Loading...
INDONESIA
Penulis: Reporter Satuharapan 16:06 WIB | Senin, 03 Maret 2014

Buku Republik Galau Merajut Asa: Kritik terhadap Ketidakjelasan Arah Indonesia

Republik Galau, Merajut Asa sebuah buku karya dosen STT Jakarta, Pdt. Yonky Karman (Foto: Martahan Lumban Gaol)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Republik Galau Merajut Asa, buku berisi esai-esai Pdt. Yonky Karman (dosen Sekolah Tinggi Teologi Jakarta) di harian Kompas. Menceritakan Republik Indonesia yang ia anggap sudah tidak memiliki roh kebangsaan yang menggelora. Misalnya, dalam penegakan hukum yang masih berorientasi pada kekuasaan, dan korupsi yang merebak bagaikan penyakit di tengah masyarakat dan sulit dibasmi.

Dalam buku Republik Galau Merajut Asa, Pdt. Yonky mendahuluinya dengan menceritakan keadaan Indonesia yang pada tahun ini kembali memasuki tahun politik demokrasinya, Pemilu 2014.

Lalu, Yonky membahas bagaimana pusaran politik kekuasaan yang ada di Indonesia. Contohnya, dalam salah satu judul esai yang ditulis pada Februari 2013, Republik Galau, ia mengatakan bahwa republik ini tidak jelas arahnya mau dibawa ke mana.

Sebuah hal yang tuliskan setelah ia melihat adanya gejala pikiran yang kacau, saat dokumen rahasia negara Indonesia bocor yang memicu gonjang ganjing politik Indonesia dan penegakkan hukum yang masih berorientasi pada kekuasaan (rakyat kecil ditahan, anak pejabat bebas berkeliaran).

Dalam buku ini Pdt. Yonky juga menceritakan pemikiran sekaligus pergumulannya tentang pemerintah, ia juga secara jujur memotret kekacauan dan kegalauan yang semakin jelas melanda Indonesia. Dalam kondisi demikian, Indonesia membutuhkan pemimpin yang mampu membawa bangsa ini keluar dari permasalahan yang menghambatnya.

Selain itu, kesibukkan penyelenggara dengan urusan partainya ketimbang urusan publik juga menjadi soroton Yonky. Selain, perihal agama yang kehilangan substansinya, karena dipergunakan sebagai tameng politik, di negara yang mengaku berketuhanan.

Banyak pemimpin di Indonesia yang menjadikan negara dan bangsa sebagai kata benda. Negara dan kekayaannya menjadi rebutan untuk urusan pribadi dan kelompok kepentingan. Seharusnya, “setelah ada negara, tugas selanjutnya adalah memelihara memelihara kerekatan bangsa demi per-satu-an bukan per-sate-an,” tulis Yonky dalam bukunya, memetik ucapan bung Hatta.

Sekalipun kritiknya tajam dan tegurannya keras, tulisan Pdt. Yonky sarat dengan pesan moral. Ini merupakan sebuah bukti bahwa orang Kristen tidak boleh apatis terhadap situasi dan kondisi bangsa dan negaranya.

Sebuah buku yang dapat membuka mata kita dalam merefleksikan diri menjelang Pemilu 2014 diselenggarakan. Karena buku ini mempunya harapan lahirnya sosok pemimpin terbaik, sehingga dalam lima tahun kedepan kegalauan republik ini dapat berkurang.

Namun, buku ini juga dapat menimbulkan dampak negatif, yakni meningkatnya pesimisme masyarakat akan adanya sebuah perubahan di Indonesia. Karena, dalam beberapa esainya, Yonky menuliskan berbagai bentuk kekecawaan pada pemerintahan yang semakin hari keadaannya semakin buruk.

Sebelumnya, Pdt. Yonky pernah meluncurkan beberapa judul buku, antara lain, Runtuhnya Kepedulian Kita (Kompas, 2010), Kitab Rut (BPK Gunung Mulia, 2009), dan Bunga Rampai Teologi Perjanjian Lama: Dari Kanon Hingga Doa (BPK Gunung Mulia, 2009).

Judul: Republik Galau Merajut Asa: Esai-Esai Tentang Negara, Bangsa, dan Kepemimpinan

Penulis: Yonky Karman

Penerbit: Libri, PT. BPK Gunung Mulia

Tahun: 2014

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home