Loading...
LAYANAN PUBLIK
Penulis: Reporter Satuharapan 19:59 WIB | Kamis, 17 Mei 2018

DPRD: Elektrifikasi Listrik Bergerak Lambat di NTT

Sebuah perahu melintas di samping Kapal Listrik asal Turki "Marine Vessel Power Plant" di PLTU Bolok Kupang, NTT, Rabu (28/12/2016). Kapal listrik berkapasitas 120 Megawatt tersebut telah resmi beroperasi dengan daya 36 MW dan akan dilakukan peningkatan secara bertahap sampai dengan 60 MW sesuai kontrak antara PT. PLN dengan pihak kapal. (Foto: Antara/Kornelis Kaha)

KUPANG, SATUHARAPAN.COM - Anggota Komisi V DPRD Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Alexander Ena, menilai rasio elektrifikasi listrik di provinsi setempat bergerak lambat karena baru mencapai 60,82 persen hingga April 2018.

"Elektrifikasi listrik di NTT bergerak lambat, bahkan masih berjalan di tempat, karena dari 2004 posisinya mencapai 54 persen dan sekarang baru 60,82 persen," kata politisi dari F-NasDem itu di Kupang, Kamis (17/5).

Mantan Ketua Komisi IV DPRD Provinsi NTT yang bermitra dengan PT PLN Wilayah NTT maupun Dinas Energi dan Pertambangan itu mengatakan, pembangunan kelistrikan di provinsi setempat tidak meningkat signifikan dalam 10 tahun terakhir.

Menurutnya, PLN setempat sebagai instansi teknis pemerintah yang membangun kelistrikan belum bergerak cepat setelah Presiden Jokowi menggaungkan program 100 persen desa berlistrik.

"Instansi teknis di daerah harusnya segera menangkap pesan presiden ini. Semestinya rasio elektrifikasi di NTT hari ini berada di posisi 75 persen tapi ternyata di bawah," katanya.

Artinya, kata dia, program "Indonesia Terang" belum benar-benar menyentuh masyarakat di provinsi berbasiskan kepulauan itu. Ia mencontohkan, seperti di Kabupaten Alor terdapat sekitar lima kecamatan yana belum pernah menikmati listrik.

"Saya yakin di kabupaten lainnya di NTT juga sama, seperti di Kabupaten Manggarai Timur, Pulau Flores, sama juga banyak desa atau kecamatan yang belum berlistrik," katanya.

Alexander meminta agar pihak PLN tidak berjalan sendiri dalam bekerja melistriki desa-desa, melainkan tetap berkoordinasi secara intensif dengan pemerintah daerah dan masyarakat setempat.

"Persoalan seperti ada kendala desa-desa di hutan dan sulit dilalui jaringan karena izin pemanfaatan hutan, itu kan bisa koordinasi segera dengan pemerintah untuk mendapat solusinya," katanya.

Sebelumnya, Manager Teknik PT PLN Persero Wilayah NTT I Putu Sudarsa mengemukakan, tingkat rasio elektrifikasi listrik di NTT hingga April 2018 mencapai 60,82 persen.

Ia mejelaskan, rasio tersebut merupakan gabungan dari yang dikerjakan PLN sebesar 54 persen dan sisanya dari Kementerian Energi Sumber Daya dan Mineral (ESDM) maupun pemerintah daerah setempat.

Sudarsa mengakui, realisasi pekerjaan melistriki desa-desa di provinsi setempat masih jauh dari target, seperti jumlah desa yang berhasil dilistriki pada 2017 lalu sebanyak 132 desa dari target 632 desa.

Sementara pada tahun 2018, lanjutnya, PLN menargetkan akan melistriki sebanyak 568 desa sehingga semua desa di NTT 100 persen berlistrik pada tahun 2019.

"Memang masih jauh dari target, namun dengan keterbatasan sumber daya yang ada serta tantangan kondisi di lapangan, kami tetap terus membangun kelistrikan untuk mengejar target ini," katanya. (Antara)

 

 

Editor : Melki Pangaribuan


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home