Loading...
FLORA & FAUNA
Penulis: Reporter Satuharapan 17:53 WIB | Jumat, 24 Januari 2020

Carica alias Pepaya Dieng, Flora Identitas Wonosobo

Carica, yang juga dikenal dengan nama pepaya dieng (Carica pubescens). (Foto: Candied Carica from Wonosobo)

SATUHARAPAN.COM – Orang menyebutnya pepaya dieng, pepaya gunung, atau karika, yang diambil dari nama marga carica. Tanaman ini sebetulnya bukan tanaman asli Indonesia. Pepaya jenis ini diintroduksi ke Indonesia pada masa menjelang Perang Dunia II oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda, dan berhasil dikembangkan di Dataran Tinggi Dieng.

Sekarang carica menjadi salah satu buah tangan khas dari daerah itu. Bukan hanya itu, karena memang tanaman ini tumbuh dengan baik di Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Wonosobo pun menetapkannya menjadi flora identitas.   

Buah papaya gunung ini dapat dijadikan sirup, jus, manisan, dan selai. Wikipedia, mengutip dari studi Syamsul Hidayat, peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), menyebutkan buah ini cocok dimakan oleh orang yang memiliki perut lemah terhadap buah-buahan karena mempunyai sifat memperbaiki pencernaan. Daging buahnya juga dapat dimakan segar.

Di Jawa, buah ini dijual kepada wisatawan, digunakan untuk konsumsi setempat, dan dikalengkan. Di Amerika Selatan, buah ini dijadikan minuman ringan nonalkohol dan dijadikan selai, menurut Wikipedia, mengutip dari buku EWM Verhey dan RE Coronel (1997), Prosea Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2: Buah-buahan yang Dapat Dimakan (PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta).

Buah yang masih muda biasanya dikeringkan untuk dijadikan serbuk bahan pembuatan obat penyakit kulit atau kosmetik. Daunnya dapat digunakan sebagai pelunak daging karena mengandung zat papain. Selain itu, zat papain digunakan dalam berbagai industri makanan dan farmasi.

Di daerah Dieng buah pepaya gunung masih merupakan konsumsi lokal dan dibuat minuman awetan dalam kaleng.

Ciri Botani

Carica memiliki nama ilmiah Vasconcellea cundinamarcensis Badillo, dengan banyak nama sinonim, yakni Vasconcellea pubescens, Carica candamarcensis Hook.f., Carica cestriflora Solms, Carica chiriquensis Woodson, Carica cundinamarcensis Linden, Papaya cundinamarcencis Kuntze, Papaya pubescens (A. DC.) Kuntze, Carica pubescens Solms, Carica pubescens Lenné & K.Koch.

Nama Carica pubescens yang lebih banyak disebutkan di Indonesia, dan kemudian menjadi nama lokal carica atau karika.

Carica adalah kerabat pepaya yang biasa kita kenal (Carica papaya, L), yang menyukai keadaan dataran tinggi basah, 1.500–3.000 m di atas permukaan laut. Jika di wilayah Wonosobo tanaman ini biasa disebut carica atau karika, di Bali tanaman ini disebut gedang memedi.

Tanaman ini disebutkan berasal dari dataran tinggi Andes, Amerika Selatan, tersebar dari Kolombia selatan hingga Cile tengah. Tanaman ini, menurut Alicia L Morales dan Carmenza Duque dalam studi mereka, “Aroma Constituents of the Fruit of the Mountain Papaya (Carica pubescens) from Colombia”, sangat populer di Dataran Tinggi Cundinamarca dan Boyaga di Kolombia. Dari Cundinamarca itu pula tampaknya nama spesies diabadikan.

Warga lokal di sana menyebutnya mountain pawpaw, papayuelo, chamburo, atau “papaya”.  Laman Useful Tropical Plants menyebutkan buah pepaya gunung diperdagangkan di Cile, Amerika Serikat (Florida, Hawaii), Afrika Timur, Sri Lanka, Indonesia (Jawa, Bali), dan Selandia Baru.

Tanaman pepaya gunung merupakan pohon kecil atau perdu yang tidak berkayu, mirip dengan pepaya biasa, tetapi mempunyai cabang yang lebih banyak dan ukuran semua bagian tanaman lebih kecil.

Tinggi rata-rata tanaman ini adalah 1-2 meter. Wikipedia, mengutip dari Syamsul Hidayat, peneliti yang banyak meneliti tanaman ini, menyebutkan bunga jantan memiliki tangkai yang panjang hingga 15 cm dan bunga betina berukuran lebih besar dengan tangkai yang keras dan pendek.

Buah carica berbentuk bulat telur dengan ukuran panjang 6–10 cm dan diameter 3–4 cm. Buah matang berbentuk telur sungsang dengan ukuran 6–15 cm x 3–8 cm. Dagingnya keras, berwarna kuning-jingga, rasanya agak asam, tetapi harum. Di sekeliling rongganya terdapat banyak sekali biji yang terbungkus oleh sarkotesta yang putih dan berair.

Buah yang belum matang memiliki kulit berwarna hijau gelap dan akan berubah menjadi kuning setelah matang. Biji buah berwarna hitam dengan jumlah yang banyak dan padat. Buah carica mengandung getah, dan getah ini akan semakin berkurang dengan semakin mendekati kematangan. Getah ini mengandung papain yang bersifat proteolitik.

Tanaman carica lebih tahan terhadap udara dingin dan virus yang umum menyerang pepaya biasa.

Jenis ini dipakai sebagai tetua bagi jenis buah hibrida “Babaco”, sejenis pepaya yang populer di Amerika Selatan.

Khasiat dan Kegunaan

Buah carica memiliki cita rasa unik, bau harum yang khas, dan daging buah yang kenyal. Syamsul Hidayat dalam studi tahun 2000 (mengacu pada Dorothy dan Hargreaves, 1964) menyebutkan buah ini juga mengandung kalsium, gula, vitamin A, vitamin C, dan vitamin E, sehingga sangat bermanfaat bagi kesehatan. Namun, karakteristik buah carica membuat buah ini hanya enak dimakan setelah diolah lebih lanjut.

Beberapa penelitian sudah dilakukan terhadap pepaya gunung ini.

Mario J Simirgiotis, Peter DS Caligari, Guilermo Schmeda-Hirschmann, contohnya, melakukan identifikasi senyawa fenolik dari carica di Cile, dengan menggunakan liquid chromatography-UV detection-mass spectrometry (Jurnal Food Chemistry, Volume 115, Issue 2, 15 Juli 2009). Mereka berhasil mengidentifikasi sepuluh senyawa fenolik. Senyawa polifenol, seperti diketahui, sangat bermanfaat bagi kesehatan, terutama berkaitan dengan kekebalan tubuh.

Di Indonesia, Helen Bestiar Tambunan, melalui studi “Pengaruh berbagai Konsentrasi Ekstrak Biji Karika (Carica pubescens) terhadap Kematian Larva Nyamuk Culex sp” (Jurnal Riset Kesehatan, Poltekkes Depkes Bandung, Vol 11 No 1 (2019) mencoba melakukan pengendalian larva nyamuk Culex sp dengan menggunakan larvasida nabati ekstrak biji carica (Carica pubescens). Penelitiannya dilakukan untuk mengetahui pengaruh berbagai konsentrasi ekstrak biji carica terhadap kematian larva nyamuk Culex sp. Jenis penelitian ini adalah eksperimen dengan skala lapangan.

Penelitian itu dilatarbelakangi penyakit filariasis yang ditularkan oleh vektor nyamuk Culex sp merupakan salah satu masalah kesehatan di Kabupaten Bandung. Upaya pencegahan perlu dilakukan, dan salah satunya dengan kandungan kimia pada biji carica, yang terdiri atas saponin, alkaloid, dan terpenoid yang berefek sitotoksik terhadap larva nyamuk Culex sp.

Hasil penelitiannya menyebutkan ada pengaruh pembubuhan berbagai konsentrasi ekstrak biji carica terhadap kematian larva Culex sp. Helen Tambunan mengklaim penelitiannya dapat bermanfaat dalam pelaksanaan program pengendalian vektor dan binatang pengganggu khususnya larva Culex sp dan menyarankan menggunakan larvasida alami yang ramah lingkungan dari ekstrak biji carica.

Penelitian lain di Indonesia mengarah pada usaha agribisnis pepaya dieng ini, untuk mengangkat kesejahteraan petaninya. Rina Ngumriana, dari Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, misalnya, pada 2015 mengajukan penelitian “Strategi Pengembangan Agroindustri Pepaya Gunung (Carica pubescens), Studi Kasus di UKM X Kabupaten Wonosobo”.   

Sebagai komoditi pertanian yang tidak tahan lama atau sangat cepat rusak bila disimpan dalam keadaan segar, upaya pengolahan lebih lanjut sangat membantu memperpanjang masa simpan buah sehingga dapat dikonsumsi kapan saja, lebih praktis, dan memberi nilai tambah terhadap buah.

Industri olahan carica telah lama ada di Kabupaten Wonosobo dan terus berkembang hingga saat ini. Perkembangan industri olahan ini didukung oleh potensi tanaman yang meningkat. Rina, mengutip data Dinas Pertanian Kabupaten Wonosobo (2011), menyebutkan luas lahan tanam karika 115.77 ha dan total produksi sebanyak 362.28 ton. Potensi itu masih terus dapat dikembangkan dengan cara penanaman monokultur, tanaman sela/tumpang sari, dan terasering.

Pengembangan industri kecil olahan carica di Kabupaten Wonosobo mempunyai prospek yang sangat baik, karena didukung beberapa faktor. Pertama, tanaman carica berpotensi dikembangkan menjadi industri skala besar karena banyak varian produk yang dapat dihasilkan. Kedua, peluang pasar yang menjanjikan yaitu produk terkenal sebagai makanan khas daerah semakin banyak diminati masyarakat terutama wisatawan yang berkunjung ke daerah Wonosobo.

Ketiga, dukungan dari masyarakat dan pemerintah untuk meningkatkan jumlah tanaman carica karena selain mempunyai nilai ekonomis yang tinggi juga dapat dijadikan tanaman konservasi lahan. Keempat, manfaat kesehatan dari kandungan buah carica yang dapat dijadikan alternatif minuman/makanan kesehatan yang enak dan menyehatkan.

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home