Loading...
OLAHRAGA
Penulis: Prasasta Widiadi 07:56 WIB | Minggu, 27 Maret 2016

Anak Tulis Puisi Untuk Mendiang Johan Cruyff

Ilustrasi: Johan Cruyff semasa hidup (kiri) dan anaknya Jordi Cruyff (kanan) saat masih membela Barcelona. (Foto: dailymail.co.uk).

SATUHARAPAN.COM – Jordi Cruyff, putra ketiga almarhum pesepak bola legendaris Belanda, Johan Cruyff menulis puisi di akun twitternya mengenai kesedihan atas ayahnya yang meninggal dunia beberapa hari lalu.

“Seorang ayah, bapak, dan opa (kakek, red). Kami akan selalu merindukanmu, rasanya berat namun aku harap ini akan membuatmu bangga,” kata Jordi dalam akun twitternya (@JordiCruyff) dan diberitakan ulang situs berita Mirror, hari Sabtu (26/3).

Dalam akun twitter selanjutnya, Jordi juga menulis puisi yang dirangkai dengan gambar keluarga Cruyff di masa lalu. Puisi tersebut tidak memiliki judul.

 Terjemahan puisi tersebut kira-kira demikian:

Tuhan melihatmu semakin letih,

Pengobatan tidak juga dapat menolongmu,

Jadi Tuhan menggenggam erat tanganmu,

“Ikutlah dengan-Ku,” kata Tuhan.

Dengan mata berkaca-kaca

kami menyaksikanmu,

 jauh meninggalkan kami,

Kami  merindukanmu,  

Kami  tidak dapat mencegah kepergianmu,

Saat degup jantung terhenti,

Kedua tangan memberi isyarat istirahat panjang,

Tuhan memanggilmu sebagai bukti Ia mengambil yang terbaik.

Jordi menjelaskan jenazah ayahnya telah diperabukan  di Barcelona, Spanyol.  Dia menjelaskan upacara kremasi hanya akan dihadiri keluarga terdekat.  “Kami meminta pengertian untuk penghormatan terhadap privasi keluarga dalam saat-saat yang sensitif dan emosional ini," kata Jordi seperti diberitakan situs olahraga,Sport24.

Jordi  mengerti keinginan banyak orang yang ingin menghormati Johan dan mengenang kehidupannya sebagai sosok yang inspiratif untuk perkembangan sepak bola dunia modern.  

Begitu besarnya jasa Johan Cruyff bagi Ajax Amsterdam (Belanda), pihak manajemen berencana mengganti nama stadion yang saat ini menjadi markas Ajax Amsterdam dari Amsterdam Arena menjadi Johan Cruyff Arena.

Keluarga Cruyff

Johan Cruyff, seperti catatan Wikipedia, lahir pada 25 April 1947. Dia merupakan anak kedua dari pasangan Hermanus Corneli Cruijff dan Petronella Bernarda Draaijer.

Pada 2 Desember 1968, Cruyff menikah dengan Danny Coster. Cruyff selalu mendapat suntikan semangat dalam sepak bola saat bersama Danny.

Johan dan Danny memiliki tiga anak Chantal Cruyff, Susila Cruyff, dan Jordi Cruyff.

Mereka tinggal di Barcelona sejak 1973, atau saat kali pertama Johan bersepak bola di Spanyol guna memperkuat Barelona, sebelumnya mereka tinggal di Belanda, karena Johan sebelumnya memperkuat Ajax Amsterdam.

Kehadiran Cruyff di tim nasional Belanda, membuat negara yang dijuluki Total Football itu semakin tajam. Pada 1966, di usianya yang baru 19 tahun, tim nasional Belanda memanggil Cruyff.

Saat masih bermain sepak bola, Johan pernah melanglang buana bersepak bola di Eropa dan Amerika Serikat antara lain memperkuat Ajax Amsterdam, Barcelona, Levante, dan Feyenoord Rotterdam, sementara saat di Amerika Serikat dia pernah merumput dengan Los Angeles Aztecs dan Washington Diplomatics.

Dalam karir kepelatihan, Johan sempat melatih Ajax Amsterdam, Barcelona dan Catalunia.

Maestro Sepak Bola

Beberapa pihak yang berkecimpung dalam sepak bola di Eropa turut angkat bicara tentang kepergian Cruyff.

Mantan pelatih tim nasional Italia, Arrigo Sacchi menjelaskan metode yang dipereknalkan Johan Cruyff atau total football adalah sebuah taktik yang sangat misterius.

“Kalau saya mengenang lagi tim nasional Belanda  pada 1970-an, rasanya saya benar-benar tidak henti berdecak kagum. Kenapa saya sebut misterius, karena tim nasional Belanda memegang bola (ball possession, red) terus-menerus,” kata Sacchi seperti diberitakan The Economist hari Rabu (23/3).

“(Karena mengendalikan bola terus-menerus, red) televisi  di rumah saya sampai tidak muat mendeskripsikan luasnya lapangan sepak bola karena di setiap jengkal lapangan, para pemain Belanda (termasuk Johan, red) menguasai bola,” kata Sacchi.

Laki-laki yang juga pernah melatih AC Milan tersebut mengatakan bahwa falsafah sepak bola  total football – diperkenalkan pelatih tim nasional  Rinus Michel – dipahami sebagai perkembangan teori sepak bola modern.

“Saya harus melihat seluruh lapangan guna memahami apa yang mereka (tim nasional Belanda, red) lakukan dan sepenuhnya menghargai itu,” kata Sacchi.

Pujian juga datang dari pelatih Bayern Munchen (Jerman), Josep Guardiola yang menyebut Johan Cruyff adalah wujud dari revolusi sepak bola modern.

“Jika melihat Cruyff ibaratnya sama seperti kita membangun katedral, kita bertugas  mempertahankan bangunan itu,” kata Guardiola.

Lain lagi komentar Jack Reynolds – mantan pelatih Ajax Amsterdam – dia menjelaskan, seperti diberitakan The Economist bahwa filsafat sepak bola menyerang total football yang diterapkan almarhum Rinus Michels (mantan pelatih Belanda) adalah menguasai bola selama mungkin, agar rekan-rekan setim dapat menciptakan ruang sebanyak mungkin.

“Sebuah tim yang menguasai bola dalam jangka waktu lama diperlukan agar lawan kebingungan apakah mereka harus merebut bola atau  mundur bertahan,” kata Reynolds.

Catatan The Economist menyebut sebagai pemain,  Johan Cruyff adalah eksponen Total Football ini karena Johan menikmati sukses besar dengan memenangkan Liga Champions tiga musim berturut-turut di Ajax Amsterdam, dan  delapan gelar Liga Belanda.

Johan saat masih bermain juga pernah membantu Barcelona memenangkan Liga Primera Spanyol, dan satu gelar untuk klub Liga Belanda lainnya, Ajax Amsterdam.

Satu gelar yang belum berhasil diraih Johan Cruyff yakni Piala Dunia, momen yang paling dikenang dunia yakni saat Johan memperkuat tim nasional Belanda pada Final Piala Dunia 1974 saat tim nasional Belanda tumbang dengan skor 2-1 atas tim nasional Jerman. (mirror.co.uk./sport24.co.za/economist.com/wikipedia.org).

Ikuti berita kami di Facebook

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home