Loading...
INDONESIA
Penulis: Reporter Satuharapan 18:12 WIB | Rabu, 16 November 2016

Din Syamsuddin Akui Bahas Soal Ahok dengan Jokowi

Kabareskrim Polri Komjen Pol Ari Dono Sukmanto (tengah) didampingi Gubernur Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK PTIK) Irjen Pol Sigid Tri Harjanto (kanan) dan Staff Ahli Kapolri Bidang Manajemen Irjen Pol Arief Sulistyanto (kiri) memberikan keterangan terkait hasil gelar perkara kasus dugaan penistaan agama yang dituduhkan kepada Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (16/11). Polri menetapkan Basuki Tjahaja Purnama sebagai tersangka dalam kasus dugaan penistaan agama. (Foto: Antara)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Chairman of Center for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC) Din Syamsuddin mengakui membahas masalah Ahok meskipun selintas saat bertemu dengan Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan Jakarta, hari Rabu (16/11).

"Walaupun sangat selintas tadi kami diskusikan kasus Gubernur (non aktif) Basuki Tjahaja Purnama, ini beliau (Presiden) sebagaimana sering diulang-ulang tidak mau mengintervensi proses hukum dan tidak akan melindungi dan oleh karena itu ini harus kita percayai," kata Din Syamsuddin di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta.

Din sendiri mengaku ingin mendalami tentang pernyataan Presiden yang sangat meyakinkan tersebut yang meminta agar seluruh elemen masyarakat percaya pada proses hukum yang berkeadilan, cepat, transparan, dan memperhatikan rasa keadilan masyarakat. 

Menurut Din, hal itu baik karena penegakan hukum merupakan jalan keluar terbaik bagi masalah-masalah bangsa ini. 

"Hukum adalah cara beradab untuk menyelesaikan masalah yang ada, untuk menghindari perilaku dan tindakan yang boleh jadi tidak beradab, maka harus kita dukung, apalagi Indonesia adalah negara berdasarkan hukum yang menegakan supremasi hukum. Tinggal sekarang persoalan yang ada ini berkeadilan atau tidak. Nah ini yang menurut hemat saya, saya terima dari Bapak Presiden dan itu satu keyakinan satu konfirmasi maka biarlah ini berlanjut," katanya.

Din yang juga Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu menyampaikan kepada Presiden bahwa sikap dasar dari Umat Islam yang diwakili oleh ormas-ormas Islam tersebut adalah formal dan sangat cinta kepada Tanah Air.

Selain juga sangat cinta kepada bangsa dan negara serta sangat berwawasan kemajemukan, Bhineka Tunggal Ika.

Menurut dia, umat Islam sangat besar jasanya bagi kemerdekaan, bagi penegakan negara, dan itu tidak perlu dikawatirkan. 

"Justru kalau ada orang lain yang mengganggu semacam menuduh umat Islam intoleran, ini mengusik rasa kesadaran batin mereka," katanya.

Din mengatakan Presiden telah berjanji akan terus berkomunikasi dan bersikap dialogis dengan berbagai elemen masyarakat khususnya umat Islam.

"Maka pemerintah akan semakin memberikan perhatian untuk mengatasi kesenjangan khususnya dalam bidang ekonomi. Saya katakan kepada beliau kalau rakyat di lapis bawah yang mayoritas adalah umat Islam merasakan ada ketidakadilan, kesenjangan ekonomi, ini yang mereka untuk bangkit bereaksi, dan itulah rakyat Indonesia jangan lihat itu sebagai umat Islam," katanya.

Din juga menegaskan dalam pertemuan tersebut terkait adanya aktor politik yang cenderung memanfaatkan situasi terakhir bahwa ormas-ormas Indonesia akan berada di belakang atau di depan pemerintah untuk menolak segala niat yang tidak baik yang ingin merongrong kekuasaan pemerintah yang sah berdasarkan konstitusi. 

"Dan saya pribadi, saya enggak tahu persis baik NU, Muhammadiyah, dan ormas-ormas Islam ini, sangat berwawasan konstitusional, maka akan menolak ada gelagat dan gejala yang ingin membelokkan dan membalikkan proses konstitusional 5 tahunan bagi seorang presiden wakil presiden terpilih secara sah lewat proses demokrasi," katanya. (Ant)

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home