Loading...
INDONESIA
Penulis: Ignatius Dwiana 15:56 WIB | Jumat, 21 Juni 2013

Zumrotin K. Susilo: Inkosistensi Kelompok Anti-KB

Program Keluarga Berencana masih menemukan kendala dalam pelaksanaannya. (dok. beritakendal)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pelbagai asumsi penolakan program Keluarga Berencana (KB) yang termuat dalam tiga buku terbitan Rumah KitaB membuat aktivis perempuan, Zumrotin K. Susilo gerah. Respons itu disampaikan di acara peluncuran tiga buku terbitan Rumah Kita Bersama (Rumah KitaB) di Gedung Pengurus Besar Nadhatul Ulama (PBNU) Jakarta pada hari Kamis (20/6) kemarin.

“Alasan lainnya ingin memperbanyak orang menghadapi orang kafir, ingin bikin laskar membela Tuhan. Tuhan kok dibela, bukankah itu sama saja dengan mengecilkan arti Tuhan. Ini dibolak-balik, ini inkosistensi mereka. Mereka berpandangan Tuhan Maha besar, tetapi masih perlu laskar untuk membela dia, Jundullah. Intinya mereka tidak setuju KB untuk membatasi kelahiran. Tetapi untuk merencanakan setuju. Menurut saya untuk membatasi dan merencanakan itu tipis batasannya,” tegas Zumrotin.

Menurut Al Qur’an, jarak tiap anak dilahirkan harus tiga tahun. Menyusui dua tahun, hamil lagi setelah tiga tahun. Inkosistensi terjadi karena seseorang berbicara dengan merujuk pada Al Qur’an tetapi memiliki anak tanpa memakai rujukan seperti yang al Qur’an anjurkan bahwa jarak tiap anak dilahirkan harus tiga tahun.

Misalkan ada partai mengatakan yang kaya boleh punya anak banyak, tetapi yang miskin sebaiknya jangan.  Dinyatakan pula bahwa ini untuk memperbanyak kader. Mengomentari fakta itu Zumrotin K. Susilo mengatakan, “Masa mau menang Pemilu harus tidak merencanakan jumlah anak, tahu-tahu anaknya pilih partai lain. Jadi ada kontradiksi antara pandangan dia dengan realitanya.”

“Yang lebih mengejutkan mereka betul-betul poligami karena sayang sama istrinya. Supaya tidak melayani dia harus butuh istri empat, ‘kan gila? Dia pikir istri pertama yang dimadu tidak sakit hati. Karena kasihan dan sayang sama istri saya maka saya harus kawin lagi.”

Alasannya seseorang berpoligami karena istrinya punya bayi, capek, dan tidak boleh digauli sehingga membutuh isteri yang lain sebagai wujud sayangnya pada istri yang punya bayi.

“Buku ini jika dibaca oleh orang yang punya logika pasti akan tertawa. Tetapi buku ini akan bahaya dibaca mereka yang tidak punya logika.” Kata Zumrotin K. Susilo yang pernah menjabat Wakil Ketua Komnas HAM.

Editor : Wiwin Wirwidya Hendra


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home