Loading...
INSPIRASI
Penulis: Yoel M Indrasmoro 01:00 WIB | Sabtu, 31 Desember 2016

Gelar Anak Allah

Allah ingin yang terbaik bagi kita.
Anak-anak Allah (foto: istimewa)

SATUHARAPAN.COM – Pada awal 2017 ini, marilah kita menyimak pengakuan iman Paulus: ”Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat. Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak” (Gal. 4:4-5).

Masa depan memang tak pasti. Dan kita memang tak perlu kepastian masa depan. Tetapi, satu hal yang pasti—dan itu bisa menjadi modal kita di masa depan—kita adalah anak Allah. Gelar anak Allah itu hanya mungkin terjadi karena Allah telah mengutus anak-Nya untuk menebus manusia.

Kita adalah anak Allah. Inilah kenyataan utama dan bisa menjadi sumber utama kebahagiaan kita. Apakah artinya ini?

Pertama, tak ada hubungan yang lebih erat ketimbang hubungan orangtua dan anak. Hubungan suami dan istri bisa kandas di tengah jalan, sehingga ada istilah ”mantan” untuk suami atau istri. Tetapi, mana ada sebutan ”mantan orangtua” atau ”mantan anak”? Ikatan anak dan orangtua kekal sifatnya. Apa pun yang terjadi, entah anak itu menjadi durhaka atau orangtua melupakan anaknya, tidak ada sebutan ”mantan anak” atau ”mantan orangtua”.

Kedua, istilah anak Allah juga mengingatkan kita—sebagaimana orangtua jasmani kita—bahwa Orangtua Ilahi kita ingin yang terbaik bagi anak-anak-Nya. Karena itu, bersyukurlah: Allah ingin yang terbaik bagi kita!

Ketiga, gelar anak Allah itu bukan datang dari manusia, melainkan prerogatif Allah. Sehingga memang tidak ada seorang pun yang dapat membatalkan gelar anak Allah ini. Bahkan, ketika anak itu mulai menjauh dari Orangtua Ilahinya—sebagaimana dalam Perumpamaan Anak yang Hilang—gelar itu tetap melekat dalam diri anak-anak-Nya. Jika Allah saja tidak ingin gelar itu lepas dari dalam diri kita, maka siapakah yang bisa membatalkan gelar tersebut.

Namun, gelar anak Allah ini bukan tanpa konsekuensi. Anak memperlihatkan ciri-ciri orangtuanya. Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Nah, kalau kita tidak memperlihatkan ciri-ciri Orangtua Ilahi kita, lalu kita anak siapa?

Siapa yang harus kita teladani? Yesus Kristus. Dialah Anak Tunggal Allah—yang sulung dari semua! Artinya: bertindaklah sebagaimana Yesus, Anak Tunggal Allah, bertindak!

 

Email: inspirasi@satuharapan.com

Editor : Yoel M Indrasmoro


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home