Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 06:40 WIB | Kamis, 10 September 2020

Palestina Melunak Soal Normalisasi Hubungan UEA dengan Israel

Israel dan UEA akan menandatangani perjanjian di Gedung Putih, 15 September mendatang.
Presiden Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas. (Foto: dok Reuters)

RAMALLAH, SATUHARAPAN.COM-Kepemimpinan Palestina telah melunakkan kritiknya terhadap kesepakatan normalisasi hubungan antara Israel dan Uni Emirat Arab (UEA) sebelum pertemuan Liga Arab di Kairo hari Rabu (9/9) di mana kesepakatan itu akan diperdebatkan.

Rancangan resolusi yang diajukan oleh utusan Palestina, yang salinannya dilihat oleh Reuters, tidak termasuk seruan untuk mengecam, atau bertindak melawan Emirates atas kesepakatan yang ditengahi Amerika Serikat.

Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, juga mengeluarkan instruksi pada hari Selasa (8/9) yang melarang pernyataan atau tindakan ofensif apa pun terhadap para pemimpin Arab, termasuk penguasa UEA.

Normalisai hubungan diumumkan pada 13 Agustus, perjanjian itu adalah akomodasi pertama antara negara Arab dan Israel dalam lebih dari 20 tahun, dan sebagian besar didorong melalui ketakutan bersama terhadap Iran.

Rancangan resolusi Palestina yang akan diperdebatkan oleh para menteri luar negeri negara-negara Arab mengatakan pengumuman Israel-AS-Emirates "tidak mengurangi konsensus Arab atas perjuangan Palestina, perjuangan Palestina adalah alasan seluruh bangsa Arab".

"Pengumuman trilateral tidak mengubah visi utama Arab berdasarkan fakta bahwa solusi dua negara dengan perbatasan tahun 1967 adalah satu-satunya cara untuk mencapai perdamaian di Timur Tengah," kata rancangan tersebut.

Nadanya sangat berbeda dari pernyataan Abbas, yang kantornya sampaikan pada 13 Agustus dan menyebut perjanjian itu "pengkhianatan" dan "tusukan di belakang perjuangan Palestina."

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dan Presiden AS, Donald Trump, menggambarkan perjanjian itu sebagai bersejarah, dan mendesak negara-negara Arab lainnya untuk mengikutinya.

Para pemimpin Emirat mengatakan kesepakatan itu menunda rencana Israel untuk mencaplok wilayah di Tepi Barat yang diduduki.

15 September

Sementara itu dilaporkan bahwa Israel dan Uni Emirat Arab akan menandatangani kesepakatan bersejarah mereka untuk menormalisasi hubungan pada upacara di Gedung Putih pada 15 September, kata pejabat AS, hari Selasa (8/9), dikutip AP.

Para pejabat mengatakan delegasi senior dari kedua negara kemungkinan akan dipimpin oleh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dan Menteri Luar Negeri Emirat, Sheikh Abdullah bin Zayed Al Nahyan, saudara laki-laki putra mahkota UEA. Para pejabat, yang tidak mau disebutkan namanya itu mengatakan upacara akan diadakan di halaman rumput selatan, Taman Mawar atau di dalam gedung, bergantung cuaca.

Upacara itu dilakukan sebulan setelah perjanjian untuk menjalin hubungan diplomatik penuh diumumkan pada 13 Agustus. Kesepakatan bersejarah itu memberikan kemenangan kebijakan luar negeri utama kepada Presiden Donald Trump saat ia kembali dalam pemilihan presiden untuk periode kedua. Ini juga mencerminkan Timur Tengah yang berubah di mana kekhawatiran bersama pada musuh bebuyutan mereka, Iran, sebagian besar telah mengambil alih dukungan tradisional Arab untuk Palestina.

Pengumuman tersebut diikuti oleh penerbangan komersial langsung pertama antar negara, pembentukan jaringan telepon dan komitmen untuk bekerja sama di berbagai bidang.

UEA juga telah mengakhiri boikot negara itu terhadap Israel, yang memungkinkan perdagangan antara Emirates yang kaya minyak dan Israel, rumah bagi perdagangan berlian yang berkembang pesat, perusahaan farmasi, dan perusahaan rintisan teknologi.

Palestina telah menolak kesepakatan itu. UEA mempresentasikan perjanjian tersebut sebagai mencabut rencana aneksasi Israel atas bagian-bagian Tepi Barat yang diduduki. Tetapi Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, bersikeras bahwa itu jeda “sementara.'' (Reuters/AP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home