67 Anak Meninggal Akibat Wabah Campak-Gizi Buruk di Asmat
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM — Sedikitnya 67 orang anak meninggal akibat wabah campak dan gizi buruk yang terjadi di Kabupaten Asmat, Papua.
Sejumlah upaya terus dilakukan untuk menangani wabah campak dan gizi buruk di Kabupaten Asmat, Papua. Tim medis baik dari Kementerian Kesehatan, Tentara Nasional Indonesia dan Polri terus berdatangan untuk membantu tim medis di wilayah itu.
Pemerintah Kabupaten Asmat juga terus mendistibusikan bantuan makanan tambahan ke 23 distrik yang mencakup 224 kampung/desa.
Menurut Kepala Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Asmat, Steven Langi kepada VOA sepereti dilansir hari Kamis (18/1) mengatakan jumlah korban akibat campak dan gizi buruk di Kabupaten Asmat, Papua terus bertambah.
Menurutnya, pendataan empat tim terpadu penanggulangan campak dan gizi buruk mencatat sejak September lalu terdapat 524 korban akibat wabah campak dan gizi buruk. Enam puluh tujuh anak telah meninggal akibat campak dan gizi buruk ini. Mereka berasal dari distrik Fayit, Aswi dan Pulau Tiga.
Tim lanjutnya akan mengevaluasi penyebab terjadinya wabah tersebut. Mengingat banyaknya korban jiwa, maka jangkauan tim terpadu yang sebelumnya terpusat ke tujuh distrik kini diperluas untuk mencapai 23 distrik guna mencegah agar wabah campak dan gizi buruk tidak semakin parah.
"Imunisasi sudah berlangsung, sebenarnya setiap bulan sudah diimunisasi makanya nanti kita menilai faktor-faktor apa lagi yang menyebabkan campak.Sementara fokus dahulu pada pengobatan," kata Steven.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan Oscar Primadi mengatakan perlu penanganan khusus di Kabupaten Asmat, Papua karena gizi buruk dan campak telah mewabah di daerah tersebut.
Tenaga kesehatan yang dikirim ke Asmat tambahnya akan dibagi dalam dua tim. Tim pertama adalah tim pelayanan kesehatan primer yang akan dikirimkan ke Distrik Sawa Erma, Kolf Branza dan Pulau Tiga. Sedangkan tim kedua adalah tim pelayanan kesehatan yang akan dikirim ke Rumah Sakit Umum Daerah Agats. Mereka nantinya melakukan pengobatan untuk mengatasi masalah kesehatan.
"Kita akan memperkuat tim dinas kesehatan di sana dengan mengirim tenaga-tenaga kesehatan karena yang memang mempunyai pasukan seperti ini memang kami dari Kementerian Kesehatan. Kita akan mengirimkan 11 orang dokter spesialis,kemudian empat orang dokter umum tentunya dokter umum di sana juga ada kita hanya memback up, menambah kekuatan. Ada tiga perawat kemudian dua penata anastesi, ahli gizi dengan 19 tenaga gizi, dari kesehatan lingkungan, surveilans. Semua unsur profesi akan bergabung di sana," ujar Oscar.
Wakil Presiden Jusuf Kalla menyayangkan terjadinya wabah campak dan gizi buruk yang melanda Kabupaten Asmat, Provinsi Papua.
"Gizi buruk terjadi antara lain soal kemiskinan, soal sumber daya alam, soal kebiasaan jadi banyak hal yang mesti dirubah. Gaya hidup masyarakat dirubah, kemiskinan di turunkan. Kalau kita lihat APBD Papua kan tinggi, tertinggi di Indonesia dibanding jumlah orang, jadi mestinya diberikan anggaran yang cukup untuk seperti ini di masing-masing daerah," kata Jusuf Kalla.
Sekretaris Jenderal Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), Rukka Sombolinggi, menilai kejadian yang terjadi di Kabupaten Asmat membuktikan pelayanan fasilitas publik khususnya kesehatan belum menjangkau secara baik wilayah itu.
Di Papua, pemerintah sekarang ini kata Rukka begitu massif melakukan pembangunan infrastruktur dan menomorduakan kebutuhan dasar masyarakat seperti layanan kesehatan, layanan pendidikan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
Rukka mengatakan masyarakat adat seperti suku Asmat dan suku lainnya memang belum mendapatkan perhatian oleh pemerintah. Bahkan AMAN mengidentifikasi ada beberapa suku-suku yang terancam punah seperti Orang Rimba di Jambi,orang Talang Mamak di Sumatera, Suku Dayak Punan di Kalimantan, Suku Naulu di Maluku dan suku-suku yang ada di Papua. Keterancaman ini tambahnya diakibatkan oleh masalah sistemik.
"Jadi masalah sistemik, pertama adalah rampasan ruang hidup wilayah adat dan sumber daya, itu terkait kebanyakan dengan hadirnya perusahaan-perusahaan yang mengekstraksi sumber daya dan merusak alam tempat mereka hidup, mengusir mereka dari wilayah adat mereka. Orang Rimba yang pernah terjadi wabah dua tahun lalu tidak tertangani dengan baik," keluh Rukka.
Kementerian Kesehatan bekerjasama dengan TNI dan Polda Papua untuk mengatasi Kejadian Luar Biasa (KLB) gizi buruk dan campak. Menteri Kesehatan Nila Moeloek mengungkapkan bahwa kerjasama tersebut menjadi bukti kepedulian dan perhatian pemerintah terhadap penderita gizi buruk dan campak.
Editor : Melki Pangaribuan
Petugas KPK Sidak Rutan Gunakan Detektor Sinyal Ponsel
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Petugas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggelar inspeksi mendadak di...