Loading...
BUDAYA
Penulis: Ignatius Dwiana 23:32 WIB | Sabtu, 15 Februari 2014

Institut Ungu Akan Pentaskan Teater untuk Peringati Hari Perempuan Internasional 2014

(Ilustrasi: internationalwomensday.com)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Institut Ungu akan mempersembahkan teater berjudul ‘Nyanyi Sunyi Kembang-Kembang Genjer’ dalam rangka peringatan Hari Perempuan Internasional 2014.

Nyanyi Sunyi Kembang-Kembang Genjer mengangkat kisah pergulatan pikiran dan batin lima perempuan berumur 70-an sampai 83 tahun yang dulu pernah menjadi tahanan politik ‘65 selama lebih dari sepuluh tahun. Mereka bertahan menghadapi hari-hari di masa tuanya dan bergulat dengan kenangan kegembiraan dan kebanggaan akan masa mudanya.

Dengan menggendong pengalaman pahit dan traumanya akibat kekerasan seksual, mereka menghadapi stigma yang ditempelkan padanya oleh penguasa. Semua ini harus dihadapi cucu salah seorang eyang-eyang ini, baik sebagai tantangan pribadi dan keluarga maupun sebagai perempuan muda yang memikirkan realitas negerinya. Masa lalu mereka merupakan bagian dari sejarah Indonesia yang ikut membentuk generasi Indonesia sekarang.

Teater ini dibuat untuk memberi suara dan menolak lupa tentang para perempuankorban politik ‘65. Naskah teater itu ditulis Faiza Mardzoeki yang sekaligus menyutradarai dan menjadi produser pertunjukan teater ini. Proses teater ini berawal dari penelitian yang dilakukan Faiza bersama timnya selama hampir dua tahun. Penelitian ini dilakukan antara lain dengan mewawancarai para perempuan penyintas tahanan politik ‘65 di Yogyakarta, Solo, Klaten, Sragen, Semarang, Jakarta, serta beberapa eksil Swedia dan Belanda, hingga mengunjungi lokasi yang dulu dipakai sebagai tempat isolasi para tahanan perempuan di Plantungan.

Selain wawancara, tim membaca berbagai literatur sejarah dan diadakan pula diskusi dengan pelbagai kalangan ahli sejarah ‘65.Penulisan naskah drama dengan latar sejarah ‘65 bukan perkara mudah. Apalagi Faiza dan timnya adalah generasi yang lahir tahun ’70-an, yang bertahun-tahun mengalami langsung era ketakutan akibat propaganda hitam tentang perempuan-perempuan tahanan politik ‘65 Orde Baru.

Fakta di lapangan saat melakukan riset bertolak belakang dengan yang dijejalkan melalui kurikulum sekolah resmi. Akhirnya naskah bisa diselesaikan di awal Januari 2013. Proses selanjutnya melakukan tahapan reading dan bongkar pasang struktur cerita hinggamenemukan titik yang paling dianggap tepat. Lalu melakukan audisi calon pemain dan memulai proses latihan dan diskusi bersama tim kreatif dan para aktor yang akan berperan sejak Oktober 2013.

Tantangan bukan hanya di soal proses kreatif dan capaian estetika dalam mewujudkan karya pertunjukan teater. Tetapi mendorong semua yang terlibat dalam kerja kolaborasi ini memaknai dan menghayati sejarah kelam bangsa Indonesia.

Pentas teater ‘Nyanyi Sunyi Kembang-Kembang Genjer’ ini dipersembahkan kepada para perempuan yang pernah menjadi tahanan politik ‘65 dan korban kekerasan seksual di Indonesia dan di seluruh dunia.

Diperankan oleh enam pemain perempuan yang sudah berpengalaman di duniapanggung dari tiga kota, yakni Jakarta, Bandung dan Lampung. Sejumlah pemain teater berpengalaman seperti Niniek L Karim, Pipien Putri, Irawita, Ruth Marini, dan Heliana Sinaga akan tampil dalam pentas ini.

Untuk Tim Kreatif terdiri dari musisi New York Marcello Pellitteri untuk Penata Musik dan Komposer, Penata Panggung dan Cahaya Iskandar Loedin, Penata Suara Mogan Pasaribu, Videografer Amerta Kusuma, Penata Kostum Irina Dayasih, Penata Rias Atta Cucok, dan Asisten Sutradara Ayez Kassar serta Pelatih Akting Wawan Sofwan.

Pentas teater ini didukung Hivos dan Elemental Productions di Los Angles dan pelbagai kalangan. Kegiatan ini juga didukung pelbagai organisasi masyarakat antara lain ELSAM, Perempuan Mahardhika, Indonesia untuk Kemanusiaan, dan Bites.

Pentas teater akan berlangsung pada Jum’at (7/3) hingga Minggu (9/3) di Goethe Haus Jakarta. (PR)

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home