Loading...
RELIGI
Penulis: Reporter Satuharapan 20:38 WIB | Minggu, 01 September 2019

Sekjen WCC Ajak Renungkan Dialog Kebenaran dan Cinta Kasih

Sekjen WCC Pdt Olav Fykse Tveit. (Foto: Dok satuharapan.com/oikoumene.org)

CALGARY, SATUHARAPAN.COM – Sekretaris Jenderal Dewan Gereja Dunia (World Council of Churches/WCC) Pendeta Dr Olav Fykse Tveit menyampaikan renungan dalam Konferensi Dunia ke-25 Pentakosta, yang diadakan di Calgary, Kanada minggu ini. Tema pertemuan itu adalah “Spirit Now”.

Dalam lokakarya berjudul “Pentakosta dan Persatuan Kristen: Percakapan Bilateral dan Multilateral”, yang diadakan pada tanggal 29 Agustus, Pdt Tveit yang bertindak sebagai panelis, menyatakan terima kasih kepada pemimpin Konferensi Dunia Pentakosta karena menawarkan lokakarya tentang persatuan Kristen.

“Panggilan untuk persatuan Kristen adalah untuk semua murid Kristus, dan semua gereja atau keluarga gereja, yang mengakui Tuhan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat,” kata Pdt Tveit, “Dialog ekumenis adalah dialog kebenaran dan dialog cinta-kasih.”

Hubungan baik adalah jantung dari percakapan intra-Kristen, ia merefleksikan. “Ini lebih dari sekadar kebenaran diplomatik yang tak dapat disangkal lagi,” katanya, “Dasar dari iman kita adalah hubungan Allah dengan dunia melalui Yesus Kristus dan kehadiran-Nya yang menguduskan melalui Roh Kudus.”

Pdt Tveit mencatat, sejarah mengingatkan kita akan perbedaan. “Sejarah kita satu sama lain sering ditandai oleh prasangka, perpecahan, dan bahkan kekerasan,” katanya.

Dan, pada gilirannya, dialog membantu kita untuk mengingat kembali apa yang kita miliki bersama, “Selama beberapa dekade terakhir gereja-gereja telah tumbuh bersama dalam iman melalui banyak sekali percakapan yang mengarah pada penegasan bersama dan kesaksian bersama.”

Terikat melalui Sejarah

Baik WCC ataupun Pentecostal World Fellowship didirikan pada akhir 1940-an setelah Perang Dunia II.

“Langkah awal dalam hubungan kita adalah saling mengenal,” kata Pdt Tveit, “Langkah kedua adalah menciptakan platform untuk konsultasi.”

Pada tahun 2000, Kelompok Konsultasi Bersama antara Pentakosta dan WCC didirikan. Ini adalah konsultasi putaran ketiga, dan akan dilaporkan kepada Majelis WCC pada tahun 2021.

“Langkah ketiga dalam hubungan kita adalah membangun platform untuk kerja sama, yaitu Global Christian Forum, di mana Dewan Gereja Dunia, Pentakosta World Fellowship, World Evangelical Alliance, dan Gereja Katolik Roma, berbagi tanggung jawab untuk melibatkan para pemimpin gereja-gereja kita dalam percakapan iman dan kesaksian.”

Saat makan malam dengan para pemimpin ekumenis, Pdt Tveit mengeksplorasi kekuatan cinta-kasih yang mendamaikan. “Roh Kudus adalah pemberi kehidupan - dan hidup bersama,” katanya, “Kita semua membutuhkan, di saat-saat seperti ini, bahwa kasih Kristus dapat mendamaikan dan menyatukan kita sebagai gereja dan sebagai manusia.”

Gerakan Pentakosta dan gerakan ekumenis memiliki kesamaan, Pdt Tveit mengatakan, yakni pencarian untuk pembaruan gereja, meruntuhkan penghalang-penghalang, dan mencari persatuan dalam kesaksian dan pelayanan.

“Global Christian Forum telah membuat kita dapat mengembangkan hubungan baru antara perwakilan dari berbagai aliran Kekristenan dunia, dan saya telah melihat bagaimana hal itu benar dalam hubungan timbal balik kita,” katanya.

“Kita mengalami, kasih Kristus telah menggerakkan kita lebih dekat satu sama lain, dan memungkinkan kita untuk melihat panggilan bersama dalam banyak hal dan dengan banyak partner.”

Ia membagikan warta tentang tema Majelis WCC yang akan diadakan di Karlsruhe, Jerman pada 2021: “Kasih Kristus Menggerakkan Dunia menuju Rekonsiliasi dan Persatuan.”

“Saya melihat ada hubungan antara tema Anda dan kami. Saatnya kita menunjukkan semangat. Saatnya membagikan cinta kasih,” Pdt Tvei menggugah. “Cinta-kasih adalah sikap yang dalam dan kuat yang berakar pada belas kasih dan hubungan manusia sejati, diekspresikan melalui rasa saling memiliki, pelayanan dan pengorbanan.” (oikoumene.org)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home