Loading...
RELIGI
Penulis: Kris Hidayat 14:30 WIB | Jumat, 30 Mei 2014

Ibadah Seberang Istana adalah Kritik Pemerintah Korup

Ibadah Seberang Istana adalah Kritik Pemerintah Korup
"Seperti inilah Kristus terangkat ke Sorga, dan para murid menyaksikan persis di bawah atap langit," Benget Tambunan, Kamis (29/5).(Foto-foto: Kris Hidayat).
Ibadah Seberang Istana adalah Kritik Pemerintah Korup
Para Pendeta Yang melayani Ibadah Kenaikan Isa Almasih, Kamis (29/5), Pendeta Palti Panjaitan, Pdt. Roy Simanjuntak, Pdt. Hiburianti Marbun, Pdt. Dapot Siregar, Pdt. Boas Tarigan, Pdt. Rospita Sinaga, Pdt. Benget Tambunan, dan Pdt. Sapta Utama Siagian.
Ibadah Seberang Istana adalah Kritik Pemerintah Korup
Paduan Suara GKI Ampera Jakarta turut mengisi pujian dalam ibadah.
Ibadah Seberang Istana adalah Kritik Pemerintah Korup
Tha Nort Sumatran Brass yang datang dari Jogjakarta, turut memeriahkan ibadah di seberang Istana Merdeka.

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pendeta Benget Tambunan dalam kotbah di ibadah memperingati Hari Kenaikan Yesus Kristus di seberang Istana Merdeka, mengatakan bahwa Ibadah yang diadakan jemaat GKI Yasmin Bogor dan HKBP Filadelfia Bekasi adalah kritik dari gereja di Indonesia terhadap pemerintahan korup, penguasa yang hidup dalam balutan kekuasaan korup.

"Kehadiran kita adalah pengontrol kekuasaan yang telah dikuasai oleh keinginan-keinginan jahat atas rakyatnya sendiri, yang sudah menyimpang jauh dari tujuan UUD 1945, yakni membentuk suatu pemerintahan Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.  Kita adalah bagian yang mengkritik penguasa yang korup, bukan pribadi," demikian refleksi Pendeta Benget Tambunan, Kamis (29/5).

Jemaat GKI Yasmin Bogor dan HKBP Filadelfia Bekasi, yang telah memperoleh putusan hukum tertinggi melalui putusan PTUN, seharusnya bisa beribadah di gedung mereka sendiri. Namun karena Wali Kota Bogor dan Bupati Bekasi tidak juga melaksanakan putusan tersebut, maka mereka mengadakan ibadah Peringatan Kenaikan Yesus Kristus, di seberang Istana Merdeka Jakarta.

Bona Sigalingging, Juru Bicara GKI Yasmin Bogor di kesempatan yang sama menyesalkan bahwa proses politik yang selama ini berjalan tidak berpengaruh pada permasalahan ini.

"Proses politik seakan tidak berkorelasi dengan kehidupan warga negara Indonesia di Jemaat HKBP Filadelfia dan GKI Yasmin. Pemerintahan daerah berganti, diskriminasi berlanjut terus. Hingga akhir masa jabatan, Presiden SBY pun bertahun-tahun abai terhadap pembangkangan hukum yang terjadi di Bekasi dan Bogor", kata Bona Sigalingging, menegaskan kembali akan kehadiran kedua jemaat ini di hari perayaan agama mereka.

Dalam kotbahnya yang mengambil perikop jemaat di Efesus, yakni dari kitab Ef 1:15-23, Pendeta Benget Tambunan merefleksikan sikap jemaat yang berani menunjukan iman percaya mereka, mereka tetap bersekutu tanpa takut, sekalipun telah ditinggalkan Yesus Kristus. Berikut adalah ringkasan Kotbah Pendeta Benget Tambunan:

Kristus Berkuasa Membebaskan Belenggu Dosa

Seorang sejarawan dan filsuf Inggris bernama John Dalberg Ecton, pernah mengungkap pernyataan terkenal, bahkan terus dibahas sampai sekarang. "Power tend to corupt, absolutely power corupt absolutely." Kekuasaan cenderung korupsi, semakin besar kekuasaan, maka semakin besarlah disalahgunakan. Bila kita melihat dari sudut pandang politik, akan hal ini, maka korupsi selalu melekat pada struktur politik, yang ditandai oleh fenomena kekuasaan, baik itu oligarki, kekuasaan kelompok kecil, atau otoritarian, bahkan totalitarian sekalipun, kekuasaan yang terpusat.

Dalam struktur yang demikian, maka korupsi menjadi fungsional, karena politik untuk memperluas, mempertahankan dan memelihara bangunan kekuasaan yang cukup besar,  dibangun oleh penguasa yang korup. Bahkan merujuk pendapat Lord Ecton ini, maka korupsi tidak saja dilakukan oleh penguasa, tetapi oleh kroni-kroninya, lingkaran satu penguasa paling besar menciptakan ruang korupsi bagi keluarga mereka. Karena itu sulit untuk memberantasnya.

Bahaya yang paling besar adalah, ketika dalam hidup sosial kita, jika ada kelompok pengkritik, media, bahkan kelompok sosial pengontrol lainnya, sudah mau menjadi kacung penguasa, yang korup bahkan bertekuk lutut dibawah duli penguasa. Mengiming-iming jatah preman, mengiming-iming dana hibah, bahkan kucuran dana program, yang kalau boleh diprioritaskan bagi kelompok-kelompok tersebut. Maka makin hancurlah hidup berbangsa, hidup bernegara kita, karena kelompok yang dulunya kritis, setelah mereka kena kucuran dana, maka sunyi senyaplah suara mereka.

Dan ironisnya, hampir seluruh pemimpin kita belajar teori ini.  Seluruh pemimpin tahu rumusan Lord Ecton ini, tetapi mereka bukan mengambil sebagai satu bagian bagaimana memanage kekuasaan supaya mereka dicintai oleh rakyat, tetapi mereka mensiasati, supaya bagaimana tidak ketahuan didalam melakukan prakteknya. Karena itu, warning yang selalu ada bukan diikuti, tetapi justru ditabrak. Peringatan bukanlah didengar, tetapi diberangus.

Jauh sebelum sebelum Lord Ecton ini mengungkap pernyataan tersebut, Kristus sudah lebih dulu menginspirasi, memperingatkan, melawan bahkan membebaskan dari kekuasaan yang cenderung korupsi. Kristus memberi dirinya bagi umat manusia, ketika Tuhan sudah melihat berulangkali dalam  kehidupan manunisa, betapa dosa itu dicintai oleh manusia. Dosa itu digandrungi, dosa itu melekat dalam diri manusia, dan manusia menikmati dosa.

Di dalam kecintaan manusia pada dosa itulah, ada aturan agama yang dibuat sedemikian rupa untuk boleh membenarkan perilakunya. Ada perintah agama yang dipergunakan sebagai alat untuk melegitimasi dosa-dosa mereka. Karena itu, di jaman Yesus Kristus sekalipun, agama yang menjadi pusat spiritualitas justru menjadi pusat korupsi. Bagaimana para imam, merekalah jugalah yang menjual korban-korban persembahan, mereka jugalah dengan kaki tangannya yang menjadi para penukar-penukar uang, mereka jugalah yang menentukan satu korban itu layak atau tidak. Karena itu, sampai sekarang penyakitnya sama. 

Kristus menemukan bahwa di dalam kelompok yang beragama sekalipun, kencerungan akan korupsi, kencendurang akan dosa itu semakin meluas dan inilah yang disebut sebagai kerajaaan kegalapan yang menguasai hidup orang-peroang, yang menguasai dari berbagai latar belakang ekonomi dan kedudukan sekalipun. Orang tidak sadar bahwa dirinya dalam kuasa si jahat. Kristus memberikan dirinya, sebab dia tidak berdosa.  Kristus melawan dosa dengan menjadikan tumbal dari segala dosa. Ia mau mati supaya saya dan saudara bisa hidup.

Ia mau supaya kekuasaan yang korup, manusia yang penuh dosa dapat direbut. Tuhan membenci dosa yang kita lakukan, tetapi di sisi lain, Tuhan mengasihi kita. Manusia yang hidup. Karena itu, Penyaliban-Nya, kebangkitan-Nya adalah bagian dari karya Allah, untuk melepaskan saudara dan saya dari kuasa dosa yang sangat nikmat kita rasakan.

Hari ini, hari kenaikan Kristus yang kita rayakan, menjadikan tonggak yang penting bagi orang-orang  percaya. Kristus hendak menyatakan diri-Nya  adalah penguasa semesta.  Dia jauh lebih berkuasa dari penguasa yang ada, yang ada dibumi. Dia berkuasa disorga, di bumi, bahkan di dalam dunia orang mati sekalipun.

Tuhan tidak dapat dibeli oleh dosa, Tuhan tidak dapat disogok oleh segala hal-hal yang berbau korupsi. Tuhan membangun kerajaannya diantara manusia, bukan secara fisik, melainkan kerajaan-Nya yang penuh kebenaran, kejujuran dan keadilan. Karena itu, ketika hari kenaikan Tuhan Yesus ke sorga, ini menjadi hari yang penting sebagai tonggak iman, sebab sebelumnya kita melihat apa yang Allah lakukan bagi manusia, Tuhan menyelamatkan kita.

Tetapi setelah Kristus terangkat ke Sorga, justru kita harus melihat apa yang harus kita lakukan bagi Allah sekarang. Dan, ketika Tuhan terangkat ke Sorga, tubuhnya yang pergi, jiwanya yang pergi. tetapi rohnya, hatinya, tinggal di antara manusia, mendampingi saudara dan saya. Mendampingi setiap pergumulan-pergumulan yang ada.

Rasul Paulus memuji jemaat Tuhan di Efesus. Mereka yang sungguh-sungguh mempercayai akan karunia Alah yang telah dinyatakan atas hidup mereka. Mereka menjadikan Kristus sebagai kepala, atas persekutuan umat percaya. Orang-orang efesus menunjukan iman percaya mereka, mereka tidak merasa takut ditinggalkan Tuhan, sebab mereka sudah menemukan bahwa kasih Tuhan tetap tinggal di dalam kehidupan mereka sebagai pribadi.

Karena itu, melalui melalui peristiwa kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga, ada tiga hal yang terungkap kepada kita.

Bagian pertama, orang percaya itu terpanggil untuk tetap mempertahankan imannya, sekalipun Kristus terangkat ke Sorga, karena Ia terus mengasihi kita. Jangan tinggalkan Tuhanmu, jangan gadaikan Tuhanmu dengan apapun juga yang ditawarkan dunia. Jangan biarkan dirimu terhisap, dirimu terpedaya, dirimu dibayar sehingga meninggalkan Tuhan. karena Tuhan tidak pernah meninggalkan kita.

Bagian kedua, milikilah iman yang sungguh-sungguh percaya, bahwa Tuhan yang pergi itu adalah Tuhan yang akan datang kembali. Tuhan yang mau mempersiapkan kehidupan orang-orang percaya, supaya hidup ini tidak puas begitu saja karena kita berjumpa dengan Tuhan secara lahiriah, tetapi Tuhan mengijinkan dinamika terjadi pada orang-orang percaya, supaya kita ini terdidik, kita terlatih untuk melawan dosa. Untuk melawan kuasa kejahatan.

Bagian ketiga, kita membuktikan kuasa Tuhan itu terus nyata dan berlaku atas kehidupan kita.

Karena itu, ketika hari ini tetap berdiri kita tetap berada di seberang istana mengadakan ibadah persekutuan jemaat Tuhan, GKI Yasmin Bogor dan HKBP Filadelfia Bekasi, saya mengungkapkan tiga alasan dari alasan refleksi renungan hari ini.

Pertama,  GKI Yasmin dan HKBP Filadelfia adalah bagian dari gereja Kristus di Indonesia yang mengkritik pemerintahan yang korup, penguasa yang hidup dalam balutan kekuasaan yang korup. Kehadiran kita adalah pengontrol kekuasaan yang telah dikuasai oleh keinginan-keinginan jahat atas rakyatnya sendiri, yang sudah menyimpang jauh dari tujuan UUD 1945, yakni membentuk suatu pemerintahan Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.  Kita adalah bagian yang mengkritik penguasa yang korup, bukan pribadi. Sebab penguasa-penguasa yang demikian bukan saja ada didaerah tempat kita tinggal, tetapi dari pusat sampai ke daerah.

Kedua, GKI Yasmin dan HKBP Filadelfia adalah kelompok masyarakat Indonesia yang telah dikorbankan dan menjadi korban dari praktek kekuasaan yang korup yang terjadi dari pusat sampai daerah. Ironisnya adalah, korban selanjutnya adalah pemerintah pusat sendiri, yang telah dilecehkan oleh penguasa daerah yang korup. Mereka tidak mau tunduk, meraka tidak mau ikut aturan. Mereka tidak lagi menaruh hormat. Meraka yang sudah tidak lagi dihormati sebagai pemegang kekuasaan tertinggi, mereka yang tidak lagi memiliki kewibawaannya, karena segala aturan dan arahan diabaiakan oleh penguasa yang kecil didaerah masing-masing. Ini yang tidak disadari oleh pemerintah pusat kita, ini yang tidak mereka pikirkan, ketika mereka mengabaikan apa yang menjadi seruan kita, selama kita beribadah ditempat ini.  Sebab firman Tuhan mau menegaskan, supaya kamu jangan dikalahkan oleh kejahatan, tetapi kalahkan kejahatan dengan kebaikan.

Ketiga, GKI Yasmin dan HKBP Filadelfia adalah gereja Tuhan Yesus Kristus, yang tidak pernah menghendaki kekuasaan, atau mau membangun kerajaan di dunia ini. Tetapi oleh karena Kristus yang kita percayai dan imani itu, kita menolak tawaran atau turut terhisap dalam kekuasaan yang korup, dan kita menyatakan tidak menerima segala tawaran relokasi bagkan pemindahan lainnya, sebab yang benar adalah benar. Ini bukan bentuk sebuah keegoisan, melainkan, sebuah konsep hidup beriman yang lebih takut kepada Tuhan yang mengajarkan kebenaran dan kejujuran, bagaimana hidup di negara ini sebagai orang-orang beriman, orang-orang yang tdak pernah ditinggalkan Tuhan. Orang-orang yang tdak berhenti beharap, sekalipun Kristus tidak ada lagi secara fisik di tengah dunia, tetapi Ia tetap tinggal di antara saya dan saudara.

Karena tetaplah berdiri, tetaplah bersuara, tetaplah menyatakan kebenaran, karena yang kita lawan bukanlah pemerintah secara lahiriah, tetapi kuasa jahat yang mempengaruhi setiap orang yang berkuasa, supaya tidak ada seorangpun dari kita, yang juga menghendaki kekuasaan yang demikian.

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home