Loading...
SAINS
Penulis: Yan Chrisna Dwi Atmaja 19:39 WIB | Sabtu, 15 Februari 2014

KemenLH: Kualitas Udara Akibat Abu Gunung Kelud Sangat Tidak Sehat

Seorang pekerja pada Jumat (14/2) sedang membersihkan abu Gunung Kelud di atap rumah. Ketebalan abu di Kecamatan Gringging Kabupaten Kediri berkisar 10-15 cm. (Foto: Rudi Wahyu Sihwinantyo)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Kementerian Lingkungan Hidup (KemenLH) mengingatkan kepada masyarakat yang terdampak abu letusan Gunung Kelud supaya menggunakan masker, penutup kepala dan kacamata karena kondisi lingkungan yang sangat tidak sehat akibat abu.

"Selain masker, masyarakat juga disarankan untuk menggunakan pelindung kepala untuk mencegah debu mengenai daerah kepala, dan menggunakan kaca mata untuk melindungi mata, serta minum air putih yang cukup, paling tidak untuk 72 jam (3-4 liter per orang per hari)," kata DR Henry Bastaman Deputi Bidang Pembinaan Sarana Teknis Lingkungan dan Peningkatan Kapasitas Kementerian Lingkungan Hidup melalui siaran pers.

Anjuran ini dikeluarkan KemenLH setelah melakukan pemantauan terhadap kualitas udara pasca letusan Gunung Kelud.

“Berdasarkan Pengukuran Kontinyu Stasiun Pemantau (Air Quality Monitoring System-AQMS) KLH di Kota Surabaya dilaporkan mulai pukul 09.40 (Jumat, 14/2) indikasi kualitas udara masuk dalam kategori sangat tidak sehat,” kata Henry Bastaman.

Ia menyebutkan, pengujian kualitas udara menggunakan parameter PM 2.5 berdasarkan sampel data dari Surabaya, Semarang, DIY dan Bandung sedang dalam proses pengujian di laboratorium Pusarpedal dan Batan. Diharapkan hasil pengujian dapat segera diperoleh.

Adapun pengujian kualitas udara kontinyu di Semarang dan DIY tidak dapat dilakukan karena alat-alat mengalami gangguan yg disebabkan oleh debu gunung Kelud. Namun khusus untuk Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan DIY dilaporkan kecenderungan peningkatan kekeruhan air sungai akibat terpapar debu gunung Kelud.

“Secara khusus Perum Jasa Tirta melaporkan peningkatan kekeruhan sungai Brantas sangat tinggi dan dikhawatirkan mempengaruhi pasokan sumber utama air minum untuk sebagian besar wilayah Jawa Timur,” kata Henry Bastaman.

Karena itulah, lanjut Henry, Kementerian Lingkungan Hidup menyarankan masyarakat di kawasan yang terkena hujan abu vulkanik untuk tidak keluar ruangan dulu.

Ia menyebutkan, efek utama bagi kesehatan manusia terhadap dampak kualitas udara yang buruk paska letusan Kelud meliputi: efek pada pernapasan dan sistem pernapasan, kerusakan jaringan paru-paru, kanker, dan kematian dini.

“Orang tua, anak-anak, dan orang-orang dengan penyakit paru-paru kronis, influenza, atau asma, sangat sensitif terhadap efek partikel.,” jelas Henry sembari menyebutkan, partikel debu letusan Kelud juga dapat merusak bahan buatan manusia dan merupakan penyebab utama berkurangnya jarak pandang. (setkab.go.id)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home