Loading...
INDONESIA
Penulis: Endang Saputra 08:36 WIB | Selasa, 26 Mei 2015

Ketua MPR: 40 Persen Kekayaan Indonesia Dikuasai 23 Orang

Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) Zulkifli Hasan (kedua dari kiri) bersama dengan Puan Maharani (tengah), Wakil Ketua MPR RI E.E Mangindaan (kiri), Oesman Sapta (kedua dari kiri) dan Mahyuddin (kanan) saat menggelar jumpa pers usai bertemu dengan mantan Presiden Republik Indonesia kelima Megawati Soekarnoputri bahas persiapan pelantikan Presiden dan Wakil Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla pada 20 Oktober nanti di kediamannya Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat, Kamis (16/10) (Foto: Dok satuharapan.com/ Dedy Istanto).

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) Zulkifli Hasan mengatakan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang toleran. Namun, ia prihatin 40 persen kekayaan Indonesia dikuasai 23 orang saja.

Menurut Zulkifli, masjid di Indonesia bisa berdampingan dengan gereja. Umat Islam bisa hidup rukun dengan umat beragama lainnya. Hari besar keagamaan menjadi hari libur nasional tidak pernah jadi masalah.

“Kerukunan dengan agama lain. Seperti, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) jadi Gubernur DKI Jakarta juga tidak menjadi masalah. Itu semua berkat diamalkannya konsensus dasar kita semua, yang dikemas dalam sebutan Empat Pilar MPR. Bagi umat Islam harus berpegang pada prinsip “bagiku agamaku, bagimu agamamu,” kata Zulkifli saat berbicara di depan Lokakarya Nasional Pengelolaan Wakaf dan Aset-Aset Masjid di Masjid Istiqlal Jakarta, Senin (25/5).

Selain itu, kata Zulkifli soal pengungsi Rohingya yang meminta suaka, ia tentu merasa sangat prihatin. Dengan alasan kemanusiaan, Indonesia harus menolong.

“Harus kita bantu. Dan, pemerintah segera menyelesaikan bersama dengan komunitas ASEAN,” kata dia dalam keterangan persnya kepada satuharapan.com.

‪Kembalikan Kejayaan Indonesia Seperti Zaman Sriwijaya.

‪Ketua MPR mengatakan keprihatinannya menyaksikan pertikaian umat Islam di belahan Timur Tengah. Sama-sama mengucapkan Allahu Akbar, sama-sama mengucapkan Bismillah, tetapi mereka saling mengebom, saling membinasakan, saling meniadakan dan menghancurkan satu dengan lainnya.

Karena itu, kata Zulkifli tidak boleh terjadi di Indonesia yang memiliki nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Empat Pilar MPR. Musuh Bangsa Indonesia yang harus diperangi adalah kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan.

‪”Di zaman Sriwijaya, sekitar abad ke-7 Kerajaan Sriwijaya sempat berjaya selama 700 tahun. Marilah kita bangkit mengembalikan kejayaan itu untuk menciptakan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur,” kata dia.

‪Zulkifli Hasan: Pemerataan Menjadi Tantangan Umat Islam

‪Ketua MPR selain mengingatkan masyarakat Indonesia untuk pandai bersyukur, tetapi sekaligus juga harus introspeksi diri, khususnya bagi umat Islam yang merupakan umat mayoritas di Indonesia.

‪Kekuatan umat Islam belum bisa dikonversi menjadi kekuatan politik yang nyata, ini bagian yang harus menjadi bahan perenungan untuk umat Islam.

‪”Indonesia yang dilimpahi dengan kekayaan alam yang luar biasa, ternyata hanya dikuasai oleh segelintir manusia, 40 persen kekayaan Indonesia dikuasai oleh 23 orang saja. Ini menunjukkan betapa kesenjangan sosial begitu menganga lebar, semua ini tentu menjadi tantangan bagi kita semua, agar pemerataan bisa terwujud di bumi Indonesia,” ujar dia.

Sementara itu dikatakan Zulkifli masyarakat Indonesia harus pandai mensyukuri nikmat yang dikaruniai Allah SWT.

“Kita semua bisa mengkritik semua kebijakan pemerintah. Ini sulit ditemui di negara-negara Islam tertentu. Mengkritik pemerintah di sana bisa berakibat diusir dari negaranya,” kata dia.

“Nikmat lainnya yang dianugerahkan Allah SWT kepada kita semua adalah kita dikaruniai tanah yang subur, kekayaan alam yang melimpah, keragaman budaya yang luar biasa, yang diwadahi dalam sebuah Negara Kesatuan Republik Indonesia,” kata dia.

Untuk itu, lanjut Zulkifli dalam kaitannya dengan Empat Pilar MPR yang sudah menjadi konsensus nasional kita, yaitu Pancasila, UUD RI Tahun 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika. Setelah 70 tahun Indonesia merdeka, tentu masalah-masalah yang terkait dengan perbedaan agama, suku dan ras sudah tidak boleh lagi menjadi persoalan. 

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home