“Colors”, Lagu Piala Dunia 2018 untuk Rayakan Keragaman Budaya
SATUHARAPAN.COM – Menyambung Waka Waka yang mewarnai pesta Piala Dunia 2010, dan empat tahun kemudian Dar um Jeito (We Will Find A Way), mulai 14 Juni nanti, atau mungkin juga sebelumnya, lagu Colors, akan sering kita dengar mengalun.
Jason Derulo, penciptanya, meluncurkan Colors, penggal awal Maret lalu, sebagai salah satu lagu resmi yang dipilih Coca Cola untuk turnamen sepak bola Piala Dunia FIFA 2018 yang berlangsung di Rusia.
Bagi Derulo, penyanyi, pencipta lagu, dan penari Amerika Serikat ini, pesta akbar olahraga sepak bola itu adalah sebuah perayaan atas keragaman budaya. “Sepanjang perjalanan kehidupan, saya dapat melihat keindahan dalam budaya yang berbeda-beda di dalamnya,” katanya, dalam wawancara dengan Rolling Stone.
Dan, ia menciptakan Colors untuk merayakan keragaman itu, di antaranya tercermin dari lirik “there’s beauty in the unity we’ve found…” Derulo berharap lagunya menjadi bagian dari energi luar biasa yang diberikan penggemar olahraga di seluruh dunia kepada tim mereka.
“Ini adalah turnamen untuk merayakan keunggulan atletik dan saya merasa terhormat untuk menciptakan soundtrack.”
Entakan irama Colors mengingatkan pada Waka Waka yang dilantunkan Shakira dan mewarnai musim Piala Dunia 2010, dan Dar um Jeito (We Will Find A Way) yang menampilkan Carlos Santana, Wyclef Jean, dan Avicii, yang memeriahkan Piala Dunia 2014.
Piala Dunia 2018 dimulai 14 Juni di Rusia, tanpa tim Amerika Serikat yang tidak lolos ke pesta olahraga empat tahunan ini.
Mengirim Kicauan ke Presiden Trump
Jason Derulo, yang berdarah Haiti dan dilahirkan dengan nama Jason Joel Desrouleaux, 21 September 1989, memainkan lagu-lagu R&B dan hip hop.
Sejak awal karier meluncurkan rekaman solo pada tahun 2009, Derulo menurut catatan Wikipedia, berhasil menjual lebih dari 30 juta rekaman tunggal (single) dan telah meraih sebelas single Platinum.
Whatcha Say, rekaman yang ia luncurkan pada tahun 2009, terjual lebih dari lima juta unduhan digital, memperoleh sertifikasi RIAA triple Platinum, dan mencapai nomor 1 di AS dan Selandia Baru.
Derulo merilis single kedua, In My Head, pada bulan Desember 2009, dan diikuti album debutnya, Jason Derulo, pada Maret 2010.
Ia merilis album kedua, Future History, pada September 2011, didahului peluncuran single Don't Wanna Go Home, yang sangat populer di Inggris. Album internasional ketiganya, Tattoos, dirilis September 2013 dan kemudian dikemas ulang sebagai album AS ketiganya, Talk Dirty, yang dirilis pada April 2014.
Pada 2015, Derulo merilis singel Want to Want Me dan mengumumkan album studio keempatnya, Everything Is 4, yang dirilis pada Juni 2015. Album berikutnya, 777, dijadwalkan diluncurkan tahun ini.
Tak lama setelah meluncurkan Colors, seperti diberitakan Rolling Stone, Derulo men-tweet di Donald Trump, “Kita bersatu, dalam kenyataan bahwa kita berbeda”, lengkap dengan bendera Haiti, salah satu negara yang secara tidak resmi dicap Presiden Trump sebagai “lubang kotoran” (shithole, BBC menerjemahkannya dengan “antah-berantah”, Red).
Presiden Trump menjadi pusat pemberitaan pada penggal awal tahun 2018, terkait kkebijakan soal imigrasi. Pemerintah Trump menarik Status Perlindungan Sementara (TPS) dari sejumlah warga negara asing yang saat ini tinggal di AS.
Sebuah laporan kemudian muncul di media AS bahwa saat pertemuan tersebut Trump melontarkan pertanyaan, “Mengapa di sini (AS, Red) ada orang-orang warga dari negara-negara ‘lubang kotoran’ (antah berantah) itu?”, yang langsung menjadi sorotan dunia yang mencapnya sebagai rasis.
Trump sendiri menolak melontarkan kata itu.
Editor : Sotyati
Bobby Kertanegara Raih Penghargaan Google Indonesia
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Bobby Kertanegara, kucing peliharaan dari Presiden Prabowo berhasil menya...