Loading...
FLORA & FAUNA
Penulis: Sotyati 11:43 WIB | Kamis, 14 Januari 2016

Bintaro, dari Penghalau Tikus hingga Bahan Bakar

Bintaro. (Foto: todayifoundout.com)

SATUHARAPAN.COM – Buahnya yang matang ranum, berwarna merah kecokelatan. Sepintas mirip alpukat, yang sangat menggoda untuk segera disantap. Penampilan luar yang sungguh menipu, mengingat buah yang dikenal dengan nama bintaro ini tidak dapat dimakan karena beracun. Namun, selain ditanam sebagai peneduh jalan, buah bintaro ternyata bermanfaat sebagai pengusir tikus, biopestisida, dan bahan bakar, bahan baku lilin, hingga bahan kosmetik.  

Sifat tumbuhan yang tahan banting, cepat tumbuh, mampu beradaptasi, membuat bintaro acap dipilih sebagai peneduh jalan. Bintaro, contohnya, menghiasi Jalan Tol Cawang – Cikampek, di ruas Jatibening. Tinggi pohon dapat mencapai 12 meter. Bunganya berwarna putih.

Bentuk daunnya lonjong, seperti daun mangga. Buah bintaro berukuran 5-10 cm, berwarna hijau, dan berubah merah kecokelatan jika telah matang. Daging buahnya kaya serat.

Bintaro yang memiliki nama ilmiah Cerbera odollam, Gaertn, adalah tumbuhan spesies asli India dan Asia selatan. Masyarakat Kerala menyebut tumbuhan ini othalanga maram, sementara di wilayah Tamil Nadu dikenal dengan nama kattu arali.

Di Madagaskar, seperti dikutip dari Wikipedia, tumbuhan ini disebut famentana, kisopo, samanta, atau tangena, dan di Sri Lanka dikenal dengan nama gon kaduru. Di Asia Tenggara, tumbuhan ini dikenal dengan nama pong-pong, buta-buta, bintaro, atau nyan.

Dalam bahasa Inggris, tumbuhan ini disebut  Indian suicide tree, grey milkwood, pong pong tree, atau sea mango. Sementara di Indonesia, bintaro juga dikenal dengan nama kayu susu, kenyen putih, koyandan, mangga prabu, dan mangga laut.

Nama suicide tree merujuk pada senyawa beracun yang dikandung tumbuhan ini. Sebuah tim yang dipimpin Yvan Gaillard dari Laboratorium Analitik Toksikologi di La Voulte-sur-Rhône, Prancis, mendokumentasikan lebih dari 500 kasus keracunan Cerbera yang fatal terjadi antara tahun 1989 dan 1999 di negara bagian India selatan-barat di Kerala sendiri.  

Di Indonesia, suku Dayak dan Banjar menggunakan racun dalam buah ini untuk dioleskan pada anak panah untuk berburu hewan.

Penelitian Faperta Institut Pertanian Bogor, seperti dikutip manfaat.co.id, menyebutkan biji buah bintaro mengandung minyak antara 35-50 persen, lebih besar dibandingkan dengan biji jarak yang 14 persen dan kelapa sawit 20 persen. Semakin kering biji bintaro semakin banyak pula kandungan minyaknya. Minyak ini termasuk jenis minyak nonpangan, di antaranya asam palmitat, asam stearat, asam oleat, dan asam linoleat.

Berdasarkan penelitian Fakultas Pertanian IPB, buah bintaro sesungguhnya dapat dijadikan sebagai bahan bakar alternatif. Bahkan hasil uji toksisitas dari getah buahnya, menunjukkan minyak bintaro layak digunakan sebagai bahan bakar, dengan bau, asap dan residu lain yang tergolong aman.

Jika disandingkan dengan biji jarak, biji dari buah bintaro ini memiliki kadar minyak yang lebih tinggi. Melalui beberapa tahap pengolahan, 1 kg minyak bisa dihasilkan dari 1,8 kg biji bintaro yang sudah kering. Minyak ini bisa digunakan sebagai pengganti minyak tanah untuk kompor.

Kandungan minyak yang tinggi pada biji dari buah bintaro dapat dimanfaatkan untuk membuat lilin. Kandungan lignoselulosa pada serat buah bintaro, punya potensi dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan papan partikel.  

Penelitian yang dilakukan oleh Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra), Banjar Baru, Kalimantan Selatan, pada tahun 2008, menunjukkan larutan bintaro efektif membasmi ulat grayak.

Bintaro juga dimanfaatkan untuk mengusir tikus, karena mengandung racun cerberin yang dapat merusak saraf tikus. Bintaro cukup diletakkan di area yang biasa dilakui tikus, namun berdasarkan pengalaman lebih efektif memotongnya jadi dua bagian. 

Selain buahnya, daun bintaro dapat dimanfaatkan sebagai biopestisida.

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home