Loading...
INSPIRASI
Penulis: Yoel M Indrasmoro 01:00 WIB | Sabtu, 04 Februari 2017

Dengan Apakah Ia Diasinkan?

Dunia membutuhkan orang-orang bermutu dalam segala bidang kehidupan.
Foto: istimewa

SATUHARAPAN.COM – ”Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan?” (Mat. 5:13).  Demikianlah pertanyaan retorik Yesus.  Ya, enggak bisa diapa-apakan lagi, selain , tambah Yesus, ”dibuang dan diinjak orang.”

Dengan kata lain, Yesus hendak menegaskan para murid untuk tetap mempertahankan kadar asin mereka. Bagaimana caranya?

Pertama, jangan minder meski sedikit dalam jumlah. Ini mungkin persoalan besar orang Kristen di Indonesia: sindrom minoritas. Sedikit dalam jumlah kadang membuat mereka merasa tidak akan mendapat tempat di negara ini.

Ingatlah, sabda Yesus tadi bahwa kita adalah garam dunia. Dan biasanya garam memang tidak pernah dibutuhkan dalam jumlah besar. Untuk sepanci sayur asem, kita hanya butuh satu sendok teh garam saja. Lebih dari itu namanya sayur asin.

Garam memang tidak pernah dibutuhkan dalam jumlah besar. Dalam sejarah kekristenan pengikut Tuhan tidak pernah menjadi mayoritas. Ingatlah, Yusuf yang menjadi garam di Mesir, dan Daniel yang menjadi garam di Babel, bahkan Yesus dan para murid-Nya yang menggarami orang-orang Yahudi pada waktu itu.

Kedua, kesadaran bahwa kita adalah garam seharusnya membuat kita untuk sungguh-sungguh terasa asin. Minoritas dalam kuantitas seharusnya menjadikan kita sungguh-sungguh berkualitas. Sedikit dalam jumlah seharusnya membuat kita berupaya meningkatkan mutu kita. Dan bicara soal mutu, memang bukan perkara gampang. Kita sendiri perlu bekerja keras untuk menjadikan diri kita sungguh-sungguh jempolan.

Jika kita kembali mengingat kisah Yusuf di Mesir dan Daniel di Babel, kita akan mendapati bahwa kedua orang itu sesungguhnya memang orang-orang yang berkualitas, dalam segala hikmat mereka. Mereka bukan orang yang biasa-biasa saja. Mereka merupakan orang yang ahli di bidangnya. Bagi Yusuf tidak hanya orang yang pandai bermimpi, tetapi dia adalah orang yang sanggup membaca tanda-tanda zaman, dan kemudian mengambil langkah strategis untuk mengantisipasi masa depan. Daniel adalah seorang visioner sejati. Tidak hanya dalam khayal, tetapi juga dalam tindakan.  Dan dunia membutuhkan orang-orang bermutu dalam segala bidang kehidupan.

Ketiga, sebagai garam dunia, janganlah rasa asin itu kita nikmati sendirian. Kita harus mau membagikan apa yang kita miliki. Sebab jika tidak, kita akan dibuang dan diinjak orang.

 

Email: inspirasi@satuharapan.com

Editor : Yoel M Indrasmoro


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home