Loading...
SAINS
Penulis: Sabar Subekti 07:54 WIB | Minggu, 03 Januari 2021

Ken Lee, Si Penangkap Ular dari Hong Kong

Foto yang disediakan oleh Ken Lee (kiri), ketika dia menangkap seekor Python Burma sepanjang tiga meter, dan dibantu polisi memasukkannya ke dalam tas kain di desa Tai Pak Tin, di Distrik New Territories, pedesaan Hong Kong pada 1 Desember 2020. (Foto: Ken Lee via AP)

HONG KONG, SATUHARAPAN.COM-Hong Kong adalah tempat di mana berbagai macam ular bisa ditemukan, dari king cobra yang berbisa hingga spesies yang lebih besar seperti python Burma. Sering kali salah satu reptil ini terlihat merayap ke dalam rumah atau mendekati daerah pemukiman, dan Ken Lee adalah salah satu penangkap ular yang dipanggil untuk menangkap makhluk itu.

Namun tidak seperti penangkap ular komersial di masa lalu, yang hasil tangkapannya sering disajikan sebagai sup di toko ular kota, Lee tidak menjual ular yang ditangkapnya. Dia adalah bagian dari generasi baru penangkap ular yang berusaha melepaskan reptil kembali ke alam.

“Ada saat-saat di mana orang telah menangkap ular sebelum saya tiba di tempat kejadian, tapi sayangnya beberapa dari mereka terbunuh atau terluka parah,” kata Lee, 31 tahun, yang merupakan salah satu penangkap ular termuda yang terdaftar di Hong Kong. “Beberapa orang menangkap ular dengan berani, tetapi sebenarnya hal itu membahayakan satwa liar.”

Seperti banyak penangkap ular lainnya di kota itu, Lee belajar secara otodidak. Dia pertama kali menangani ular pada usia 17 tahun, ketika dia bekerja sebagai magang di toko ular Hong Kong. Pengalamannya memacu dia untuk belajar lebih banyak tentang keanekaragaman hayati dan biologi, dan akhirnya dia melanjutkan studi itu di sebuah universitas di Taiwan.

Saat Lee menangkap ular, dia menggunakan berbagai peralatan: sarung tangan anti tusukan, tongkat, kait, obor, dan tas. Terkadang, dia bahkan menggunakan tangan kosongnya.

Pada awal Desember, dia menjadi berita utama ketika dia berhasil menangkap ular piton Burma sepanjang tiga meter (10 kaki) di sebuah desa yang terletak di bagian pedesaan Hong Kong. Pada bulan yang sama, Lee juga dipanggil ke sebuah bangunan tempat tinggal bertingkat tinggi di daerah pedesaan untuk menangkap ular berbisa bambu: ular hijau berbisa umum yang gigitannya dapat menyebabkan sakit parah.

Ular yang dia tangkap dikirim ke Kadoorie Farm and Botanical Garden, sebuah organisasi nirlaba lokal yang menaungi hewan liar yang diselamatkan. Setelah pemeriksaan kesehatan, sebagian besar makhluk tersebut kemudian dilepaskan kembali ke taman setempat.

“Saya berharap semua hewan liar ini bisa dikembalikan ke alam,” kata Lee.

Saat ini, ia bekerja sebagai asisten peneliti di empat universitas di kota itu dan menjadi relawan di Hong Kong Society of Herpetology Foundation, sebuah organisasi nirlaba yang didedikasikan untuk studi reptil dan amfibi.

Meskipun Hong Kong memiliki area hijau luas yang berfungsi sebagai habitat ular yang berbeda, Liz Rose-Jeffreys, petugas konservasi Kadoorie Farm, berpendapat bahwa perkembangan perkotaan dapat mengancam kelangsungan hidup spesies ular.

“Saya pikir ini adalah salah satu bentuk saling menghormati, sungguh. Mereka adalah tetangga liar kita, mereka sudah berada di sini lebih lama dari kita, dan menurut saya kita memiliki kewajiban untuk menghormati alam,” katanya.

“Mereka merupakan bagian penting dari ekosistem kita, jadi jika kita harus menghilangkan ular, maka hal itu akan mengganggu keseimbangan yang telah sudah berjalan selama bertahun-tahun.” (AP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home