Loading...
EKONOMI
Penulis: Eben E. Siadari 14:56 WIB | Senin, 03 Agustus 2015

Rhenald Kasali: Indonesia Tidak Siap Hadapi Penguatan Dolar

Rhenald Kasali (Foto: akun twitter Rhenald Kasali)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Gurubesar Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Rhenald Kasali menilai sejak tahun 2009 Indonesia tidak siap dan tidak memiliki rencana menghadapi kemungkinan penguatan dolar AS, walaupun hal itu sebetulnya sudah diprediksi.

Menurut dia, Bank Sentral AS (The Fed) sudah jauh-jauh hari mengingatkan bahwa kebijakan pelonggaran kebijakan moneter (quntitative easing) akan ada batas waktunya, yang menyebabkan suku bunga AS akan naik dan nilai tukar dolar AS akan menguat.

Sejumlah lembaga, seperti Morgan Stanley dan berbagai biro riset sudah mengingatkan bahwa beberapa negara, seperti Brasil, Chile, Turki, Afrika Selatan dan Indonesia akan mengalami kesulitan.

"Menjadi masalah, sejak 2009 kita tak membuat planning apa-apa. Bahkan subsidi BBM tidak dialihkan ke sektor produktif," kata Rhenald, lewat akun twitternya hari ini (3/8).

Rupiah pagi tadi menurut Bloomberg Dollar Index  bertengger di kurs ke Rp 13.514 per dolar AS. Melemahnya rupiah akibat penguatan dolar telah menjadi sorotan luas. Kemarin, Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro, menjadi sasaran kritik karena pernyataannya yang mengatakan pelemahan rupiah bukan tanggung jawab pemerintah. Bambang mengatakan, rupiah yang terdepresiasi lebih dalam ini merupakan tanggung jawab otoritas moneter yakni Bank Indonesia. Menurut dia, Bank Indonesia lah yang seharusnya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

Rhenald Kasali berpendapat tanggung jawab atas pelemahan rupiah saat ini sebetulnya sudah bisa ditelusuri jejaknya sejak 2008. Ketika itu, AS dilanda krisis.

Untuk menghadapinya, The Fed mengambil langkah pelonggaran kebijakan moneter yang dikenal sebagai quantitative easing.
 

Melalui kebijakan ini, pasok dolar bertambah signifikan.

Rhenald mengatakan masalah yang dihadapi kini muncul karena sejak 2009 Indonesia tidak mengantisipasinya.

"Infrastruktur tidak dibangun, penegakan hukum terkesan diabaikan, pelabuhan tidak dibenahi sejak lima tahun.Dengan demikian, saatnya tiba kita tidak siap," tulis dia.

Rhenald mengatakan, kini Indonesia harus menghadapi penguatan dolar AS yang memang terjadi merata kepada semua mata uang di dunia. Kendati masalahnya berat dan tidak dapat diselesaikan dalam jangka pendek, Rhenlad meyakini masih ada jalan. Sayangnya ia belum bersedia mengemukakan jalan itu.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home