Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 14:33 WIB | Jumat, 07 Agustus 2015

BMKG: Riau Sudah Bersih dari Asap

Ilustrasi: Pekanbaru dilanda polusi asap. (Foto:Dok.satuharapan.com/Antara)

PEKANBARU, SATUHARAPAN.COM  - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Pekanbaru menyatakan sebagian besar wilayah Riau telah bersih dari kabut asap dampak kebakaran hutan dan lahan, setelah hujan terus mengguyur dalam beberapa hari terakhir.

"Jarak pandang di sejumlah wilayah kabupaten/kota di Riau pada pagi tadi sekitar pukul 07.00 WIB telah normal. Tidak ada lagi kabut asap," kata Analis BMKG Stasiun Meteorologi Pekanbaru, Ardhitama,kepada pers di Pekanbaru lewat sambungan telepon seperti yang dikutip dari Antara, Jumat (7/8).

Ardhitama memenci, di ibu kota Riau, Pekanbaru, Jumat pagi jarak pandang berada di atas 5 kilometer (km), sementara beberapa wilayah lainnya termasuk Rengat dan Pelalawan berada di atas 3 km.

Beberapa daerah yang memiliki jarak pandang lebih rendah dari Pekanbaru, menurut dia, lebih disebabkan adanya kabut embun, sementara asap tidak lagi terkandung dalam udara seluruh wilayah Riau.

Untuk titik panas (hotspot), Ardhitama menjelaskan kali ini di Riau nihil. Sementara, sebelumnya pada Kamis (6/8) terdapat satu hotspot di Kabupaten Kepulauan Meranti, namun tingkat akurasi kebakaran lahan berada di bawah 70 persen.

Ardhitama kembali mengatakan, saat ini potensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan di Riau telah berkurang dari tinggi menjadi rendah akibat berbagai faktor, salah satunya hujan dengan intensitas sedang dan tinggi yang mulai sering terjadi.

"Memang saat ini sebagian besar wilayah di Riau masih berada pada musim kemarau. Sementara musim pancaroba baru terjadi pada pertengahan Agustus menjelang puncak musim hujan diakhir Agustus ini," katanya.

Pantauan wartawan, pada Jumat  (7/8) pagi pukul 07.00 WIB hujan kembali terjadi di sebagian besar wilayah Pekanbaru.

Hujan kali ini adalah yang ketiga terjadi selama kurang lebih satu pekan terakhir.

Sebelumnya, sebagian besar wilayah Riau termasuk Pekanbaru dilanda kemarau, bahkan nyaris tidak pernah terjadi hujan dalam kurun waktu tiga bulan. Hal itu menyebabkan kebakaran lahan terjadi di mana-mana, hingga kabut asap sempat mengganggu berbagai sektor penunjang kehidupan masyarakat, mulai dari pendidikan, perekonomian, dan kesehatan.(Ant)

Waspadai Hujan Es Bisa Terjadi Lagi

Sementara itu, BMKG  Pekanbaru menyatakan, fenomena hujan es kembali berpeluang terjadi di sejumlah wilayah di Riau pada musim pancaroba pertengahan Agustus mendatang.

"Namun fenomena hujan es susah diprediksi dimana saja bakal terjadi, karena fenomenanya begitu cepat," kata Ardhitama, seperti dikutip dari laman mediacenter.riau.go.id Jumat pagi.

Sebelumnya pada 3 Agustus 2015, dilaporkan fenomena hujan dengan gumpalan air membeku terjadi di sebagian wilayah Kabupaten Rokan Hulu, mengakibatkan beberapa rumah warga rusak.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Pemadaman Kebakaran Daerah Rokan Hulu melaporkan, tujuh rumah rusak akibat peristiwa itu. Rata-rata kerusakan terjadi pada genting rumah yang lepas tertiup angin. Sedangkan dampak gumpalan es sebesar ibu jari itu menyebabkan genting dan parabola warga jebol. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu.

Ardhitama menjelaskan, fenomena hujan es biasanya diakibatkan oleh awan cumulonimbus setinggi lebih 12,19 kilometer, didukung dengan suhu udara di sekitar lingkungan cukup hangat.

"Pada saat memasuki pancaroba di pertengahan Agustus yang tinggal beberapa hari mendatang, hujan lebat tiba-tiba turun, angin kencang, dan petir, diprediksi akan sering terjadi. Termasuk fenomena hujan es juga berpotensi terjadi," katanya.

Ardhitama mengatakan, daerah mana saja yang berpeluang terjadi hujan es cukup sulit diprediksi, namun semuanya berpeluang dengan skala mikro atau setingkat wilayah kecamatan.

Ia menjelaskan, untuk kemunculan awan cumulonimbus akan dapat dideteksi oleh alat radar, namun untuk mengarah pada fenomena hujan es sangat sulit, karena prosesnya yang begitu cepat, bahkan hanya sepuluh menit setelah terbentuknya awan cumulonimbus.

Namun, menurut dia, tidak semua gumpalan awan cumulonimbus menghasilkan hujan es. Paling dominan adalah fenomena angin kencang, petir, serta hujan lebat.

 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home