Loading...
HAM
Penulis: Dewasasri M Wardani 01:40 WIB | Jumat, 20 April 2018

Film Maman Colonelle Diakui Menyoroti Hak Asasi

Ilustrasi. Film dokumenter "Maman Colonelle," yang disutradarai oleh Dieudo Hamadi, telah menerima Penghargaan Hak Asasi Manusia 2017 dari Asosiasi Dunia untuk Komunikasi Kristen (WACC), dan SIGNIS, sebuah asosiasi komunikator Katolik di seluruh dunia. (Foto: idfa.nl)

KANADA, SATUHARAPAN.COM –  Film dokumenter "Maman Colonelle," yang disutradarai oleh Dieudo Hamadi, telah menerima Penghargaan Hak Asasi Manusia 2017 dari Asosiasi Dunia untuk Komunikasi Kristen (WACC), dan SIGNIS, sebuah asosiasi komunikator Katolik di seluruh dunia.

Film ini,  menyoroti keberanian satu orang untuk melawan pelecehan seksual di Republik Demokratik Kongo (RDK). Khususnya Kongo bagian timur yang mengalami kekerasan seksual terhadap perempuan. Ada ratusan ribu korban, muda dan tua, menghadapi konsekuensi psikologis, fisik dan sosial yang menghancurkan.

Film ini menggambarkan cara masyarakat menyalahkan mereka, dan tidak melihat mereka sebagai korban, mereka diperlakukan tidak adil dan melanggar hak asasi manusia.

Film ini diakui, karena mengembalikan martabat manusia dan perdamaian,  tidak hanya untuk wanita yang menderita karena kejahatan perang, tetapi juga Kongo pada umumnya, karena itu  mereka mengambil inisiatif untuk bekerja lebih baik.

"Maman Colonelle" mengisahkan seorang polisi perempuan  di Kongo, yang bernama Honorine Munyole. Dia bertanggung jawab untuk unit kecil khusus,  yang melindungi  wanita dan anak-anak di Bukavu Kongo Timur, yang terkenal karena jumlah frekuensi perkosaannya yang sangat  tinggi.

Film dokumenter ini,  diawali  dengan berpindahnya Honorine dari Bukavu ke Kisangani. Di Bukavu dia dihormati oleh semua orang dan memiliki otoritas. Sekarang, dia harus melakukan segalanya untuk mendapatkan rasa hormat dan kepercayaan dari penduduk lokal, para wanita dan semua  karyawan di  departemen kepolisian.

Honorine Munyole bertekad, dan dia dapat membuktikan bahwa seseorang dapat membuat perbedaan dalam lingkungan yang korup. Dia melakukan semuanya bahkan memberdayakan perempuan  yang kecewa karena korban perkosaan.

Film ini telah memenangkan banyak penghargaan, termasuk pujian dari Juri Ekumenis di festival Film Internasional Berlin pada 2017.

Direktur komunikasi WCC dan wakil presiden WACC Europe Marianne Ejdersten mengatakan, film seperti ini, sangat penting ,  dimana banyak terjadi kekerasan, rasisme yang telah mencengkeram dunia.

"WACC dan SIGNIS percaya film dokumenter ini menawarkan perspektif yang sangat manusiawi, pada situasi konflik yang menakutkan yang berdampak pada kehidupan orang-orang biasa, terutama perempuan," katanya. "Perspektif hak asasi manusianya patut dicontoh." (oikoumene.org)

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home