Loading...
FLORA & FAUNA
Penulis: Sotyati 17:22 WIB | Selasa, 22 Maret 2016

Keluak, Pelengkap Masakan Berkhasiat Obat

Keluak, yang memiliki nama ilmiah Pangium edule, Reinw. ex Blume. (Foto: thedailymeal.info)

SATUHARAPAN.COM – Ingat rawon, ingat keluak, jenis bumbu dapur yang memberikan warna hitam pada kuah masakan khas Surabaya itu. Pada kenyataannya, bukan rawon saja yang memanfaatkan biji keluak. Makanan khas Yogyakarta, brongkos, dan makanan khas Betawi ikan gabus pucung, untuk menyebut contoh, juga memanfaatkan biji keluak.

Keluak, atau kluwak, atau juga kluwek, masih punya banyak nama lagi. Ada yang menyebutnya pakem, ada juga yang menyebutnya picung, pucung (Sunda), pamarrasan (Toraja), pangi (Sulawesi Utara), dan kepayang (Malaysia). Tumbuhan yang memiliki nama ilmiah Pangium edule, Reinw. ex Blume ini, wilayah penyebarannya meliputi Indonesia, Malaysia, Filipina, Papua Nugini, Mikronesia, dan Melanesia.

Keluak, seperti ditulis NM Heriyanto dan Endro Subiandono, dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam, Bogor, dikutip dari indoplasma.or.id, adalah salah satu plasma nutfah flora yang termasuk langka dan berpotensi sebagai tanaman obat.  

Keluak termasuk tumbuhan pohon berukuran sedang sampai besar, tingginya dapat mencapai 40 m dengan diameter batang 100 cm. Tajuk umumnya lebat, dengan cabang dan ranting yang mudah patah.

Daunnya tunggal, mengumpul di ujung ranting dan bertangkai panjang. Helaian daun dari pohon muda berlekuk tiga, pada pohon tua helaian daun berbentuk bulat telur melebar di pangkal berbentuk jantung, dan ujung daun meruncing. Permukaan daun atas licin berwarna hijau mengkilap, permukaan bawahnya berambut cokelat dan tersusun rapat dengan tulang daun menonjol.

Bunga keluak berwarna cokelat kehijauan, tumbuh pada ketiak daun atau hampir di ujung ranting.

Buah buni berbentuk bulat telur atau lonjong. Kulit buah yang telah tua berwarna cokelat dengan permukaan kasar. Daging buah berwarna kuning pucat, lunak, dan dapat dimakan.

Wikipedia menyebutkan jika dalam keadaan mentah, biji ini sangat beracun karena mengandung asam sianida dalam konsentrasi tinggi. Bila dimakan dalam jumlah tertentu menyebabkan mabuk. Racun pada biji ini dapat dipakai sebagai racun untuk mata panah. Biji ini baru aman diolah untuk makanan bila telah direbus dan direndam terlebih dahulu.

Pohon keluak tumbuh baik di daerah dengan ketinggian antara 10-1.000 meter dari permukaan air laut. Tumbuhan ini umumnya tumbuh di tepi sungai, daerah yang berair, hutan primer, hutan sekunder, dan kebun.

Khasiat dan Manfaat Obat

Pohon keluak merupakan salah satu sumber daya hayati yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Kayu tumbuhan ini bernilai ekonomi tinggi.

Dr A Seno Sastroamidjojo dalam bukunya, Obat Asli Indonesia, menyebutkan keluak mempunyai khasiat sebagai obat herbal.

Selain untuk bumbu masakan rawon, biji keluak dimanfaatkan sebagai bahan pengawet ikan, terasi, kecap, dan minyak pangi. Biji keluak, berdasarkan tulisan Yulian (2008), dikutip dari repository.unand.ac.id, dipakai oleh nelayan untuk mengawetkan ikan. Biji keluak dicincang halus kemudian dijemur selama dua-tiga hari. Ikan laut yang baru ditangkap dibersihkan isi perutnya, cincangan biji keluak dimasukkan ke dalam rongga perut ikan. Dengan cara ini ikan dapat tahan sampai enam hari.

Kulit batangnya setelah dilumatkan dapat berfungsi sebagai racun ikan.

Daun keluak dapat berfungsi sebagai insektisida nabati. Daun atau biji yang diseduh dengan air, menurut Seno Sastroamidjojo, bersifat antiseptis desinfektans.  Getah daunnya, juga daunnya, secara tradisional dimanfaatkan sebagai desinfektans, membersihkan kudis.

Bijinya, secara tradisional juga dimanfaatkan sebagai obat rambut.

Lemak biji keluak, dalam tulisan NM Heriyanto dan Endro Subiandono, dengan mengutip sebuah penelitian pada 2006, disebutkan bila difermentasi akan menghasilkan lemak siklik tidak jenuh, yaitu asam hidrokarpat, khaulmograt, dan goulat. Lemak siklik mempunyai sifat antibakteri dan mampu mengobati penyakit lepra, kudis, dan penyakit kulit lainnya.

Penelitian Indriyati (1987) menunjukkan pemberian biji keluak sebanyak 3 persen dari bobot ikan dapat menghambat pertumbuhan bakteri Bacillus sp., Micrococcus sp., Pseudomonas, dan Koliform.

Di daerah-daerah yang jarang ditemukan pohon kelapa, orang memanfaatkan minyak biji keluak sebagai pengganti minyak kelapa. Minyak yang berasal dari biji keluak ini disebut minyak kepayang, digunakan untuk berbagai macam masakan, di antaranya menggoreng ikan seperti biasa ditemukan di Indrapura. Tulisan Sunanto (1993), seperti dikutip dari repository.unand.ac.id, menyebutkan minyak kepayang ini diperoleh dengan cara mencincang halus inti biji keluak halus dan memerasnya.

Minyak dari biji keluak termasuk ke dalam minyak nabati yaitu senyawa organik yang terdapat di tumbuhan serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik nonpolar, misalnya dietil eter (C2H5OC2H5), kloroform (CHCl3), benzena dan hidrokarbon lainnya.

Melihat potensinya, tidak menutup kemungkinan produk-produk yang dihasilkan keluak ini dapat dikembangkan menjadi komoditas bahan industri yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan laku untuk diekspor ke luar negeri. 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home