Loading...
DUNIA
Penulis: Martahan Lumban Gaol 14:05 WIB | Kamis, 14 Agustus 2014

Serangan ke Sumur Air Gaza, Lumpuhkan 7.000 Penduduk

Anak-anak Palestina di Kamp Pengungsi Jabalia harus menyimpan air akibat serangan Israel menghancurkan sumur dan pipa air di Kota Gaza, pada Minggu (27/7). (Foto: aa.com.tr)

GAZA, SATUHARAPAN.COM – Kepala fasilitas air di Kota Gaza, Saed al-Din Atbash, mengatakan serangan ke sumur dan pipa air oleh militer Israel adalah kesengajaan. Ia melihat adanya keinginan melumpuhkan sistem distribusi air di Kota Gaza. Menurut laporan sejumlah media dan organisasi internasional, serangan tersebut akan memberi pengaruh besar, karena sekitar 7.000 warga di sana bergantung pada sistem distribusi air.

"Pesawat-pesawat tempur telah menargetkan dua sumur langsung, satu di dekat daerah al-Maqwsi, zona padat penduduk dengan perumahan blok menara, dan satu lagi di al-Zaytoun. Kedua sumur itu digunakan oleh 7.000 penduduk," kata Atbash seperti dikutip dari oikumene.org, Kamis (14/8).

Pesawat-pesawat tempur Israel juga telah menargetkan lima jaringan pipa air yang memasok kebutuhan sejumlah warga Gaza. Sekitar 100 ribu orang bisa terkena dampak bila serangan itu terjadi, karena jaringan menyediakan air bagi 20.000 penduduk.

Menurut Atbash, perbaikan jaringan pipa air yang telah rusak memerlukan masa tenang. Jadi, saat itu tiba, sekitar 70.000 warga akan kehilangan air di kamp pengungsian.

"Di bawah hukum internasional, penargetan pasokan air sipil diklasifikasi sebagai kejahatan perang," ucap Atbash.

Air Minum Terkontaminasi

Perwakilan Palestine Water Authority (PWA) atau otoritas air Palestina, Dr Monther Shoblak mengatakan lebih dari 1,8 juta orang di Jalur Gaza bergantung pada akuifer tunggal untuk memenuhi kebutuhan air mereka. Karena penggunaan yang berlebihan dari akuifer, telah terkontaminasi dan rusak ireversibel.

"Ini tidak akan berguna dalam waktu enam tahun. Sembilan puluh lima persen air tanah tidak dapat digunakan karena intrusi air laut. Ada kontaminasi mikroba pada 80 persen air minum di Gaza,” ujar Dr Monther Shoblak.

Demi memenuhi permintaan air yang tinggi, PWA menjalankan beberapa pabrik desalinasi untuk mengolah air laut menjadi air minum. Namun, akibat kontrol yang berlebihan Israel atas pemeliharaan suku cadang sumber dalam mendirikan pabrik baru, serta kurangnya listrik dan bahan bakar yang memadai, hasil desalinasi tersebut tidak dapat memenuhi tuntutan.

Ia pun mengatakan orang-orang harus bergantung pada vendor swasta untuk membeli air minum. Dengan jumlah tergantung pada skema jaminan sosial (750 shekel atau 250 dollar Amerika Serikat per keluarga selama tiga bulan), beberapa orang harus menghabiskan biaya hingga dua-pertiga dari pendapatan mereka dalam membeli air," Shoblak menambahkan.

Bangun Infastruktur Kembali

Situasi itu juga diamati oleh Reference Group International dari Ecumenical Water Network (EWN), yang mengunjungi Gaza, Yerusalem, dan Tepi Barat, pada awal Juni sebelum tindak kekerasan terjadi. Kelompok ini berinteraksi dengan PWA dan mengunjungi fasilitas pengolahan air di Gaza guna membahas masalah kelangkaan air dengan penduduk setempat.

Sebuah pernyataan yang diterbitkan oleh EWN mengungkapkan solidaritas dengan gereja-gereja dan orang-orang di wilayah itu, mereka pun menekankan kebutuhan untuk mengatasi masalah air dan sanitasi.

EWN juga menekankan Gaza sangat membutuhkan pembangunan kembali dengan infrastruktur pasokan air yang memadai dan pengolahan air limbah. Bagi mereka, perang harus segera berakhir guna mencapai hak manusia mendapat air dan sanitasi.

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home