Loading...
FOTO
Penulis: Sabar Subekti 12:01 WIB | Jumat, 07 April 2023

Jalan Salib dan Penyaliban pada Perayaan Jumat Agung

Jalan Salib dan Penyaliban pada Perayaan Jumat Agung
Umat Kristiani melakukan visualisasi jalan salib pada peringatan Jumat Agung di Gereja Katolik St Mikael, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (7/4/2023). Prosesi yang menggambarkan kesengsaraan Yesus hingga wafatnya tersebut merupakan rangkaian perayaan Tri Hari Suci Paskah. (Foto: Antara) ANTARA FOTO/Didik Suhartono/rwa.
Jalan Salib dan Penyaliban pada Perayaan Jumat Agung
Seorang anak beristirahat saat prosesi jalan salib dalam rangkaian peringatan Pekan Suci Paskah di Izalco, El Salvador, Kamis (1/4/2021). (Foto: Jose Cabezas/Reuters)
Jalan Salib dan Penyaliban pada Perayaan Jumat Agung
Wilfredo Salvador, tengah, dan dua lainya berdiri di salib selama peragaan kembali penderitaan Yesus Kristus sebagai bagian dari ritual Jumat Agung 7 April 2023 di desa San Pedro, Cutud, provinsi Pampanga, Filipina utara. Penyaliban di kehidupan nyata, tradisi Jumat Agung berdarah yang ditolak oleh gereja Katolik, dilanjutkan di desa pertanian ini setelah jeda tiga tahun karena pandemi virus corona.(Foto: AP/Aaron Favila)
Jalan Salib dan Penyaliban pada Perayaan Jumat Agung
Para aktor membawa Wilfredo Salvador saat memperagakan kembali penderitaan Yesus Kristus sebagai bagian dari ritual Jumat Agung 7 April 2023 di desa San Pedro, Cutud, Provinsi Pampanga, Filipina utara.(Foto: AP/Aaron Favila)

JAKARTA, SATUHARAPAN,COM- Pada perayaan Jumat Agung, peristiwa penyaliban Tuhan Yesus, sejumlah umat Kristen di beberapa daerah menggelar adegan jalan salib yang menggambarkan Tuhan Yesus diadili, disiksa dan kemudian disalibkan di bukit Golgota, Yerusalem, hingga meninggal untuk menebus dosa manusia.

Hal serupa juga diselenggarakan umat Kristen di berbagai negara. Di Filipina, sedikitnya 12 orang dipaku di kayu salib untuk menghidupkan kembali penderitaan Yesus Kristus dalam tradisi Jumat Agung yang ditolak oleh gereja Katolik tetapi menarik banyak umat dan turis ke Filipina.

Penyaliban dalam kehidupan nyata di desa pertanian San Pedro Cutud di Provinsi Pampanga utara Manila dilanjutkan setelah jeda tiga tahun karena pandemi virus corona. Sedikitnya 12 pria akan berpartisipasi, termasuk pelukis berusia 62 tahun Ruben Enaje, yang akan dipakukan pada salib kayu untuk ke-34 kalinya di Cutud dan dua desa terdekat lainnya, kata penyelenggara.

Enaje mengatakan dia akan menggunakan penebusan dosa yang luar biasa, mungkin di antara yang terakhir karena usianya, untuk berdoa bagi pemberantasan virus COVID-19 dan berakhirnya invasi Rusia ke Ukraina, yang telah menyebabkan harga gas dan pangan melonjak di seluruh dunia.

“Saya benar-benar ingin pensiun dari ini karena usia saya, tetapi mari kita lihat apakah tubuh saya masih dapat menahan rasa sakit tahun depan,” kata Enaje kepada The Associated Press beberapa hari sebelum penyaliban.

Ayah empat anak ini telah digambarkan dalam beberapa laporan media sebagai salah satu pria paling berani di dunia untuk prestasi tahunan “tapi jujur, saya selalu merasa gugup karena saya bisa mati di kayu salib.” (AP/Antara/Reuters)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home