Loading...
INSPIRASI
Penulis: Endang Setyomurti 01:00 WIB | Selasa, 01 Maret 2016

Investasi Gizi untuk Masa Depan Bangsa

Masyarakat yang sehat akan mampu bekerja dengan pikiran yang cerdas.
Korban gizi buruk (foto: istimewa)

SATUHARAPAN.COM –Tanggal 28 Februari adalah Hari Gizi Nasional Indonesia. Sementara itu Sugiyarti (42), Guru Tidak Tetap (GTT) asal Kebumen, harus melihat anaknya Satrio Mudo Prakoso(14 bulan) terbaring lemah di RSUD dr. Soedirman karena gizi buruk.

”Honor sebagai GTT tidak cukup untuk beli bensin, apalagi untuk makan sehari-hari,” kata Sugiyarti. Ia menjadi tulang punggung keluarga dengan gaji tiga ratus ribu rupiah per bulan. Sementara suaminya, seorang buruh serabutan, juga harus momong Satrio ketika ditinggal Sugiyarti untuk mengajar di SD yang berjarak 5 km dari rumahnya (Suara Merdeka, 25 Februari 2016)

Tragis! Padahal penderita gizi buruk pada masa bayi, akan rentan terkena penyakit  penyerta, yang sering berujung kepada kematian. Sebaliknya, apabila ia dapat bertahan hidup, ia akan mengalami hambatan tumbuh kembang, bahkan tumbuh kerdil atau stunting..

”Satu dari tiga anak di Indonesia mengalami stunting. Bahkan, jumlahnya terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun,” kata Ahli Gizi UGM, Prof dr Hamam Hadi, Januari 2016 lalu, seperti dikutip dari Republika. Hamam menyebutkan, angka kejadian stunting yang paling tinggi di Indonesia, terjadi di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT). Lebih dari 50 persen anak di sana menderita stunting. Menurutnya, persoalan stunting ini patut menjadi perhatian untuk segera dituntaskan. Pasalnya, tingginya prevalensi anak stunting telah memosisikan Indonesia ke dalam lima besar dunia dengan anak pengidap stunting.

Kantor Berita BBC melaporkan, lima bulan pertama di 2015,  ada  1.918 anak NTT mengalami gizi buruk dan, sekitar 11 orang meninggal dunia. Dan yang mengejutkan adalah, apa yang terjadi di Bekasi, kota yang sangat dekat dengan ibukota. Dinas Kesehatan Kota Bekasi, Jawa Barat, mencatat ada sebanyak 194 balita didiagnosis menderita gizi buruk. ”Jumlah itu terhitung sejak 2015 hingga saat ini,” kata Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Bekasi, Pusporini, di Bekasi.

Selain kemiskinan, pengetahuan orangtua mengenai gizi juga sangat berpengaruh terhadap anak-anak. Apalagi, jika anak hanya dititipkan oleh pengasuh yang tidak paham soal gizi dan kurang bertanggung jawab akan kesehatan anak. Padahal gizi yang baik adalah investasi untuk masa depan.

Masyarakat yang sehat akan mampu bekerja dengan pikiran yang cerdas, bekerja dengan produktivitas yang tinggi, tidak sering izin karena sakit sehingga berdampak juga terhadap penggunaan anggaran untuk ke rumah sakit. Mampu bersosialisasi dengan baik karena secara psikis  dan fisik ada dalam kondisi kesehatan prima. Negara akan maju jika masyarakatnya sehat, cerdas, dan produktif.

Selamat Hari Gizi Nasional Indonesi! Selamat berinvestasi gizi untuk masa depan!

Email: inspirasi@satuharapan.com

Editor : Yoel M Indrasmoro


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home