Bunga Safron, Rempah Terpilih di Alkitab
SATUHARAPAN.COM – Bunga safron (saffron) adalah nama untuk rempah-rempah dari tanaman bernama ilmiah Crocus sativus, dari marga Crocus dan famili Iridaceae. Bunganya berwarna ungu lila, cantik merekah. Putik sarinya kuning tua menjuntai.
Safron telah dibudidayakan sejak 3000 tahun lalu. Sebagian besar bunga safron ditanam di wilayah Mediterania hingga ke timur wilayah Kashmir.
Bunga safron tercatat di dalam Alkitab sebagai rempah yang terpilih, seperti dikutip dari sarapanpagi.org dalam kitab Kidung Agung 4:14, King James Version (KJV), “Spikenard and saffron (karkom), calamus and cinnamon, with all trees of frankincense, myrrh and aloes, with all the chief spices.” Atau, di dalam terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia, “Narwastu dan kunyit, tebu dan kayu manis, dengan segala macam pohon kemenyan, mur, dan gaharu, beserta pelbagai rempah yang terpilih.”
Bunga safron merupakan rempah termahal di dunia. Rasanya sedikit pahit dan berbau harum. Tangkai putik bunga safron mudah menjadi kering, karena itu biasanya disimpan di dalam wadah kedap udara atau botol. Ekstrak dari bunga ini berharga sangat mahal karena pengelolaannya yang susah dan juga merupakan tanaman tahunan.
Rempah bumbu ini, seperti dikutip dari femina.co, umumnya digunakan di dapur Eropa, Timur Tengah, dan Asia, khususnya India (Kashmir) dan Iran. Selain memberikan warna jingga keemasan, safron juga menyumbang aroma khas pada kari, berbagai hidangan nasi, atau dessert. Meski begitu, penggunaannya tetap harus dibatasi, karena jika berlebihan dapat menimbulkan rasa pahit.
Safron, menurut wikipedia pertama kali dicatat dalam naskah botani asal abad ke-7 SM, yang dikumpulkan atas perintah Ashurbanipal. Sejak itu safron terus disebut-sebut dapat mengobati lebih dari 90 jenis penyakit.
Safron banyak digunakan orang Mediterania pada zaman kuno, termasuk pedagang minyak wangi di Mesir, dokter di Gaza, orang kota di Rhodes, dan di Yunani sebagai bahan campuran parfum, obat salep, potpuri, maskara, sesajen, dan obat tradisional.
Ahli pengobatan tradisional di Mesir menggunakan safron sebagai obat untuk semua penyakit gastrointestinal. Demikian pula bangsa Persia kuno sudah menggunakannya sebagai bahan pewarna kain, parfum, obat, dan sejenis sabun. Di Eropa safron dikenal pada abad ke-13 , salah satu manuskrip berhias Eropa dari abad pertengahan yang menggunakan pigmen warna kuning dan oranye dari safron. Kemudian imigran asal Eropa datang ke Amerika membawa safron. Kebun safron di Amerika tetap bertahan hingga sekarang di Lancaster County, Pennsylvania.
Negara-negara Penghasil Safron
Tanaman Crocus sativus, berasal dari Asia Barat Daya, dan dibudidayakan pertama kali di sekitar Yunani.
Safron sebagai bumbu masakan, adalah salah satu bumbu dapur khas Timur Tengah dan India yang biasa digunakan untuk memasak kare, nasi kuning, paela dan masakan khas timur tengah lainnya. Safron mengandung crocin, salah satu bahan pewarna karotenoid yang membuat makanan menjadi kuning keemasan. Bagi orang Melayu, safron atau koma-koma digunakan sebagai bumbu untuk membuat nasi briyani (nasi beryani) menjadi berwarna kuning.
Dalam bahasa Arab, safron ini disebut za'faran yang berasal dari kata aá¹£far yang berarti "kuning". Dalam bahasa Inggris ditulis sebagai saffron, diambil dari bahasa Prancis Kuno safran yang berasal dari bahasa Latin safranum.
Bunga safron yang berasal dari tanaman Crocus sativus seperti dikutip dari tanaman herbal.co.id adalah tanaman tahunan (perenial), yang berbunga di musim gugur. Bunga safron ini berasal dari Mediterania timur tepatnya di Pulau Kreta.
Bunga safron yang berwarna ungu, tidak dapat melakukan penyerbukan alami, karena bunga ini steril, sehingga memerlukan campur tangan manusia dalam penyerbukan bunganya. Setelah tanaman selesai berbunga, umbi harus digali dan dipisah-pisahkan untuk musim tanam berikutnya.
Umbinya juga hanya bertahan semusim dan membelah diri menjadi hingga 10 cabang umbi, untuk kemudian tumbuh menjadi tanaman baru. Umbi bunga safron berbentuk globular (seperti bawang), berdiameter 4,5 cm, dan diselubungi serat yang saling bersilangan di bagian luar.
Setelah mengalami periode estivasi di musim panas, dari umbi muncul sekitar 5–11 helai daun hijau ramping yang tumbuh ke atas. Panjang helai daun safron bisa mencapai 40 cm.
Di musim gugur keluar kuncup bunga berwarna ungu. Tanaman ini baru berbunga di bulan Oktober setelah sebagian besar tanaman berbunga dan sudah menghasilkan biji. Bunga berwarna cemerlang, mulai dari warna ungu terang hingga ungu bernuasa merah jambu. Sewaktu berbunga, tinggi tanaman rata-rata adalah 30 cm. Dari dalam bunga keluar tiga tangkai putik yang di ujungnya terdapat kepala putik berwarna merah tua berukuran panjang 25–30 mm.
Urutan negara-negara penghasil safron utama berdasarkan jumlah produksi adalah Iran, Spanyol, India, Yunani, Azerbaijan, Maroko, dan Italia. Di seluruh dunia terdapat beberapa kultivar tanaman safron. Kultivar asal Spanyol dengan merek dagang "Spanish Superior" and "Creme" terkenal dengan warna, rasa, dan aroma yang lebih lembut. Safron yang ditanam di Italia memiliki warna, rasa, dan aroma yang lebih tajam, tapi masih kalah dengan kultivar asal Yunani Makedonia, Iran, dan Kashmir.
Manfaat Herbal Safron
Bagi penggemarnya, bunga safron memiliki aroma bagaikan madu, dengan sedikit nuansa harum jerami. Masakan Arab, India, Asia Tengah, Iran, Eropa, Maroko, sering menggunakan safron sebagai pewarna makanan sekaligus penambah aroma.
Safron juga sering digunakan pada kue-kue, permen, dan minuman keras. Ilmu kedokteran modern berhasil mengungkap berbagai khasiat safron, seperti antikarsinogenik (pencegah kanker), antimutagenik (pencegah mutasi), immunomodulasi (memperbaiki sistem imun), dan antioksidan.
Penelitian yang dilakukan Departemen Kesehatan dan Lingkungan dan Universitas Medical Sains Teheran Iran, menyebutkan adanya aktivitas diuretik pada ekstrak air safron. Demikian pula penelitian yang dilakukan Fakultas Farmasi, Institut Teknologi Nasional Uttar Pradesh India, menunjukkan rasa pahit dan iodoform disebabkan oleh bahan kimia picrocrocin pada bunga safron, yang ternyata memiliki sejumlah khasiat obat, yakni antihipertensi, antikonvulsan, antitusif, efek antigenototoxic dan sitotoksik, afrodisiak anxiolytic, antioksidan, antidepresan, antinociceptive, antiinflamasi, dan aktivitas relaksasi. Hal ini juga meningkatkan memori dan belajar keterampilan, dan meningkatkan aliran darah di retina dan koroid.
Hasil studi yang diterbitkan Journal of Hospital Medicine Mesir, Januari 2014, membuktikan bahwa khasiat ekstrak safron telah secara signifikan mengurangi keparahan radiasi oksidatif stres dan katekolamin perubahan pada retina dan otak. Hal ini disebabkan adanya senyawa bioaktif pada safron yang terkait dengan sifat antioksidan.
Bunga safron juga merupakan antioksidan dapat memodulasi obesitas dan gangguan metabolisme, dan dapat berpotensi mengendalikan dan mengelola kelebihan berat badan dan obesitas pada individu, yang telah dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan peneliti dari Departemen Nutrisi dan Diet, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,Universitas Putra Malaysia, walaupun masih perlu penelitian lanjutan.
Demikian pula studi yang dilakukan Departemen Farmasi SDM Medical and Sains College, Dharwad Karnataka India, menunjukkan bunga safron, berdasarkan percobaan farmakologi memiliki fungsi mencegah penyebaran kanker termasuk pembersih radikal, efek antimutagenik dan immuno-modulasi.
Komponen yang lebih kuat dari safron adalah crocin, crocetin, dan safranal. Bukti praklinis telah menunjukkan asupan makanan beberapa karotenoid memiliki efek antitumor kuat baik in vitro dan in vivo, menandakan peran potensial pencegahan dan atau terapi di beberapa jaringan.
Safron juga dapat menurunkan risiko penyakit alzheimer. Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Clinical Pharmacology dan Therapeutics, menunjukkan kunyit dapat membantu penderita alzheimer ringan sampai sedang untuk mempertahankan fungsi mental lebih baik secara keseluruhan. Para peneliti itu juga mengatakan, safron bisa membantu mengurangi pembentukan plak beta-amyloid, zat lengket yang terbentuk di batang otak dan yang terjadi sebagai bagian dari perkembangan penyakit alzheimer.
Hal itu dikarenakan rempah-rempah tradisional termasuk safron dan kunyit, memainkan peran dalam menghambat pembentukan alzheimer, dan mengurangi penurunan kognitif pada tahap awal penyakit. Tentu tidak berarti bahwa rempah-rempah tersebut adalah obat untuk penyakit itu. Namun, dengan memasukkan kedua rempah-rempah tersebut ke dalam makanan yang dikonsumsi sehari-hari, dapat mengurangi risiko alzheimer.
Editor : Sotyati
Pancasila Jadi Penengah Konflik Intoleransi
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Akademisi Universitas Gadjah Mada (UGM) Dr. Leonard Chrysostomos Epafras ...