Loading...
RELIGI
Penulis: Sabar Subekti 11:47 WIB | Jumat, 30 Januari 2015

Gereja Timur Tengah: Hentikan Pembiayaan Teroris

Sebagian pemimpin gerija Timur Tengah yang hadir dalam pertemuan di Beirut. (Foto: CNS)

BEIRUT, SATUHARAPAN.COM – Para pemimpin (patriark) gereja Katolik dan Ortodoks Timur Tengah menyerukan diakhirinya pembiayaan teroris dan menyarankan, jika diperlukan, penutupan perbatasan untuk mencegah gerakan teroris. Demikian dilaporkan kantor berita Assyrian International News Agency (AINA).

Para pemimpin gereja itu juga menyerukan pembentukan negara Palestina dengan ibu kota di Yerusalem Timur, berdasarkan proposal solusi dua negara atas krisis Israel-Palestina, serta kembalinya pengungsi Palestina ke tanah asal mereka.

Pernyataan itu dirilis setelah pertemuan pada 27 Januari di Bkerke, di Gereja  Maronite, di Beirut, tentang mengatasi situasi warga Kristen di Timur Tengah, terutama yang mengungsi dari Irak dan Suriah. Hadir juga wakil dari gereja-gereja Protestan Suriah dan Lebanon serta pejabat bantuan internasional.

Pertemuan oikumenis itu berlangsung di tengah bentrokan yang meletus antara tentara Lebanon dan militan Suriah yang berbasis di pinggiran kota Ras Baalbek, dekat perbatasan Suriah. Delapan tentara Lebanon meninggal dan lebih dari 20 terluka.

Para peserta menyatakan "kesedihan atas meninggalnya delapan tentara Lebanon karena mereka membela perbatasan dalam menghadapi kelompok-kelompok teroris."

Pertemuan empat hari itu dibuka Kardinal Bechara Rai, patriark Gereja Maronit. Isu tersebut juga akan dibahas pada pertemuan para Kardinal di Roma 12 Februari mendatang, dan pemimpin Gereja Katolik Timur pada sidang umum tanggal 17 Februari, kata pernyataan itu.

Kehancuran Budaya Moderasi

Para pemimpin menyuarakan kepedulian terhadap masa depan pemuda Kristen di wilayah tersebut, dan mengatakan orang-orang muda  tidak memiliki "pilihan lain selain migrasi... Bahkan jika gereja tidak melipatkan pelayanan pada mereka, mereka akan gagal menghadapi krisis ini," katanya.

Pernyataan itu juga menysebutkan dua uskup Suriah, Gregorios Yohanna dari Aleppo dan Paul Aleppo  yang diculik pada April 2013 di Suriah utara. Kardinal Rai mengatakan perlunya orang Kristen pengungsi Irak dan Suriah "untuk dapat kembali tinggal di negara asal mereka untuk melanjutkan tradisi Kristen mereka."

Disebutkan, perang, perusakan dan pembunuhan, pemindahan dan penggusuran, gelombang kekerasan dan eskalasi organisasi teroris telah menghancurkan "budaya moderasi dan keterbukaan dan peradaban Kristen-Muslim yang kami bangun bersama-sama lebih dari 1.400 tahun, setelah meletakkan dasar-dasar agama Kristen di negara-negara kami sebelum kedatangan Islam."

"Hal ini diketahui bahwa konflik Israel-Palestina dan konflik Israel-Arab yangmenyebabkan tragedi Timur Tengah di mana kita hidup saat ini," kata Kardinal Rai.

Pernyataan itu menyerukan Kristen di Timur Tengah untuk "menyatukan sikap mereka dan bekerja dengan semua orang yang memiliki niat baik untuk menghentikan perang dan aksi teror dan menghidupkan kembali perdamaian yang adil dan komprehensif di wilayah penderitaan di dunia."


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home