Loading...
SAINS
Penulis: Sabar Subekti 01:04 WIB | Sabtu, 08 Februari 2020

Virus Corona Diduga Menular ke Manusia Melalui Trenggiling

Trenggiling, satwa yang terancam punah, meskipun dilarang, tetapi termasuk yang paling banyak diperdagangkan, terutama ke China dan Vietnam. (Foto: Ist)

BEIJING, SATUHARAPAN.COM-Trenggiling yang terancam punah kemungkinan menjadi satwa yang memfasilitasi sebagai “rumah” penyebaran virus corona baru di China, kata para ilmuwan China, hari Jumat (7/2).

Para peneliti telah lama menduga bahwa virus itu, yang kini telah menewaskan lebih dari 630 orang dan menginfeksi sekitar 31.000 orang lainnya, ditularkan dari hewan ke manusia di sebuah pasar di pusat kota Wuhan di China akhir tahun lalu.

Para peneliti di Universitas Pertanian China Selatan telah mengidentifikasi mamalia bersisik itu sebagai "inang atau rumah” perantara yang potensial, kata universitas itu dalam sebuah pernyataan, dikutip AFP. Namun tidak memberikan rincian lebih lanjut.

Virus baru itu awalnya diyakini berasal dari kelelawar, tetapi para peneliti telah menyarankan mungkin ada "inang” perantara dalam penularan ke manusia.

Setelah menguji lebih dari 1.000 sampel dari hewan liar, para ilmuwan dari universitas itu menemukan urutan genom virus yang ditemukan pada trenggiling menunjukkan 99 persen identik dengan yang ada pada pasien virus corona, kantor berita resmi Xinhua melaporkan.

Trenggiling dianggap sebagai satwa liar yang paling diperdagangkan di planet ini dan lebih dari satu juta telah diambil dari hutan Asia dan Afrika dalam dekade terakhir, menurut Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN).

Mereka dikirim untuk pasar di China dan Vietnam, di mana satwa ini digunakan dalam pengobatan tradisional, meskipun tidak memiliki bukti tentang manfaat medis. Dan daging trengiling diperdagangkan di pasar gelap.

Para ahli pada hari Jumat (7/2) menyerukan para ilmuwan China untuk merilis lebih banyak data dari penelitian mereka. Sebab, hanya melaporkan tentang kesamaan antara urutan genom virus adalah "tidak cukup," kata James Wood, seorang profesor kedokteran hewan di University of Cambridge yang dikutip AFP.

Wood mengatakan hasil itu mungkin disebabkan oleh "kontaminasi dari lingkungan yang sangat terinfeksi.”

“Kita perlu melihat semua data genetik untuk mengetahui bagaimana terkaitnya virus manusia dan trenggiling,” kata Jonathan Bell, seorang profesor virologi molekuler di Universitas Nottingham.

China pada bulan Januari memerintahkan larangan sementara perdagangan satwa liar sampai epidemi virus corona terkendali.

Negara ini telah lama dituduh oleh para konservasionis menoleransi perdagangan gelap satwa langka untuk makanan atau sebagai bahan obat-obatan tradisional.

Daftar harga yang beredar di Internet China untuk bisnis di pasar Wuhan menunjukkan sejumlah hewan atau produk dari hewan, termasuk rubah hidup, buaya, anak anjing serigala, salamander raksasa, ular, tikus, burung merak, landak, daging unta, dan hewan lain. Setidaknya ada 112 item.

Virus SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) yang menewaskan ratusan orang di China dan Hong Kong pada 2002-2003 juga telah ditelusuri sumber virusnya sampai ke satwa liar. Dan  para ilmuwan mengatakan kemungkinan berasal dari kelelawar, yang kemudian menjangkau manusia melalui musang.

"Mengakhiri perdagangan satwa liar dapat membantu menyelesaikan beberapa risiko jangka panjang yang terkait dengan reservoir hewan zoonosis," kata Wood yang merujuk pada penyakit menular yang dapat ditularkan antara hewan dan manusia.

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home