Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 15:45 WIB | Jumat, 10 Juli 2015

Titik Panas di Riau Makin Meluas

Berdasarkan pantauan satelit Terra dan Aqua pada (10/7) pukul 07.00 WIB, menunjukkan jumlah titik panas (hotspot) di Sumatera mencapai 215 titik, yang didominasi oleh Provinsi Riau yang mencapai 192 titik. (Foto: Dok satuharapan.com)

PEKANBARU, SATUHARAPAN.COM – Jumlah titik panas, yang mengindikasikan kebakaran hutan dan lahan di provinsi Riau, melonjak drastis pada dua hari terakhir, yang membuat sejumlah daerah mulai diselimuti kabut asap yang mengakibatkan polusi udara.

"Kondisi makin memprihatinkan, dan memerlukan upaya penanggulangan secepatnya atau kondisi akan makin parah," kata Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Pekanbaru, Sugarin, kepada Antara di Pekanbaru, Jumat (10/7).

Berdasarkan pantauan satelit Terra dan Aqua pada 10 Juli pukul 07.00 WIB, menunjukkan jumlah titik panas (hotspot) di Sumatera mencapai 215 titik, yang didominasi oleh Provinsi Riau yang mencapai 192 titik.

Jumlah tersebut, naik dibandingkan pantauan sehari sebelumnya di Sumatera yang terdapat 176 titik panas, dimana sebanyak 154 titik berada di Riau.

"Asap sudah sudah menyelimuti Kota Pekanbaru sejak dini hari, dimana jarak pandang di landas pacu Bandara Sultan Syarif Kasim II tinggal menyisakan tiga kilometer," katanya.

Meski begitu, kepekatan asap mulai berkurang pada pagi hari, karena terbawa angin sehingga jarak pandang naik menjadi lima kilometer, dan masih aman untuk aktivitas penerbangan. Daerah lain yang diselimuti asap diantaranya adalah Kota Dumai dengan jarak pandang empat kilometer (km), Pelalawan jarak pandang lima km, dan Kota Rengat dengan jarak pandang lima km.

Ia mengatakan, peluang kebakaran masih tinggi karena temperatur udara maksimal mencapai 34 derajat Celcius dan kelembaban 98 persen. Kemudian, angin secara umum dari arah Tenggara hingga Barat Daya dengan kecepatan 05-15 knots (09 - 29 kilometer per jam).

Dari 215 "hotspot" yang terdapat di Sumatera, Provinsi Riau menyumbang paling banyak dengan 192 titik, Jambi tujuh titik, Sumatera Barat lima titik, Sumatera Selatan empat titik, Sumatera Utara enam titik, dan Bangka Belitung satu titik.

Kebakaran di Riau paling banyak terjadi di Kabupaten Rokan Hilir, dengan jumlah titik panas mencapai 63, diikuti Kabupaten Pelalawan 53 titik panas. Kemudian Kabupaten Kuantan Singingi ada 13 titik, Kota Dumai terdeteksi 11 titik,

Kabupaten Bengkalis 17 titik, Indragiri Hulu 20 titik, Indragiri Hilir tiga titik, Kampar lima titik, Pekanbaru tiga titik, dan Siak empat titik. "Tingkat keakuratan di atas 70 persen menunjukkan 136 titik yang dipastikan titik api kebakaran," katanya.

Sementara itu, berdasarkan data Posko Siaga Bencana Kebakaran Riau di Lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru, kualitas udara di Kota Pekanbaru kini dalam status "Tidak Sehat", dengan Indeks Standar Pencemar Udara mencapai angka 107.

Luas kebakaran di Provinsi Riau, sejak Juni lalu sudah mencapai sekitar 1.009 hektare, dan diperkirakan terus bertambah. Upaya pemadaman masih terus dilakukan melalui satgas darat, yang merupakan kolaborasi dari TNI, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Manggala Agni Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.Sedangkan, pemadaman lewat udara menggunakan dua helikopter milik perusahaan swasta di Riau, dan teknologi modifikasi cuaca, untuk menghasilkan hujan buatan dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

Menhut Segera Bentuk Desa Siaga Api

Sementara itu,  Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, Siti Nurbaya mengatakan akan segera mengaktifkan desa siaga api yang ada di daerah rawan kebakaran lahan.

"Selama ini yang paling banyak berperan dalam melakukan pemadaman kebakaran lahan itu adalah masyarakat, baik yang tergabung dalam yayasan, maupun perorangan. Sejalan dengan itu, kita akan memperkuat keberadaan masyarakat tersebut melalui Desa Siaga Api agar bisa lebih maksimal dalam membantu pencegahan maupun pemadaman api pada lahan yang terbakar," kata Siti Nurbaya saat melakukan kunjungan kerja ke Kalbar, Jumat (10/7).

Dia menjelaskan, untuk memperkuat keberadaan masyarakat tersebut jelas dibutuhkan perhatian dari pemerintah daerah. Sementara itu, pihaknya akan memperkuat keberadaan masyarakat itu dengan memberikan bantuan peralatan pendukung, untuk memaksimalkan proses pemadaman api di lapangan.

"Kita akan melakukan koordinasi dengan  Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk membantu peralatan pada masyarakat maupun kelompok di desa-desa," katanya.

Ditempat yang sama, Kapolda Kalbar, Brigjen Arief Sulistyanto mengatakan, untuk mengantisipasi meluasnya kasus pembakaran lahan, peran perusahaan juga sangat diperlukan agar bisa membantu proses pemadaman, jika ada lahan yang terbakar.

"Karena di lapangan itu kita menemukan ada desa-desa terjauh uang sulit dijangkau, namun dekat dengan lahan perusahaan. Makanya peran perusahaan jelas juga sangat diperlukan untuk mencegah meluasnya lahan yang terbakar." kata Arief.

Dari sisi penegakan hukum, lanjut Arief pihaknya juga memberikan tindakan tegas kepada masyarakat yang kedapatan dengan sengaja melakukan pembakaran lahan. Bahkan dalam satu tahun ini, pihaknya sudah melakukan penahanan terhadap enam tersangka.

"Untuk itu, kita harapkan agar masyarakat bisa bersama-sama mencegah pembakaran lahan, karena dampaknya sangat tidak baik dari berbagai sektor. Kami sendiri tidak akan segan-segan melakukan penahanan jika menemukan ada masyarakat yang membakar lahan," katanya.(Ant)

Editor : Bayu Probo

Ikuti berita kami di Facebook

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home