Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 07:55 WIB | Senin, 22 Maret 2021

Diplomat Korea Utara Meninggalkan Malaysia

Pengusiran terjadi setelah Korea Utara memutuskan hubungan diplomatik dengan Malaysia.
Kim Yu Song, penasihat di Kedutaan Besar Korea Utara untuk Malaysia, membawa kopernya ke dalam bus di kedutaan di Kuala Lumpur, hari Minggu (21/3). (Foto-foto: AP/Vincent Th)

KUALA LUMPUR, SATUHARAPAN.COM-Diplomat Korea Utara mengosongkan kedutaan besar mereka di Malaysia dan diusir pada hari Minggu (21/3), setelah kedua negara memutuskan hubungan diplomatik, karena perselisihan mengenai ekstradisi tersangka kriminal Korea Utara ke Amerika Serikat.

Bendera Korea Utara dan papan nama kedutaan dihapus dari gedung di pinggiran kota Kuala Lumpur. Dua bus mengangkut para diplomat dan keluarga mereka ke Bandar udara, di mana mereka terlihat check-in untuk penerbangan ke Shanghai.

Menteri Luar Negeri Malaysia, Hishammuddin Hussein, mengatakan pengusiran itu sebagai tanggapan atas "keputusan sepihak dan sama sekali tidak bertanggung jawab" dari Pyongyang pada hari Jumat (19/3) untuk memutuskan hubungan diplomatik.

"Tindakan ini adalah pengingat bahwa Malaysia tidak akan pernah mentolerir setiap upaya untuk mencampuri urusan internal dan peradilan kami, tidak menghormati sistem pemerintahan kami dan terus-menerus menciptakan ketegangan yang tidak perlu yang bertentangan dengan tatanan internasional berbasis aturan," katanya dalam sebuah pernyataan.

Kim Yu Song, tengah, penasihat di Kedutaan Besar Korea Utara untuk Malaysia, melambai ke media saat dia berjalan di luar kedutaan di Kuala Lumpur, hari Minggu (21/3). 

 

Masalah Ekstradisi

Hubungan antara Korea Utara dan Malaysia hampir dibekukan sejak kasus pembunuhan 2017 terhadap saudara tiri (Kim Jong Nam) pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, yang terasing di Bandara Internasional Kuala Lumpur.

Dua hari setelah Kuala Lumpur mengekstradisi seorang pria Korea Utara ke Amerika Serikat untuk menghadapi tuduhan pencucian uang, Korea Utara yang marah pada hari Jumat (19/3) mengumumkan pemutusan hubungan dengan Malaysia. Malaysia mengecam keputusan tersebut dan memberikan tanggapan balasan, memberi diplomat Korea Utara 48 jam untuk pergi.

Kim Yu Song, kuasa usaha Korut di Kuala Lumpur, mengatakan Malaysia telah "melakukan kejahatan yang tidak dapat diampuni." Menyuarakan pernyataan Pyongyang sebelumnya, dia menuduh Malaysia tunduk pada AS dan menjadi bagian dari konspirasi AS yang bertujuan untuk "mengisolasi dan mencekik" negaranya.

"Otoritas Malaysia akhirnya menyerahkan warga kami ke AS, sehingga menghancurkan dasar-dasar hubungan bilateral berdasarkan penghormatan kedaulatan," katanya dalam pernyataan singkat di luar kedutaan, sebelum menuju ke Bandar udara.

Korea Utara menyebut tuduhan pencucian uang sebagai "rekayasa tidak masuk akal dan plot belaka" yang diatur oleh AS dan memperingatkan Washington akan "membayar harga yang pantas."

Masalah Bisnis Ilegal

Beberapa ahli mengatakan memutuskan hubungan dengan Malaysia adalah cara Korea Utara untuk menunjukkan kemarahan kepada pemerintahan Presiden Joe Biden, tanpa membahayakan kembalinya negosiasi nuklir dengan Washington.

Korea Utara bersikeras tidak akan melakukan pembicaraan dengan Washington kecuali jika mengabaikan apa yang dianggap Pyongyang sebagai kebijakan "bermusuhan." Tetapi para ahli mengatakan Korea Utara pada akhirnya akan berusaha untuk kembali ke diplomasi untuk menemukan cara mendapatkan keringanan sanksi dan menghidupkan kembali ekonominya yang hampir mati.

Malaysia telah membela langkahnya untuk mengekstradisi Mun Chol Myong, dan mengatakan itu dilakukan hanya setelah semua proses hukum selesai. Pengadilan tinggi memutuskan Mun dapat diekstradisi setelah bandingnya ditolak dengan mengajukan alasan bahwa tuduhan AS bermotif politik.

Mun, yang tinggal di Malaysia selama satu dekade dan ditangkap pada Mei 2019, membantah tuduhan AS bahwa dia terlibat dalam memasok barang mewah dari Singapura ke Korea Utara yang melanggar sanksi PBB saat bekerja di negara kota itu. Dia membantah pencucian dana melalui perusahaan (front companies) dan mengeluarkan dokumen palsu untuk mendukung pengiriman ilegal ke negaranya.

Korea Utara telah lama menggunakan Malaysia sebagai pusat ekonomi penting tempat ia menangani perdagangan, ekspor tenaga kerja, dan beberapa bisnis ilegal di Asia Tenggara, tetapi hubungan mereka mengalami kemunduran besar selama pembunuhan Kim Jong Nam pada tahun 2017.

Dua perempuan, satu warga negara Indonesia dan satu lagi warga Vietnam, didakwa berkolusi dengan empat warga Korea Utara untuk membunuh Kim Jong Nam dengan cara mengolesi wajahnya dengan agen saraf VX. Keempat warga Korea Utara itu melarikan diri dari Malaysia pada hari Kim meninggal. Kedua perempuan itu kemudian dibebaskan setelah diadili.

Pejabat Malaysia tidak pernah secara resmi menuduh Korea Utara terlibat dalam kematian Kim, tetapi jaksa menjelaskan selama persidangan bahwa mereka mencurigai adanya hubungan dengan Korea Utara.

Korea Utara membantah bahwa korban adalah Kim Jong Nam, dan membantah bahwa korban memiliki peran dalam kematian pria tersebut. Pengamat Korea Utara percaya Kim Jong Un memerintahkan pembunuhan saudaranya sebagai bagian dari upaya untuk menyingkirkan saingan potensial dan memperkuat cengkeramannya pada kekuasaan. (AP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home