Loading...
RELIGI
Penulis: Kaviel Alawy 20:07 WIB | Sabtu, 03 September 2016

Besok Bunda Teresa Resmi Jadi Santa. Mengapa Ia Istimewa?

Melayani Bukan Dilayani (Matius 20:28)
Bunda Teresa adalah seorang misionaris yang melayani orang-orang kelaparan, tunawisma, penderita kusta, dan orang-orang yang terpinggirkan lainnya dengan cinta kasih (Foto: Istimewa)

ROMA, SATUHARAPAN.COM - Biarawati yang dikenal di hampir seluruh dunia, Bunda Teresa, besok (4/9) akan dinobatkan menjadi Santa atau orang suci oleh Gereja Katolik Roma. Penobatannya dijadwalkan akan dipimpin oleh Paus Fransiskus di Roma, Italia, bertepatan dengan peringatan 19 tahun kematiannya di Kalkuta, India.

Menurut AFP penobatan biarawati yang lahir pada tahun 1910 dan meninggal tahun 1997 itu mengambil prosedur yang tidak biasa di Vatikan. Penobatannya berlangsung dalam waktu singkat. Popularitasnya yang tinggi semasa hidup dan bantuan dari orang-orang berpengaruh yang mengaguminya, menjadi faktor pendukung yang tidak mungkin diabaikan.

Proses beatifikasi terhadapnya berlangsung ketika sahabatnya masih menjabat paus, yaitu Paus Yohanes Paulus II. Beatifikasi merupakan tahapan awal menjadikan seseorang yang telah meninggal menjadi orang suci, baik Santo maupun Santa.

Menurut aturan Gereja Katolik, penetapan seseorang sebagai Santo maupun Santa membutuhkan dua mukjizat dari kandidat santo atau santa. Salah satu mukjizat untuk beatifikasinya, adalah pada tahun 1998 yang kemudian diakui gereja tahun 2002. Mukjizat terjadi pada seorang wanita Benggala bernama Monica Besra yang sembuh dari kanker rahim setelah terus berdoa pada Bunda Teresa.

Mukjizat kedua, adalah yang dialami pria asal Brasil, Marcilio Haddah Andrino. Ia mengatakan sembuh dari penyakit infeksi otak yang dideritanya, setelah ia dan istrinya berdoa kepada Bunda Teresa.

Tidak Resmi

Kanonisasi adalah sebuah proses yang melibatkan tentang pembuktian kandidat telah menjalani kehidupan dengan kebajikan heroik (heroic virtues) sehingga layak untuk dinyatakan sebagai santo atau santa dalam liturgi Gereja Katolik.

Bunda Teresa telah dikanonisasi meski tidak resmi yang dalam artian bahwa ia telah diakui secara luas baik di dalam maupun di luar Gereja Katolik sebagai orang suci atau wali. Kanonisasi informal ini telah dibuktikan dalam banyak hal. Fotonya yang dijadikan sampul majalah Time, penilaian dari juri Hadiah Nobel, hingga pengakuan luas dari masyarakat umum pun adalah ‘kanonisasi’ yang ia sudah dapatkan.

Mungkin Anda bertanya, apa yang membuat Bunda Teresa layak mendapatkan itu semua?

Bunda Teresa adalah orang suci yang sangat tradisional. Dia adalah seorang biarawati biasa yang mendedikasikan hidupnya untuk orang miskin seperti biarawati-biarawati sebelumnya yang melakukan hal yang juga sama persis. Beliau pergi ke luar biara untuk membantu orang yang sekarat, melindungi tunawisma, melindungi kusta, dan memperluas cinta kepada orang-orang yang terabaikan. Ia lakukan itu semua di lingkungan yang sebagian besar adalah non-Kristen.

Apa yang membuatnya istimewa adalah Bunda Teresa melakukan cara yang tradisional itu secara terus-menerus hingga seluruh dunia akhirnya memperhatikan karena dukungan era komunikasi yang serba gampang. Seandainya Malcolm Muggeridge tidak membuatkannya film, seandainya media tidak menyorotnya, seandainya tidak ada buku dan biografi yang melimpah, Bunda Teresa pun masih tetap melakukan pekerjaannya yang sederhana dengan kasih dan kemurahan. 

Setelah publikasi anumerta tentang tulisan-tulisannya selama bertahun-tahun, kita tahu bahwa beliau hanyalah manusia biasa yang melakukan semua pelayanan itu tanpa kenal jemu. Ia pernah merasakan doanya terasa kosong, kadang ia juga linglung tidak menemukan kehadiran Tuhan, ia juga masih merasa sedikit kelabu meskipun sudah membaca kitab suci. Namun, jika kita memang percaya apa yang St. Yohanes Salib tuliskan tentang “the dark night of the soul (malam gelap/ kelabu bagi jiwa)” adalah proses Tuhan memurnikan jiwa dari ketidakmurniannya.

Dalam hidupnya ia kombinasikan nilai Kristen tradisional yang melayani dengan total kepada orang miskin seperti dalam Matius 20:28, “Sama seperti Anak Manusia itu juga; Ia datang bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani, dan menyerahkan nyawa-Nya untuk membebaskan banyak orang.”

Inilah yang membuat Bunda Teresa begitu dikagumi, mencontohkan cinta tanpa pamrih kepada Allah bukan kepada ciptaan-Nya.

Beliau dan orang-orang kudus besar lainya, mereka melakukan hal-hal yang biasa dengan cara yang luar biasa. (foxnews/kav)

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home