Loading...
FOTO
Penulis: Reporter Satuharapan 23:48 WIB | Jumat, 13 Juli 2018

“Kemana Harga Diri” Tampilkan Seni Grafis Bertema Kritik Sosial

“Kemana Harga Diri” Tampilkan Seni Grafis Bertema Kritik Sosial
Addiction, woodcut, 60x80 cm. (Foto-foto: Bentara Budaya Bali)
“Kemana Harga Diri” Tampilkan Seni Grafis Bertema Kritik Sosial
Grandmother, woodcut, 60x40 cm.
“Kemana Harga Diri” Tampilkan Seni Grafis Bertema Kritik Sosial
Anti teror, 17x13,5 cm, woodcut, 2014.
“Kemana Harga Diri” Tampilkan Seni Grafis Bertema Kritik Sosial
Grandfathe, woodcut, 60x40 cm, 2016.
“Kemana Harga Diri” Tampilkan Seni Grafis Bertema Kritik Sosial
Grandfather, woodcut,60x40 cm, 2017.

GIANYAR, SATUHARAPAN.COM - Bentara Budaya Bali (BBB) kembali menggelar pameran seni grafis, sebagaimana rutin diselenggarakan setiap tahunnya. Kali ini, dihadirkan 30 karya seni grafis terpilih buah cipta pegrafis Muhlis Lugis (29). Ia merupakan Pemenang III Kompetisi Internasional Trienal Seni Grafis Indonesia V. Pembukaan berlangsung Sabtu (14/7) pukul 18.30 WITA, di Jl. Prof. Ida Bagus Mantra No.88A, bypass Ketewel, Sukawati, Gianyar, Bali. 

Merujuk tajuk “Kemana Harga Diri”, karya-karya ini mencerminkan lbudaya Bugis, Makassar yang kuat melekat dalam diri Muhlis Lugis. Muhlis Lugis dilahirkan di Ulo, Sulawesi Selatan dengan latar belakang budaya Bugis, yang dikenal sangat menjunjung tinggi norma adat untuk menjaga harga diri dan martabat hidup. 

Budaya ini dikenal dengan sebutan Siri’ yang berarti budaya malu atau harga diri. Falsafah ini yang mendorong orang Bugis untuk bekerja keras, menjaga martabat dan menjaga norma. Hal ini yang kemudian menjadi landasan berkarya Muhlis. 

“Kesempurnaan manusia dalam pandangan hidup orang Bugis Makassar apabila mereka memiliki siri’, yaitu rasa malu dan harga diri. Kesadaran seseorang dapat dilihat dari siri’ yang tertanam di dalam dirinya. Munculnya berbagai macam fenomena siri’ di dalam masyarakat menginspirasi saya dalam menciptakan karya seni untuk melakukan kritik sosial dan provokasi terhadap masyarakat untuk menumbuhkan kembali kesadaran masyarakat tentang betapa pentingnya menanamkan nilai siri’”ungkap Muhlis yang sempat menjadi Pemenang Program Parallel Event  BINALLE JOGJA XII Equator #2 tahun 2013.

 Dia juga pernah melakukan residensi “AIR Yogyakarta” Say Art Space, Mullae, Seoul, Korea Selatan (2014), dan Mini residensi, Teras Print Studio, Yogyakarta, Indonesia (2015).

Muhlis Lugis mewakili generasi penggrafis terkini Indonesia. Dengan karya cukilan kayunya yang kaya akan detail, kelam, dan peka dalam membangun drama tentang hiruk-pikuk manusia di era global, Muhlis seakan melawan arus utama seni rupa kontemporer yang begitu ringan memadukan berbagai medium. Alih-alih, ia setia dengan sebuah teknik kuno yang kini mulai langka sejak Suromo, Mochtar Apin dan Baharudin Marasutan pada akhir 1940-an mempopulerkannya dan Rivai Apin menyebut teknik ini sebagai debutan baru di medan seni rupa Indonesia saat itu.

Beberapa pameran terkini yang pernah diikuti Muhlis di tahun 2017: Pameran Seni Rupa "dari masa ke rasa #2", Kelompok Segitiga, Bali; Makassar Biennale #2 "Maritim" Makassar; Pameran Seni Rupa F8 "kembali pada asal" Makassar; Pameran Besar Seni Rupa (PBSR ) #5 Kemendikbud, Taman Budaya Ambon; Pekan seni Grafis Yogyakarta SCOPE Art Show, Swiss; Pameran seni cetak grafis “Friends of TPS”, New Miracle Print Studio, Yogyakarta, dan sebagainya. 

Kompetisi Internasional Trienal Seni Grafis Indonesia V diselenggarakan Bentara Budaya pada tahun 2015. Tampil sebagai pemenang pertama adalah Jayanta Naskar dari India, dan pemenang kedua adalah Puritip Suriyapatarapun dari Thailand. Sementara Muhlis Lugis sebagai pemenang ketiga. Karya-karya Jayanta dan Puritip telah terlebih dahulu dipamerkan keliling di 4 lokasi Bentara Budaya. 

Bentara Budaya berkomitmen untuk mendorong perkembangan kehidupan seni grafis dengan melanjutkan trienal berikutnya yang direncanakan akan digelar pada 2018 ini.

Salah seorang dewan juri kompetisi ini, Aminudin TH. Siregar, menyebutkan dalam tulisannya bahwa karya Muhlis yang membangun imaji surreal tampil hampir pesimis dalam menyoroti tingkah polah manusia global. Juri menilai karya itu menawarkan hubungan-hubungan yang rumit namun mengusik kesadaran terahadp apa yang tengah terjadi pada dunia global dewasa ini.

Aminudin juga berpendapat karya-karya Muhlis sepanjang 2013-2015 memperlihatkan minatnya yang luas pada masalah kemanusiaan. 

Pameran Muhlis Lugis bertajuk “Kemana Harga Diri” masih akan berlangsung hingga 23 Juli 2018 di BBB. Adapun eksibisi ini dibuka secara resmi oleh perupa Nyoman Erawan, serta dimaknai pemutaran video art  yang merupakan sebentuk respon kreatif atas tema pameran seni grafis kali ini. 

Selain itu, pada Minggu (15/07), pukul 15.00 WITA, juga diselenggarakan workshop dan diskusi proses kreatif bersama Muhlis Lugis. (PR)

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home