Loading...
EKONOMI
Penulis: Melki Pangaribuan 22:00 WIB | Rabu, 23 September 2020

Tiga Cara UMKM Adaptasi Pandemi

Infografis Banpres Produktif bagi Usaha Mikro. (Sumber Kemenkeu)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Kondisi pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di tengah pandemi Covid-19 membutuhkan peran pemerintah untuk bertahan hidup. Untuk selamat dari pandemi, UMKM dalam negeri dituntut cepat beradaptasi agar usaha terus berjalan.

Staff Khusus Kementerian Koperasi dan UMKM, Riza Damanik menjelaskan ada tiga cara UMKM yang paling optimal dalam beradaptasi dalam situasi pandemi.

Pertama, mengurangi jam kerja, kedua mengurangi jam produksinya dan ketiga melakukan digitalisasi marketing. Di samping itu, kata Riza, yang dibutuhkan lebih dari 90% UMKM saat ini adalah solusi pembiayaan untuk bisa bertahan atau bangkit.

“Dari survei cepat ADB diketahui bahwa 91,8% persen UMKM mengharapkan pinjaman tanpa bunga dan/atau tanpa agunan. Selain itu, 89,5% persen UMKM juga membutuhkan hibah dari pemerintah. Kami dari Kementerian Koperasi dan UMKM ingin membekali UMKM untuk bisa bertahan dan bisa meningkatkan perekonomian,” jelasnya sebagai narasumber dalam talkshow bertajuk “Mendorong Usaha Mikro Bertahan di Masa Pandemi,” Selasa (22/9) yang disiarkan Channel FMB9.

Pihaknya kata Riza telah menyiapkan dua skema yang juga sejalan dengan program Satuan Tugas Pemulihan Ekonomi Nasional (Satgas PEN). Pertama ialah memperkuat UMKM yang sudah bankable atau terintegrasi dalam sistem perbankan, skemanya seperti restrukturisasi pinjaman, insentif pajak, mempermudah akses pembiayaan dan modal kerja baru, termasuk pembiayaan koperasi.

Skema kedua ialah UMKM yang unbakable atau belum terintegrasi dalam sistem perbankan yang disokong melalui bansos dan banpres. “Satu sisi bisa membuat UMKM bertahan, di saat yang sama bisa menjadi bekal bagi usaha mikro untuk bisa bertransformasi nantinya bisa masuk ke skema yang bankable sehingga bisa lebih kokoh nantinya,” Riza memperjelas.

Lalu untuk tahap pertama penyaluran bantuan presiden produktif hingga akhir September kata Riza akan dikejar sebanyak 9,1 juta UMKM dengan nilai Rp22 triliun. Masing-masing UMKM menerima bantuan sebesar Rp2,4 juta. Untuk realisasinya per 21 September sudah mencapai 5,9 juta lebih UMKM yang menerima dan nilainya Rp14 triliun dengan realisasi 64,5%. Sisanya masih 3,2 juta lagi. Hari ini ditarget 72,85% dengan penerima 1,7 juta UMKM dan nilainya Rp4,2 triliun.

“Sisanya akhir September ini masih ada 1,4 juta UMKM lagi dan nilainya Rp3,5 triliun,” ujarnya. Setelah September tahap kedua akan dikejar lagi sisa penerima bantuan presiden sebesar 12 juta UMKM,” masih kata Riza.

Kemenkop dan UMKM terus mendorong UMKM untuk melakukan inovasi dengan memberikan pelatihan-pelatihan berbasis daring sehingga diharapkan UMKM dalam negeri bisa berinovasi seperti memanfaatkan e-commerce dalam memasarkan produk-produknya.

Narasumber lain yang turut hadir, Direktur Mikro Bank Rakyat Indonesia (BRI) Supari menyebut saat ini sudah masuk pada bulan ketujuh masa pandemi atau tepatnya September ini. UMKM berjuang untuk terus bertahan dengan berbagai cara.

“Para pelaku UMKM ini tabungannya sudah habis pada bulan kedua (pandemi). Sekarang mereka untuk makan butuh pertolongan pihak ketiga. Pihak ketiga itu siapa? Ini pemerintah punya peran,” ungkapnya.

Nah, menurut Supari, Bantuan Sosial (Bansos) dari Kementerian Koperasi dan UMKM dan Bantuan Presiden (Banpres) Produktif dari Presiden Joko Widodo adalah salah satu cara menyelamatkan UMKM. BRI katanya memiliki jaringan data UMKM yang dibutuhkan pemerintah. Ia menjabarkan saat ini dalam ekosistem UMKM terbagi ke dalam empat segmen.

Pertama Pelaku UMKM yang sangat rentan sekali dan perlu dibantu bansos atau Banpres produktif. Kedua, yang hanya bisa bertahan hidup dan jika memiliki pinjaman harus direkstrukturisasi.

“Jika situasinya pulih (dari pandemi), mereka butuh modal kerja, kalau tidak mereka hanya stuck di situ saja. Dan begitu persaingan usaha sudah berjalan, mereka akan kalah,” Supari menjelaskan. Makanya untuk segmen ini pemerintah telah menyiapkan bantuan lunak berupa Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Segmen yang ketiga, pelaku UMKM yang memiliki dana simpanan yang cukup tetapi belum mengembangkan usaha meski sudah menemukan potensi usaha baru. “Mungkin yang dulu hanya berjualan pakaian jadi, dan ketika melihat pertumbuhan penjualan pakaian seperti daster, maka dia akan ikut menjual itu,” lanjut Supari.

Ketika itu terjadi, para pelaku UMKM seperti itu membutuhkan tambahan modal usaha. Karena cashflow-nya menjadi terganggu dan restrukturisasi menjadi sangat penting. Di sini, menurutnya pemerintah harus segera memberikan dukungan penuh pada para pelaku usaha baik yang menjual produk ataupun jasa dan atraktif pertumbuhannya perlu di-support modal kerja.

Lalu segmen keempat, pelaku UMKM yang memiliki dana simpanan banyak dan memiliki pinjaman kecil atau tidak sama sekali dan bisa bertahan selama 12 bulan ke depan. Para pelaku usaha ini tumbuh dan bisa saja sudah menemukan model usaha baru.

Ia mencontohkan pelaku usaha pandai besi berupa tukang las, membuat pagar besi dan sejenisnya, saat ini mungkin sudah tidak menerima pesanan lagi. Tetapi ia bisa mengalihkan dana simpanannya dan beralih usaha menjadi berjualan wastafel atau alat-alat cuci tangan yang saat ini memiliki kebutuhan tinggi.

“Dan seluruh segmen ini, pemerintah sudah ambil peran lewat berbagai program lewat skema stimulus. Dan semua sudah menjangkau UMKM. Tinggal nanti bagaimana mengendalikan masalah kesehatan menjadi lebih baik lagi,” ujarnya.

Supari optimis jika hal ini berjalan dengan baik, maka pertumbuhan ekonomi di tahun 2020 ini akan membaik seperti sediakala. Karenanya, Supari sampaikan para pelaku UMKM harus terus dibantu melalui bansos dan banpres produktif selama pandemi berlangsung. Sampai saat ini saja Supari menyebut penerima bantuan yang disalurkan BRI sudah mendekati 2 juta UMKM dan BRI saat ini sedang memvalidasi data sekitar 3 juta UMKM lagi yang akan menerima bantuan hingga akhir September.

Dalam kesempatan yang sama, salah satu penerima Banpres Produktif ialah penjual jamu gendong, Narsih yang menggeluti usaha ya selama 25 tahun. Ia menggunakan Banpres itu untuk modal dalam menggerakkan usahanya.

Ia mengaku proses menerima bantuan tidak ada kendala dan selaku nasabah BRI hanya mengisi formulir penerima bantuan. “Saya ditelepon BRI Cipulir, dipanggil disuruh ke (kantor) BRI, enggak tahunya dapat Banpres dua juta empat ratus rupiah. Saya buat usaha beli alat-alat jamu, sama rombong (gerobak) jamu dan sepeda, buat sehari-hari jualan,” ungkapnya. (Setkab)

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home