AS Kutuk Serangan Warga Irak ke Kedutaan Swedia, Kecam Keamanan Tidak Bertindak
WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM-Amerika Serikat mengutuk keras serangan pengunjuk rasa di kedutaan Swedia di Baghdad pada hari Kamis (20/7), dan mengatakan "tidak dapat diterima" bahwa pasukan keamanan Irak tidak berbuat banyak untuk melindungi misi tersebut.
“Amerika Serikat mengutuk keras serangan terhadap Kedutaan Besar Swedia di Bagdad pada dini hari tanggal 20 Juli,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri, Matthew Miller. Ini mengikuti seruan yang sama yang dilontarkan Inggris dan Uni Eropa.
“Tidak dapat diterima bahwa Pasukan Keamanan Irak tidak bertindak untuk mencegah pengunjuk rasa memasuki kompleks Kedutaan Besar Swedia untuk kedua kalinya dan merusaknya,” katanya.
Kamis pagi pengikut ulama Islam Syiah dan pemimpin politik, Muqtada al-Sadr, memimpin serangan di kompleks kedutaan, membakar gedung-gedung.
Serangan itu terjadi menjelang protes pembakaran Al Quran yang direncanakan di Stockholm, yang kedua dalam waktu kurang dari sebulan, yang dikutuk oleh pemerintah Irak.
Miller mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa kebebasan untuk memprotes adalah bagian penting dari demokrasi. "Tapi apa yang terjadi tadi malam adalah tindakan kekerasan yang melanggar hukum," katanya tentang serangan itu.
“Misi asing seharusnya tidak menjadi sasaran kekerasan,” katanya. Miller meminta pemerintah Irak untuk memenuhi kewajibannya berdasarkan hukum internasional untuk melindungi misi diplomatik asing.
Erikson Seilidiki Penangguhan Izin di Irak
Sementara itu, Ericsson, perusahaan asal Swedia, sedang menyelidiki laporan Baghdad telah menangguhkan izin kerja karyawan di Irak dan implikasi potensial bagi pelanggan dan staf di negara itu, kata perusahaan peralatan telekomunikasi Swedia pada hari Jumat (21/7).
Pada hari Kamis, Irak mengusir duta besar Swedia sebagai protes atas rencana pembakaran Al Quran di Stockholm yang mendorong pengunjuk rasa menyerbu kedutaan Swedia di Baghdad. Kantor berita negara melaporkan bahwa izin kerja Ericsson di Irak telah ditangguhkan.
Dua pengunjuk rasa di Stockholm pada hari Kamis menendang dan menghancurkan sebagian buku yang mereka katakan adalah Al Qur'an tetapi tidak membakarnya. Namun Swedia telah mengalami sejumlah pembakaran Al Quran dalam beberapa tahun terakhir, sebagian besar dilakukan oleh aktivis sayap kanan dan anti Muslim.
“Insiden di Swedia, yang melibatkan pembakaran Al Quran, sangat menyinggung keyakinan agama dan nilai-nilai yang dijunjung oleh umat Islam di seluruh dunia,” kata juru bicara Ericsson melalui email. “Tindakan ini tidak mencerminkan nilai inti dari rasa hormat Ericsson.”
Ericsson, yang memiliki sekitar 30 karyawan tetap di Irak, mengatakan keselamatan staf, mitra, dan pelanggannya adalah prioritas utamanya. "Kami menghormati semua budaya dan agama, dan kami sangat mementingkan untuk menghormati pelanggan dan karyawan kami, dan komunitas tempat kami beroperasi," kata juru bicara itu.
“Sangat bermasalah ketika kebebasan berekspresi berubah menjadi keterasingan antara budaya atau agama yang berbeda.”
Irak adalah pasar yang relatif kecil berdasarkan penjualan untuk Ericsson. (AFP/Reuters)
Editor : Sabar Subekti
YouTube Tambah Durasi Shorts hingga 3 Menit
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - YouTube kembali melakukan pembaruan signifikan pada layanan video pendekn...