bunyi dari sumber bunyi (yang ada di sekitar) menjadi konsep gagasan karya saya. (Intinya) memaksimalkan eksplorasi untuk mengejar warna suara," jelas Denny tentang instrumen perkusi yang digunakan dalam komposisi Mili.

Kritik Denny atas realitas sosial yang sedang terjadi hari ini dituangkan dalam eksplorasi pada berbagai benda sebagai sumber bunyi. Dari nampan logam berbentuk bulat yang dibelinya dari sebuah toko kelontong Denny membuatnya menjadi gong China (chinese gong), tabung gas kosong, serta tiga pipa paralon PVC ukuran 4" menjadi sumber suara yang unik dari resonansi udara di dalamnya ketika dipukul dengan bed pingpong.

Kesibukan yang semakin padat membuat orang-orang berlayar dan bepergian menundukkan kepala kepada berhala-berhala teknologi namun tak pernah singgah. Singgah namun tak pernah bepergian.

Empat repertoar berikutnya adalah "Dwi Tunggal" karya Septian Dwi Cahyo yang dimainkan oleh dua musisi perkusi yang tergabung dalam DNA Percussion, "Hit Him with He Cry" oleh Jaeko, "Maximusic" dimainkan Muhammad Rafi Abyansyah, dan Suprayedno Rukaya menutup Festival Total Perkusi 2018 dengan repertoar "Polygame".

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home