Loading...
EKONOMI
Penulis: Melki Pangaribuan 15:03 WIB | Senin, 18 April 2016

BPS: Enam Faktor Pengaruhi Perbaikan Tingkat Ketimpangan RI

Ilustrasi: Para ibu-ibu saat terlihat berada di halaman rumah tinggal yang berada di bantaran sungai Ciliwung, Jakarta Selatan yang sampai saat ini masih terlihat di ibu kota Jakarta. (Foto: Dok. satuharapan.com/Dedy Istanto)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat enam faktor yang berpengaruh terhadap adanya perbaikan tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Indonesia selama periode Maret 2015-September 2015.

“Yang pertama kenaikan upah buruh pertanian dari Rp 46.180 pada Maret 2015 menjadi Rp 46.739 pada September 2015 atau naik sebesar 1,21 persen pada periode Maret 2015-September 2015,” kata Kepala BPS, Suryamin saat mengumumkan gini ratio "Tingkat Ketimpangan Pengeluaran Penduduk Indonesia September 2015" di kantor BPS, Jakarta,  pada hari Senin (18/4).

Kedua, kenaikan upah buruh bangunan dari Rp 79.679 pada Maret 2015 menjadi Rp 80.494 pada September 2015 atau naik sebesar 1,05 persen pada periode Maret 2015-September 2015.

Ketiga, peningkatan jumlah pekerja bebas. “Berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), terjadi peningkatan jumlah pekerja bebas baik pekerja bebas pertanian maupun non pertanian dari 11,9 juta orang (Februari 2015) menjadi 12,5 juta orang (Agustus 2015),” katanya.

Kemudian yang keempat, kenaikan pengeluaran kelompok penduduk bawah lebih cepat.

“Berdasarkan data Susenas, kenaikan pengeluaran kelompok penduduk bawah lebih cepat dibandingkan dengan kelompok penduduk atas pada periode Maret-September 2015,” katanya.

Kelima, kenaikan pengeluaran.

“Kenaikan pengeluaran yang merefleksikan peningkatan pendapatan kelompok penduduk bawah tidak lepas dari upaya pembangunan infrastruktur padat karya, bantuan sosial (pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan), serta perbaikan pendapatan PNS golongan bawah,” katanya.

Keenam, kenaikan persentase penduduk perkotaan. Berdasarkan proyeksi penduduk, persentase penduduk perkotaan naik 52,55 persen pada Maret 2015 menjadi 53,19 persen pada September 2015.

“Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan migrasi dari desa ke kota yang menyebabkan semakin tingginya upah yang diterima oleh buruh kasar,” katanya.

BPS mencatat tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Indonesia yang diukur oleh gini ratio sebesar 0,40 persen pada September 2015.

"Angka ini menurun sebesar 0,01 poin dibandingkan dengan gini ratio Maret 2015 sebesar 0,41 persen," kata Kepala BPS.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home