Loading...
FLORA & FAUNA
Penulis: Dewasasri M Wardani 09:00 WIB | Selasa, 29 Maret 2016

Kolang-kaling, Penangkal Nyeri Sendi

Kolang-kaling dari Arenga pinnata. (Foto: majalahkesehatan.com)

SATUHARAPAN.COM - Kolang-kaling atau buah atap, camilan kenyal berwarna putih transparan dan mempunyai rasa menyegarkan, ternyata juga bermanfaat untuk mengobati nyeri sendi, dan mengandung kalsium sama dengan tulang sapi. Kandungan mineral seperti potasium, iron, kalsium, mampu menyegarkan tubuh dan memperlancar proses metabolisme tubuh.

Kolang-kaling, yang dalam bahasa Belanda biasa disebut glibbertjes, berarti "benda-benda licin kecil", adalah buah dari tumbuhan enau atau aren (Arenga pinnata). Tumbuhan dari suku Arecaceae itu, menurut wikipedia.org, adalah palma terpenting setelah kelapa (nyiur), karena merupakan tumbuhan serbaguna.

Selain dikonsumsi buahnya, daun enau juga biasa digunakan sebagai bahan atap rumah. Pucuk daun yang masih kuncup (janur), digunakan sebagai daun rokok, yang dikenal sebagai daun kawung.

Lembar-lembar daun enau di Jawa Barat biasa digunakan sebagai pembungkus barang dagangan, misalnya gula aren atau buah durian. Lembar-lembar daun itu pun kerap dipintal menjadi tali. Dari lidinya, dihasilkan barang anyaman sederhana dan sapu lidi.

Seperti halnya daun, ijuk pohon enau pun dipintal menjadi tali. Meski agak kaku, tali ijuk ini cukup kuat, awet, dan tahan digunakan di air laut. Ijuk dapat pula digunakan sebagai bahan atap rumah, pembuat sikat, dan sapu ijuk. Dari pelepah dan tangkai daunnya, setelah diolah, dihasilkan serat yang kuat dan tahan lama untuk dijadikan benang, tali pancing, dan senar gitar Batak.

Tumbuhan enau, dikenal dengan pelbagai nama seperti nau, hanau, peluluk, biluluk, kabung, juk atau ijuk (aneka nama lokal di Sumatera dan Semenanjung Malaya); kawung, taren (Sunda); akol, akel, akere, inru, indu (bahasa-bahasa di Sulawesi); moka, moke, tuwa, tuwak (di Nusa Tenggara), dan lain-lain.

Bangsa Belanda mengenalnya sebagai arenpalm atau zuikerpalm, dan bangsa Jerman menyebutnya zuckerpalme. Dalam bahasa Inggris disebut sugar palm atau Gomuti palm. Aren adalah tumbuhan yang dilindungi oleh undang-undang.

Tumbuhan enau, berasal dari Asia beriklim tropis, dan menyebar mulai dari daratan India timur, hingga sampai ke negara Malaysia, Filipina, dan Indonesia. Di  Indonesia, biasanya tumbuh sampai ketinggian 1.400 meter di atas permukaan laut.

Palma atau enau yang besar dan tinggi, dapat mencapai 25 m. Berdiameter hingga 65 cm, batang pokoknya kukuh dan pada bagian atas diselimuti serabut berwarna hitam, yang dikenal sebagai ijuk. Ijuk sebenarnya adalah bagian dari pelepah daun yang menyelubungi batang. Daunnya majemuk menyirip, seperti daun kelapa, panjang hingga 5 m dengan tangkai daun hingga 1,5 m. Anak daun seperti pita bergelombang, berwarna hijau gelap di atas dan keputih-putihan oleh karena lapisan lilin di sisi bawahnya.

Berumah satu, bunga-bunga jantan terpisah dari bunga-bunga betina dalam tongkol yang berbeda yang muncul di ketiak daun, panjang tongkol hingga 2,5 m. Buah buni bentuk bulat peluru, dengan diameter sekitar 4 cm, beruang tiga dan berbiji tiga, tersusun dalam untaian seperti rantai. Setiap tandan mempunyai 10 tangkai atau lebih, dan setiap tangkai memiliki lebih kurang 50 butir buah berwarna hijau sampai cokelat kekuningan.

Manfaat dan Khasiat Kolang-kaling

Buah ini tidak dapat dimakan langsung karena getahnya sangat gatal. Buah aren (dinamai beluluk, caruluk, dan lain-lain) memiliki 2 atau 3 butir inti biji (endosperma) yang berwarna putih tersalut batok tipis yang keras. Pembuat kolang-kaling biasanya membakar buah aren sampai hangus, kemudian mengambil bijinya untuk direbus selama beberapa jam. Biji yang sudah direbus tersebut kemudian direndam dengan larutan air kapur, selama beberapa hari sehingga terfermentasikan.

Selain buahnya, tumbuhan ini juga menghasilkan gula (gula aren) dan nira (legen).

Kolang-kaling memiliki kadar air sangat tinggi, mencapai 93,8 persen dalam setiap 100 gram. Kolang-kaling juga mengandung 0,69 gram protein, serta kadar abu sekitar satu gram dan serat kasar 0,95 gram, dan mengandung 52,9 persen karbohidrat, pada umumnya berbentuk polisakarida galaktomanan. Galaktomanan ini sudah banyak digunakan sebagai pengental, stabilizer emulsi, aditif pada industri pangan dan obat-obatan, menurut Reid dan Edwards, serta Mikkonen (2009). Kandungan seratnya juga sangat baik, sehingga dapat menjadi pilihan yang baik bagi orang yang sedang berdiet.

Selain menyegarkan, mengonsumsi kolang kaling juga membantu memperlancar kerja saluran cerna manusia. Kolang-kaling merupakan salah satu buah khas dalam bulan Ramadan yang disajikan dalam bentuk kolak dan es buah.

Mahasiswa Universitas Brawijaya (UB), Raehana Saria Gahari (FTP), Khusnul Khotimah (FTP), Hasia Azizah (FTP), Yuan Laura (FK), dan Indah Rahma Putri (FK), seperti dikutip dari prasetya.ub.ac.id, meneliti kolang-kaling dengan menggali potensinya sebagai obat terapi nyeri sendi atau osteoarthritis. Mereka berkesimpulan kolang-kaling memiliki manfaat besar bagi gerak tubuh yang kaku, yaitu sebagai pangan nutrasetikal yang berfungsi untuk terapi sehat bagi penderita osteoarthritis.

Melalui penelitian itu, mereka mengubah kolang-kaling menjadi ekstrak galaktomanan, kemudian menjadi produk pangan nutrasetikal, berbentuk minuman jelly rasa nanas yang enak, dan menyegarkan.

Dari hasil analisa, diketahui ekstrak galaktomanan kolang-kaling memiliki fungsi sebagai anti-reumatik, anti-radang, dan penurun demam) .

Tim itu juga berhasil menggali potensi ekstrak galaktomanan kolang-kaling dalam mengurangi bengkak (edema) pada kaki.  Berdasarkan penelitian yang dilakukan diketahui, galaktomanan memberi efek signifikan dibanding kontrol dan obat komersial dalam hal penurunan volume edema. Penelitian itu telah diikutkan pada Program Kreativitas Mahasiswa Kategori Penelitian (PKM-P) 2015. 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home