Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 14:09 WIB | Jumat, 05 September 2014

Ajudan Al-Baghdadi Meninggal dalam Serangan di Mosul

Inggris kemungkinan bergabung dengan AS dan Irak serang NIIS; PM Inggris, David Cameron, kritik negara-negara yang membayar tebusan pada kelompok penculik. Membayar tebusan disebutkan sebagai mengalahkan diri sendiri; Beberapa negara Uni Eropa disebutkan langgar komitmen G8 itu
Pemimpin Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS), Abu Bakr al-Baghdadi,. (Foto: Ist)

MOSUL, SATUHARAPAN.COM – Ajudan Pemimpin  Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS), Abu Bakr al-Baghdadi, meninggal dalam serangan udara di Mosul, Irak utara, kata Kementerian Pertahanan Irak, hari Kamis (4/9).

Anggota penting NIIS lainnya juga dinyatakan meninggal, kata kementerian itu menambahkan seperti dikutip situs berita Al Arabiya.

Irak dan Amerika Serikat melancarkan operasi berasam serangan udara terhadap sasaran NIIS atau ISIS (Islamic State of Iraq and Syria), setelah kelompok militan merebut sebagian wilayah utara dan barat negara itu.

AS memulai serangan udara di Irak pada awal Agustus dan tengah memimpin dalam upaya untuk membentuk koalisi internasional untuk mengintensifkan serangan terhadap militan NIIS.

Baghdadi, yang adalah seorang tokoh utama kelompok ekstremis Sunni  yang melawan invasi pimpinan AS ke Irak pada tahun 2003, dan kemudian melancarkan pemberontakan kepada pemerintah Irak. Dia menyatakan dirinya khalifah dari suatu negara Islam yang  wilayahnya meliputi  Irak dan Suriah. Dia menjadi pemimpin NIIS sejak dibentuk pada tahun 2013.

Inggris Kritik Tebusan bagi Penculikan

Sementara itu, Perdana Menteri Inggris, David Cameron, menunjukkan negaranya mungkin akan bergabung dalam serangan tersebut, seperti diungkapkan dalam sambutannya pada pembukaan pertemuan puncak NATO di Wales.

Dalam pertemuan itu, seperti dikutip The Guardian, Cameron menyatakan bahwa membayar uang tebusan kepada kelompok ekstremis seperti NIIS adalah tindakan "mengalahkan diri sendiri."

Yan penting bukan tanda tangan Anda pada deklarasi, tapi tidak membiarkan membayar uang  kepada teroris penculik, karena uang yang jatuh ke tangan mereka akan menjadi senjata, masuk dalam rencana teror, dan melakukan lebih banyak penculikan, kata Cameron.

Dia mengacu pada pernyataan yang ditandatangani oleh anggota G8 tahun lalu yang menentang membayar tebusan bagi penculik, yang disebutnya telah dilanggar. "Ini benar-benar mengalahkan diri sendiri. Hal ini lebih buruk dari diri sendiri; sebenarnya merupakan risiko kepada kami di dalam negeri."

Namun Cameron tidak mengungkapkan negara yang membayar uang tebusan untuk menyelamatkan warga negara mereka. Namun The Guardian mengatakan bahwa tiga negara Uni Eropa, termasuk Prancis, Spanyol dan Italia, disebutkan telah melanggar semangat pernyataan G8.

 "Saya tidak ragu bahwa negara-negara yang mungkin membayar uang tebusan kepada kelompok teroris, termasuk kelompok teroris ini (NIIS), membuat mereka memiliki puluhan juta dolar yang dapat  mereka gunakan untuk menculik dan menyandera yang lainnya, mempersiapkan rencana aksi  teroris, termasuk terhadap kami di sini di Inggris, dan membeli senjata senjata untuk melancarkan malapetaka."

Setelah NIIS memancung dua wartawan AS, kelompok ekstremis itu juga menahan seorang pekerja bantuan asal Inggris bernama David Haines.

Menurut The Independent, Austria, Prancis, Jerman, Italia dan Swiss telah membantah membayar uang tebusan, tetapi dokumen-dokumen yang dikumpulkan oleh seorang wartawan di Mali menyebutkan bahwa mereka lakukan pembayaran tebusan.

The Independent memperkirakan bahwa NIIS menghasilkan pendapatan sekitar US$ 1,5 miliar dari kegiatan melanggar hukum, termasuk penculikan.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home