Loading...
INSPIRASI
Penulis: Sih Ell Mirmaningrum 23:14 WIB | Kamis, 19 September 2013

Belajar dari Penyakit Pathek pada Cabai

Cabai merah yang rusak akibat hama pathek (foto: Antara/Rudi Mulya)

SATUHARAPAN.COM – Suatu  hari saya berkunjung ke rumah seorang petani, yang pada hari itu sedang memetik hasil tanaman cabainya. Ada banyak hasil panen hari itu. Namun, ketika saya perhatikan cabai hasil panen hari itu, ada yang aneh. Cabai-cabai itu banyak yang tidak dapat dimanfaatkan karena buah yang seharusnya berwarna hijau atau merah segar menjadi kecoklatan seperti tersengat matahari. Ada yang hampir keseluruhan buahnya sudah berwarna coklat, ada yang setengah coklat setengah hijau, ada pula yang nyaris tak terlihat warna coklatnya. Namun, jika diperhatikan ada satu titik berwarna coklat (sebesar ujung jarum) di antara warna hijau cabai itu. Para petani menyebut tanaman cabainya kena pathek.

Buah cabai yang kena pathek—penyakit antraknosa akibat jamur—itu mengingatkan saya akan kehidupan manusia. Sering dosa masuk ke dalam hati kita nyaris tak terasa, bagaikan warna coklat seujung jarum yang akhirnya menghancurkan semua buah cabai itu.

Dan sakit hati adalah contoh penyakit pathek dalam hati kita. Sering kali hati kita menyimpan sedikit rasa sakit yang bila dibiarkan (dipelihara) akan menimbulkan dosa yang lebih besar—seperti halnya rencana balas dendam. Tak jarang sebuah peristiwa pembunuhan diawali dengan sakit hati yang dibiarkan berkembang dalam hati kita.

Seperti halnya petani yang harus berani memetik cabai meski baru terlihat setitik noda coklat di permukaan buah cabai, agar tidak menjalar juga ke cabai lainnya, demikian seharusnya kita. Jangan biarkan sakit hati menguasai hati kita. Segeralah memotong rasa sakit yang muncul akibat perlakuan orang lain terhadap diri kita dan menyerahkannya kepada DIA Sang Empunya hati. Karena penghakiman memang bukan hak kita.

Bersediakah kita?

 

editor: ymindrasmoro

email: inspirasi@satuharapan.com


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home