Loading...
BUDAYA
Penulis: Francisca Christy Rosana 09:50 WIB | Kamis, 08 Januari 2015

Forum Kacang Godog: Bahasa Jawa Karut-Marut

Diskusi Forum Kacang Godog yang digelar pada Senin (5/1) malam di Pendopo Dusun Pandes, Panggungharjo, Sewon, Bantul dipandu Dick Syamsudin mendiskusikan penggunaan bahasa Jawa yang karut-marut. (Foto: rumahsuluh.org)

BANTUL, SATUHARAPAN.COM – Forum Kacang Godog pada Senin (5/1) malam di Pendopo Dusun Pandes, Panggungharjo, Sewon, Bantul dipandu Dick Syamsudin mendiskusikan penggunaan  bahasa Jawa yang karut-marut.

Keprihatinan terhadap lunturnya penggunaan bahasa Jawa yang baik dan benar makin dalam. Kalangan tua apalagi muda saat ini memang cukup jarang menggunakan bahasa Jawa halus dalam komunikasi sehari-hari. Padahal penggunaan bahasa berperan bagi pembentukan karakter seseorang.

Orang asing pun kini malah beramai-ramai melakukan penelitian dan belajar bahasa Jawa.

“Jangan sampai ke depan apabila generasi muda akan mempelajari bahasa Jawa yang baik dan benar, harus belajar ke negara asing semisal Belanda atau Australia,” kata Dick Syamsudin seperti rilis yang diterima satuharapan.com Rabu (7/1) malam.

Senada dengan Syamsudin, Joko warga Dusun Pandes juga prihatin dengan praktik penggunaan bahasa Jawa yang serampangan.

“Saya menyambut baik apabila ingin didirikan sebuah Institut Bahasa Jawa untuk memberikan pendidikan, khususnya bagi anak-anak di Dusun Pandes ini. Apalagi, Desa Panggungharjo ingin menjadi desa budaya,” kata dia.

Erik Triadi dari Rumah Suluh yang hadir dalam kesempatan tersebut mengatakan pentingnya dibentuk sebuah sekolah bahasa Jawa. Sebab, sekolah tersebut bisa menjadi koreksi atau pembetulan praktik berbahasa Jawa yang saat ini dinilai ada yang keliru.

Selain itu, Erik juga menekankan pentingnya proses pembiasaan berbahasa Jawa yang baik dan benar. Pembiasaan tersebut dapat dilakukan dengan mewajibkan instansi pemerintah maupun masyarakat untuk berbahasa Jawa, minimal pada hari-hari tertentu.

“Saya mengusulkan Forum Kacang Godog membuat rekomendasi kepada Pemerintah Desa agar membuat peraturan desa yang mewajibkan di hari tertentu menggunakan bahasa Jawa,” ujarnya dalam pertemuan tersebut.

Ketidakmampuan berbahasa Jawa dengan baik, lanjut Erik, membuat naskah-naskah kuno Jawa yang ada di Keraton maupun museum tidak banyak dikaji. Oleh karena itu, Institut Bahasa Jawa penting untuk ikut melakukan kajian tersebut.

“Padahal dalam naskah-naskah tersebut banyak pengetahuan dan pedoman kehidupan bagi orang Jawa,” kata dia.

Di akhir diskusi, peserta menyepakati terbentuknya Institut Bahasa Jawa yang menjadi wadah pembelajaran berbahasa Jawa. Program utama yang diusulkan ialah Sekolah Bahasa Jawa bagi anak-anak.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home