Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 11:34 WIB | Kamis, 18 Januari 2018

Berkat Tempurung Kelapa Mahasiswa IPB Raih Penghargaan di Jepang

Ilustrasi. Kiln alat yang mampu membuat arang dari limbah tempurung kelapa diciptakan oleh Mahasiswa Departemen Teknik Mesin dan Biosistem (TMB) Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) Pertanian Bogor (IPB), Mu’minah Mustaqimah, (Foto: ipb.ac.id)

BOGOR, SATUHARAPAN.COM – Mahasiswa Departemen Teknik Mesin dan Biosistem (TMB) Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) Institut Pertanian Bogor (IPB), Mu’minah Mustaqimah, menciptakan alat yang mampu membuat arang dari limbah tempurung kelapa, yang diberi nama Kiln.

“Orang Indonesia suka sekali dengan es kelapa, yang mengakibatkan banyaknya limbah tempurung kelapa. Limbah tempurung kelapa sulit didaur ulang. Akhirnya saya coba berpikir bagaimana caranya agar dapat memanfaatkan limbah ini,” katanya, pada Selasa (16/1) yang dilansir situs ipb.ac.id.

Kiln ini salah satu cara memanfaatkan tempurung kelapa untuk diubah menjadi bahan bakar arang. Mu’minah menyebutkan arang merupakan bahan bakar yang mudah digunakan, dekat dengan masyarakat Indonesia, murah, ringan, dan risiko bahayanya rendah. Arang juga memiliki banyak manfaat, di antaranya sebagai alternatif bahan bakar rumah tangga, filtrasi, hingga untuk aspek kesehatan mulut.

Kiln memanfaatkan proses karbonisasi pada pembakaran tempurung kelapa, dengan membatasi oksigen yang masuk melalui drum Kiln yang digunakan, sehingga tempurung kelapa akan menjadi arang bukan menjadi abu. Alat ini memiliki desain yang cukup sederhana dan murah sehingga dapat dibuat sendiri oleh berbagai kalangan mulai dari tingkat keluarga. Bahan pembuatan Kiln berasal dari barang-barang bekas yang mudah ditemukan, di antaranya tong atau drum bekas yang memiliki tutup dan dibuat cerobong asap, sekat, dan bahan baku utamanya, yaitu limbah tempurung kelapa.

Berkat ide kreatif itu, ia meraih penghargaan Best Oral Presentation dengan tema energi dalam Tri-U International Joint Seminar and Symposium (JISS) 2017 di Mie University Jepang, Oktober 2017. Simposium internasional itu merupakan ajang bergengsi yang diikuti berbagai negara di dunia dan dari berbagai latar belakang. “Pengalaman pertama yang tidak terlupakan. Di sana juga kita menampilkan tarian Indonesia, salah satunya Tari Piring,” katanya.

 

 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home