Loading...
INSPIRASI
Penulis: Woro Wahyuningtyas 01:00 WIB | Selasa, 16 Juni 2015

Adil Sejak dalam Pikiran

Perlukah memberi label?
Foto: istimewa

SATU HARAPAN.COM – Minggu lalu, Kamis 11 Juni 2015, lepas senja, saya tiba dengan sepeda kesayangan di Bundaran Hotel Indonesia. Tidak seperti biasanya saya bersepeda dan berhenti di sana. Senja itu, saya bersama kawan harus mempersiapkan sebuah aksi simpatik dan doa bersama. Aksi tersebut bernama ”Gerakan 1.000 Lilin untuk Anak Indonesia”.

Aksi ini merupakan wujud keprihatinan akan terus mencuatnya angka kekerasan terhadap anak di Indonesia. Momentum kematian Angeline digunakan sebagai dasar aksi ini. Belum genap sebulan lalu kita disuguhi berita penelantaran dan dugaan kekerasan anak-anak dalam sebuah keluarga, dalam minggu ini kita harus kembali melihat kekerasan yang berujung kematian seorang anak.

Dua kejadian itu yang bisa kita ”nikmati” di media massa. Tetapi, itu hanya puncaknya saja. Kekerasan pada anak adalah sebuah fenomena gunung es, banyak yang tidak diketahui publik, banyak yang tidak terlaporkan, banyak yang hanya menjadi konsumsi privat keluarga. Data KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia ) menerima sebanyak 622 laporan kasus kekerasan terhadap anak sejak Januari hingga April 2014, hanya selama 4 bulan angka kekerasan pada anak menembus angka di atas 500, tetapi saya meyakini itu hanya sebagian dari yang sebenarnya terjadi.

Lepas dari segala banyaknya kekerasan terhadap anak tersebut, kasus Angeline saat ini sedang hangat diperbincangkan media. Ada hal menarik yang kita bisa pelajari. Dalam setiap berita, media, juga media social, cenderung melakukan penghakiman dan pelabelan. Label tersebut disematkan kepada keluarga kandung dan juga keluarga korban. Keluarga kandung dilabelkan dengan keluarga tidak baik, menyerahkan anaknya demi uang. Sedangkan keluarga angkat dilabelkan dengan keluarga sakit jiwa karena diduga membiarkan adanya kekerasan, bahkan sampai dengan terbunuhnya Angeline.

Media kita sering tidak adil dalam memberitakan, beberapa fakta belum keluar, namun asumsi sudah keluar menjadi berita. Itu  juga terjadi pada diri kita sendiri dalam memberikan label pada suatu kasus ataupun berita. Perjuangan pada sebuah regulasi dan membangunkan kesadaran untuk lebih memerhatikan anak  dalam keluarga merupakan hal pertama yang harus dilakukan. Tetapi, adilkah kita dalam perjuangan itu memberikan label?

Semoga dalam setiap keterbatasan dalam memberi diri pada sebuah perjuangan, kita selalu diingatkan oleh kalimat yang pernah ditulis Pramoedya Ananta Toer: ”adil sejak dalam pikiran”.

 

Editor: ymindrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home