Loading...
HAM
Penulis: Sabar Subekti 12:36 WIB | Rabu, 22 November 2023

IDF Terobos Pintu Ledakan Terowongan Hamas di Bawah Rumah Sakit Al Shifa di Gaza

Israel sebut WHO tahu aktivitas militer Hamas di rumah sakit di Gaza.
Gambar-gambar yang dirilis oleh IDF pada hari Selasa, 21 November 2023, menunjukkan bagian dalam terowongan Hamas yang ditemukan di bawah Rumah Sakit Al Shifa di Gaza. (Foto: IDF via ToI)

GAZA, SATUHARAPAN.COM-Militer srael (Pasukan Pertahanan Israel/IDF) pada hari Selasa (21/11) mengatakan pihaknya menerobos pintu ledakan di ujung terowongan Hamas yang ditemukan oleh pasukan pekan lalu di bawah Rumah Sakit Al Shifa di Gaza, tempat Israel menuduh kelompok teror tersebut mengoperasikan pusat komando utama.

Pasukan Pertahanan Israel menerbitkan dua gambar, satu menunjukkan pintu terbuka dan yang lainnya jauh di dalam terowongan.

Awal pekan ini, IDF merilis rekaman yang menunjukkan bagian dalam terowongan dan bagian terowongan. Setelah sekitar 55 meter, terowongan tersebut berakhir dengan pintu ledakan, yang kemungkinan melindungi aset Hamas di bawah tanah.

IDF telah mengatakan selama beberapa pekan bahwa jaringan terowongan dan bunker besar ada di bawah RS Al Shifa.

Lubang terowongan tersebut terletak di halaman rumah sakit di bawah kanopi, di mana pasukan IDF juga menemukan sebuah truk pickup Hamas dengan senjata di dalamnya, mirip dengan yang digunakan oleh kelompok teror dalam serangan 7 Oktober.

Selain Al Shifa, Israel menuduh Hamas menggunakan rumah sakit lain di Jalur Gaza untuk tujuan teror.

Dalam sebuah surat yang dikirim pada hari Selasa (21/11) kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), para kepala Kementerian Kesehatan memprotes operasi Hamas di Al Shifa, dan mencatat klip video tertutup yang menunjukkan aktivitas teror, termasuk penyanderaan, di area atas tanah rumah sakit.  Surat tersebut mengingatkan WHO bahwa aktivitas tersebut tidak etis dan bertentangan dengan seluruh aturan perang.

WHO Tahu Penggunaan RS untuk Militer

“Pada tanggal 2 November, Dr. Michael Ryan, direktur program darurat kesehatan WHO, mengatakan bahwa dia mengetahui apa yang terjadi ‘di atas tanah’ di Al Shifa dan menyadari bahwa penggunaan fasilitas medis untuk tujuan militer dilarang menurut hukum internasional.

Pada saat yang sama, dia mengaku meragukan adanya kegiatan teror yang terjadi di Al Shifa,” tulis Menteri Kesehatan Uriel Busso dan Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Moshe Bar Siman Tov.

Berdasarkan bukti dari video sirkuit tertutup tersebut, Kementerian Kesehatan menuduh Ryan memberikan gambaran yang tidak benar dan menyesatkan tentang situasi di Al Shifa kepada komunitas internasional.

“Sekarang jelas bahwa WHO telah mengabaikan penggunaan fasilitas medis sebagai perisai manusia dan penolakan Hamas untuk mengizinkan warga sipil mengungsi dari fasilitas tersebut… Kegagalan WHO untuk mengatasi masalah ini sama dengan kontribusinya terhadap berlanjutnya konflik yang menyebabkan banyak penderitaan kepada begitu banyak orang,” kata surat itu.

Kementerian Kesehatan dalam suratnya juga merujuk kepada teroris yang menurut Israel bersembunyi di bawah RS Al Shifa, rumah sakit lain, dan sekolah di Gaza yang bertentangan dengan hukum internasional.

“WHO harus menuntut penghentian segera penggunaan perisai manusia dan fasilitas kesehatan untuk tujuan teror. Hal ini juga harus menuntut evakuasi seluruh penduduk sipil ke zona aman dan pembebasan segera dan tanpa syarat semua sandera,” kata kementerian tersebut dalam suratnya.

Gencatan Senjata Tidak Hentikan Pembebasan Sandera

IDF mengatakan kesepakatan penyanderaan tidak akan mempengaruhi misi untuk menggulingkan Hamas. Kepala Staf IDF Letjen Herzi Halevi mengatakan pada hari Selasa bahwa tekanan militer terhadap Hamas menciptakan “kondisi yang lebih baik” untuk pembebasan sandera yang ditahan oleh kelompok teror di Jalur Gaza, dan tekanan tersebut akan terus berlanjut.

Komentar panglima militer tersebut muncul menjelang pemungutan suara kabinet di mana para menteri diharapkan menyetujui perjanjian yang akan membuat Hamas membebaskan sekitar 50 sander,  anak-anak, ibu, dan perempuan, dengan imbalan gencatan senjata selama 4-5 hari dan pembebasan 150 orang-300 tahanan Palestina.

Saat berkunjung ke Jalur Gaza pada hari Selasa, Halevi mengatakan kepada pasukan bahwa mereka melakukan “pekerjaan yang bagus, sungguh sangat mengesankan.” Namun dia menambahkan bahwa “perjalanannya masih panjang.”

“Kami bertekad untuk mengikuti jalan ini dan benar-benar membawa prestasi yang maksimal. Juga untuk membubarkan Hamas, secara militer dan pemerintahan, juga untuk menciptakan keamanan di seluruh wilayah, bagi komunitas di [daerah sekitar Gaza], dan juga untuk memulangkan para sandera,” kata Halevi.

“Semua hal ini bekerja sama… manuver ini juga menciptakan kondisi yang lebih baik untuk kembalinya para sandera. Ini merupakan pukulan bagi Hamas, menciptakan tekanan, dan kami akan melanjutkan tekanan ini,” tambahnya. (ToI)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home