Loading...
EKONOMI
Penulis: Bob H. Simbolon 17:05 WIB | Senin, 18 April 2016

RI Perlu Dorong Manufaktur Hindari Middle Income Trap

Pengamat Ekonomi, Faisal Basri saat menjadi keynote speaker dengan tema "The Middle Income Trap - Indonesia's Challenge Ahead" di Universitas Atma Jaya, Semanggi - Jakarta pada hari Senin (18/4) (Foto; Bob H. Simbolon)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Indonesia harus menguatkan sektor industri untuk menghindari jebakan negara penghasilan menengah (The Middle Income Rap) yang membuat ketimpangan pendapatan terjadi di kalangan masyarakat serta pelambatan pertumbuhan ekonomi,

Pengamat Ekonomi, Faisal Basri mengatakan, Pemerintah Indonesia harus menghindari jebakan tersebut dengan penguatan di sektor industri manufaktur lantaran Indonesia hari ini tidak memiliki fundamen ekonomi yang kuat.

"Sumber daya manusia (SDM) dan pendidikan Indonesia juga lemah, padahal dalam mendukung kebijakan industrial, SDM berkualitas sangat penting. Jumlah pengangguran dari kalangan SMK ( Sekolah Menegah Kejujuran) lebih banyak dibandingkan dari kalangan Sekolah Menegah Atas, hal itu menujukkan lemahnya kualitas pendidikan kita hari ini dibandingkan negara di Asean," kata dia saat menjadi keynote speaker dengan tema "The Middle Income Trap - Indonesia's Challenge Ahead" di Universitas Atma Jaya, Semanggi - Jakarta pada hari Senin (18/4).

Selain itu, kata dia, Pemerintah Jokowi harus segera memperbaiki struktur ekspor Indonesia yang sampai saat ini belum meningkatkan peran ekspor berbasis teknologi tinggi. Apalagi kontribusi nilai ekspor Indonesia masih rendah dan semakin menurun.

"Menurunnya ekspor manufaktur mendorong Indonesia masuk perangkap, kita lihat pada tahun 1966 manufaktur dalam PDB Indonesia lebih rendah dibandingkan Korea Selatan, namun  pada tahun 1996 hingga 2006  nilai rasio Indonesia ekspor Indonesia terhadap PDB  mengungguli Korea Selatan. Tetapi mulai tahun 2001 rasio ekspor manufaktur Indonesia mengalami penurunan secara drastis," kata dia.

Dia juga mengatakan Indonesia akan menghadapi ancaman serius kepincangan pendapatan dan kondisi kesejahteraan pekerja.

"Berdasarkan data BPS kepincangan pendapatan di perkotaan dan perdesaan sama-sama mengalami kondisi yang terus memburuk. Kondisi kepincangan pendapatan di pedesaan pada periode Tahun 2005 hingga 2011 memburuk sebesar 25,9 persen. Sementara itu kondisi dustribusi pendapatan pendesaan dari tahun 2005 hingga 2011 juga mengalami penurunan sebesar 31,25 persen. Yang membuat itu terjadi adalah masyarakat perkotaan terjebak di sektor jasa, bukan di sektor manufaktur," tambah dia.

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home