Loading...
FOTO
Penulis: Dedy Istanto 20:17 WIB | Rabu, 30 September 2015

Aksi September Hitam Peringatan 50 Tahun Tragedi Kemanusiaan

Aksi September Hitam Peringatan 50 Tahun Tragedi Kemanusiaan
Para aktivis yang tergabung dalam Aliansi Peduli Penegakan Hak Asasi Manusia (HAM) menggelar aksi "September Hitam" dalam rangka memperingati 50 tahun tragedi kemanusiaan pada tahun 1965 yang telah menewaskan sekitar 3 juta jiwa yang digelar di halaman Stasiun Kereta Rel Listrik Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Rabu (30/9). Dalam aksinya para aktivis menyalakan lilin bertuliskan 50 Tahun Orde Baru sebagai simbol pada rezim di mana kejelasan akan peristiwa itu hingga sekarang masih misteri. (Foto-foto: Dedy Istanto).
Aksi September Hitam Peringatan 50 Tahun Tragedi Kemanusiaan
Salah satu peserta aksi saat menggelar teaterikal di halaman stasiun KRL UI yang bercerita tentang para petani yang disiksa dan dibantai oleh para oknum tentara yang terjadi pada tahun 1965.
Aksi September Hitam Peringatan 50 Tahun Tragedi Kemanusiaan
Aksi teaterikal yang bercerita tentang penyiksaan dan pembantaian petani dan warga sipil pada tahun 1965 diperankan oleh sejumlah mahasiswa dan mahasiswi UI yang digelar di halaman stasiun KRL UI, Depok.
Aksi September Hitam Peringatan 50 Tahun Tragedi Kemanusiaan
Salah satu mahasiwi yang berperan sebagai anggota Gerwani yang disiksa oleh para tentara dalam aksi teaterikal bertajuk September Hitam dalam rangka peringatan 50 tahun tragedi kemanusiaan tahun 1965.
Aksi September Hitam Peringatan 50 Tahun Tragedi Kemanusiaan
Salah satu peserta aksi saat membentangkan sebuah poster bergambar tentang kisah tragedi tahun 1965 di jalan menuju pintu masuk Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat.
Aksi September Hitam Peringatan 50 Tahun Tragedi Kemanusiaan
Salah satu peserta aksi saat membawa atribut bertuliskan Orde Baru sebagai rezim di mana tragedi kemanusiaan tahun 1965 dibungkam dan sampai sekarang tidak jelas sejarahnya.

DEPOK, SATUHARAPAN.COM – Aliansi Peduli Penegakan Hak Asasi Manusia (HAM) menggelar aksi simbolik bertajuk “September Hitam” sebagai momentum peringatan tragedi kemanusiaan tahun 1965 yang digelar di halaman Stasiun Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, hari Rabu (30/9).

Peringatan dilakukan bersama dengan sejumlah elemen pegiat hak asasi manusia (HAM) dengan menggelar aksi teaterikal yang menceritakan tentang penyiksaan serta pembantaian para petani serta masyarakat sipil pada masa itu dan dilanjutkan dengan aksi menyalakan lilin bertuliskan 50 tahun Orde Baru (Orba).

Tragedi kemanusiaan tahun 1965 merupakan tragedi kelam yang menjadi bagian sejarah di Indonesia. Diperkirakan korban jiwa yang tewas dalam pembantaian pada saat itu mencapai 500 ribu sampai dengan tiga juta jiwa. Masyarakat Indonesia sampai saat ini tidak diberikan kejelasan secara mendasar terhadap peristiwa itu. Para aktivis menilai, instansi di bidang pendidikan, maupun lembaga pemerintahan seakan menutup-nutupi dan membiarkan peristiwa tersebut menguap hingga sampai akhirnya terlupakan.

“September Hitam” merupakan ungkapan yang mencoba mengingatkan kembali akan tragedi tersebut agar tidak dilupakan begitu saja. Aksi ini merupakan bentuk pembelaan terhadap kemanusiaan yang telah ternodai dengan adanya pembantaian oleh tangan-tangan rezim Orba dengan dalih demi stabilitas keamanan negara.

Aliansi Peduli Penegakan HAM mengecam Pemerintah Indonesia karena tidak membuka kejelasan sejarah dan hukum terhadap kasus pembantaian massal pada tahun 1965. Selain itu menuntut untuk segera adili pelaku pembantaian, serta menghentikan stigma terhadap penyitas dan keluarga penyitas serta merumuskan dan menuliskan kembali sejarah Indonesia berdasarkan data dan fakta empirik tanpa rekayasa dan campur tangan kepentingan.

Aliansi tergabung dari sejumlah elemen diantaranya Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS), Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (BEM FISIP UI), BEM Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI, BEM Vokasi UI, Koalisi Keadilan dan Pengungkapan Kebenaran, dan sejumlah elemen lainnya. 

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home